Kamis, 30 Maret 2017

Dapurku Nyaman, Bisnisku Lancar

22.19 0
Kemarin tuh...project yang direncanakan gak jalan, ada kesibukan lain soalnya. Nah hari ini sesuai rencana awal mau eksekusi dapur bareng paksu dan anak-anak aagar dapurku kembali nyaman. Dulu sebelum ternak kucing, dapurku nyaman banget, kami biasa maakan malam bersama disana, trus kadang nerima tamu juga di dapur, hangat dan dekat makanan. Namun setelah ada kucing semua urusan dapur selain memasak pindah ke ruang tengah (keluarga). Otamatis selama beberapa bulan yang lalu dapurku menjadi "dingin" dan tak nyaman. Makanya family project kali ini kami coba kembali meng"hanngatkan" dapur agar kembali ngebul ...lho....???

Maksudnya gini nih, 2 bulan lagi kan Ramadhan tiba, aku biasa punya bisnis musiman menyambut datangnya Ramadhan dan Lebaran, yakni bisnis kue kering yang Alhamdulillah sudah ada pelanggan setianya, nah kalo dapurku tak nyaman bagaimana bisa "ngebul" (menghasilkan uang)....😁
Bisa-bisa produksi terhambat nih.

Maklum dapurku ini sebuah ruangan yang terpisah dari rumah induk, bangunannya pun masih semi permanen, sehingga beberapa bulan yang lalu cocoklah untuk kandang kucing juga 😲 (nurutin permintaan anak). Demi dapur ngebul sejak beberapa hari yang lalu saya sounding ke mas Abdul dan dek Ridho utk memindahkan kandang kucing ke teras belakang, menggusur kandang ayam, yang malah sekarang menebar teror serangan gurem. Haduh....

Setelah proposal untuk mewujudkan dapur yang nyaman disetujui paksu dan anak-anak. Maka bergeraklah kami semua, mendekor ulang dan membuat rak tambaahan untuk menyimpan peralatan. Termasuk menambah dipan kecil yang bisa saya gunakan untuk mencetak kue kering nantinya. Tugas membuat rak dan dipan dipandu oleh Pakde Joko, anak-anak membantu dan diperintah untuk mengamati caranya kemudian ikutan praktek mukul paku. Berhubung project ini klasifikasinya project sulit, bagi anak-anak lho.... Maka tunggu review dari saya selanjutnya.


#TantanganHariKeenam
#GameLevel3
#MyFamilyMyTeam
#KuliahBunsayIIP

Rabu, 29 Maret 2017

Project Hari Kelima yang Gagal

05.27 0
Seharusnya sesuai agenda hari ini kami masih mengerjakan project halamanku nyaman. Berhubung si adek baru dijemput pukul 17.00 sore, maka project hari ini dipending dan diganti project lain. Selain itu umi jg tepar..... jadi project hari ini kami lakukan tdk sesuai rencana awal 😅.

Hari ini kami melakukan project memanaskan air utk mandi sore dengan tungku kayu bakar. Bagi anak-anak proses memanaskan air dengan tungku adalah kegiatan yg membutuhkan ketelatenan. Bahan yg kami gunakan panci, air, tungku dan kayu bakar. Tinggal di daerah pegunungan memudahkan kami utk mencari kayu bakar. Sedangkan tujuan project ini untuk mengajarkan tentang syarat terjadinya pembakaran dan juga untuk melatih kesabaran mereka.

Sore ini tugas Abdul untuk menyalakan api. Proses awal membakar kayu di tungku memang membutuhkan kesabaran dan ketelatenan. Karena meski kayu bakar yg digunakan sdh kering tetap saja membutuhkan pematik agar kayu tersebut bisa terbakar. Untuk pematik selain korek api, kami menggunakan daun kelapa yg sudah mengering, biasa disebut blarak. Blarak sangat mudah terbakar, jadi sangat cocok utk digunakan sebagai pematik agar kayu yang lain cepat terbakar. Kelihatan gampang, tetapi ternyata membutuhkan pengalaman agar api di tungku tetap menyala. Butuh oksigen agar api menyala sempurna, dan butuh ditunggu dengan sabar agar api di tungku tidak padam. Selain harus telaten menunggu, anak-anakpun sering protes karena asap mengepul dari tungku. Nah asap ini menjadi sebuah pembelajaran juga buat anak2, karena dengan project ini anak mengenal panas, oksigen dan karbon dioksida 😊

#TantanganHariKelima
#GameLevel3
#MyFamilyMyTeam
#KuliahBunsayIIP

Selasa, 28 Maret 2017

Project Halamanku Indah

06.53 0
Rencana review hari keempat project keluarga kali ini benar-benar horor. Gara-gara menunda pekerjaan, tugas yg sedianya akan kukerjakan sore hari ini terkendala mati lampu dan koneksi inet yg lolota 😭.

Project hari ini adalah realisasi dari kegiatan berkebun, halamanku indah. Tak banyak yg kami lakukan selain merapikan beberapa tanaman hias yg ada dan menebar benih cabe dalam beberapa polybag.

PIC kegiatan kali ini adalah Abi, aku dan anak-anak hanya membantu. Karena kebetulan hari ini hari libur, kami berkebun di pagi hari. Target project hari ini adalah belajar tentang pertumbuhan tanaman cabe dan mengamati pertumbuhan tanaman hias yg ada di kebun. Kami memilih menanam cabe setelah hasil diskusi semalam. Anak-anak yg mengikuti trend pasar cabe yg mengusulkan, mengingat harga cabe yg masih relatif mahal 😅. Saat berkebun anak-anak juga belajar tentang pupuk organik dan anorganik.

Setelah lelah berkebun kami duduk dan menyantap jagung rebus. Bukan panenan sendiri sih, tapi terasa nikmat karena menikmatinya dalam suasana yg hangat.

Project halamanku indah masih akan kami lanjutkan dengan rencana memangkas tanaman alpukat dan anggur esok hari. Selain itu anak-anak juga akan kami ajak untuk membuat para-para untuk tempat polybag yg sudah kami tanam benih cabe

#TantanganHariKeempat
#GameLevel3
#MyFamilyMyTeam
#KuliahBunsayIIP 

Senin, 27 Maret 2017

Pojok Literasi Pribadiku

06.35 0
Kegiatan hari ini adalah masih mewujudkan kamarku nyaman. Ridho yg paling bersemangat untuk mendekor ulang tempat pribadinya ini. Diawali dengan menempatkan beberapa komiknya di lemari pribadinya, kemudian membuat dekorasi dari kain flanel dan anyaman kertas. Kain flanel yg dibelinya kemarin disusunnya menjadi papan pias namanya, dengan ornamen batik yg dibuat dari kain flanel juga. Sedangkan anyaman yg dibuatnya dari kertas buffalo ditempelkan di almarinya.

Sedangkan Abdul lebih memilih membuat pigura foto dari sterefoam bekas yg dia minta ke budenya kemarin. Lucunya bukan foto dia yg dipigura, melainkan foto Ridho, adiknya. Selanjutnya Abdul membuat papan pesan dari sterefoam bekas yang dibungkus kertas kado bekas. Kemudian Abdul juga membuatkan tulisan pojok literasi di sterofoam bekas dan menempelkannya di atas almari tempat Ridho menyusun koleksi komiknya.

Kegiatan hari ini saya tekankan kepada kerjasama antara Abdul dan Ridho dalam mendekor ulang kamar mereka berdua agar tercipta suasana kamar yang nyaman bagi mereka.

#TantanganHariKetiga
#GameLevel3
#MyFamilyMyTeam
#KuliahBunsayIIP

Saat Anak Berbelanja

06.13 0
Masih melanjutkan project keluarga untuk mewujudkan kamarku nyaman. Rencananya hari Ahad ini kami akan ke Klaten dan berbelanja beberapa peralatan yg dibutuhkan untuk mendekor ulang kamar anak-anak. Berhubung akhir bulan sejak berangkat saya sudah sounding tentang anggaran yg akan digunakan. Masing-masing anak dapat Rp 50.000,00, silakan berbelanja sesuai kebutuhan. Saya ingin melihat seberapa bijak anak-anak dalam membelanjakan uangnya. Kegiatan ini adalah bagian dari mengasah kecerdasan finansial dan kemampuan mereka memecahkanmasalah

Abdul lebih memilih untuk mendekor ulang kamarnya dengan barang bekas, sehingga uangnya masih utuh. Sesampai rumah budenya yg merangkap sebagai toko mebel, Abdul langsung menuju tumpukan styrofoam bekas dan meminta ijin ke budenya untuk dibawa pulang.

Sedangkan Ridho memilih untuk membelanjakan uangnya untuk membeli kain flanel beberapa lembar. Selesai berbelanja kain flanel uangnya masih sisa lumayan banyak. Kalau Abdul menyimpan uangnya untuk keperluan yang lain, maka Ridho menyerahkan sisa uangnya untuk ditabung.

Berhubung kami keasyikan berenang, kami pulang saat hari sudah sore. Empat jam perjalanan kami tempuh menuju kota Pacitan, rumah dimana kami tinggal. Sesampainya rumah kami langsung masuk kamar masing-masing. Teparrr.....


#TantanganHariKedua
#MyFamilyMyTeam
#KuliahBunsay
#IIP

Jumat, 24 Maret 2017

PENTINGNYA MENINGKATKAN KECERDASAN ANAK DEMI KEBAHAGIAAN HIDUP

18.48 0
Perkuliahan Institut Ibu Profesional
Materi Bunda Sayang sesi #3







Dalam kehidupan ini ada dua kata yang selalu diinginkan manusia dalam hidup yaitu SUKSES dan BAHAGIA

☘ Makna SUKSES

Menurut D. Paul Reily dalam bukunya Success is Simple mendefinisikan sukses sebagai pencapaian yang berangsur-angsur meningkat terhadap suatu tujuan dan cita-cita yang berharga

Sedangkan menurut lela swell dalam bukunya Success_mengemukakan pendapatnya bahwa sukses adalah  _peristiwa atau pengalaman yang kita akan mengingatnya sebagai pemuasan diri

☘ Makna BAHAGIA

Menurut Prof. Martin Selligman dalam bukunya Authentic Happiness mendefinisikan kebahagiaan hidup dalam tiga kategori :

A. Hidup yang penuh kesenangan (Pleasant Life )
Hidup yg penuh kesenangan, ialah kondisi kehidupan dimana pencarian kesenangan hidup, kepuasan nafsu, keinginan dan berbagai bentuk kesenangan lain nya, menjadi tujuan hidup manusia

 Kebahagiaan jenis ini lebih bersifat material.

B. Hidup nyaman ( Good Life)
Hidup yg nyaman, ialah kehidupan, dimana segala keperluan kehidupan manusia secara jasmani, rohani dan sosial telah terpenuhi.. Hidup yg aman, tentram, damai. Kebahagiaan jenis ini lebih bersifat mental

C. Hidup Bermakna ( Meaningful Life)
Hidup yang bermakna, lebih tinggi lagi dari tingkat kehidupan yang nyaman, selain segala keperluan hidupnya telah terpenuhi, ia menjalani hidup ini dengan penuh pemahaman tentang makna dan tujuan kehidupan. Selain untuk diri dan keluarga nya, ia juga memberikan kebaikan bagi orang lain dan lingkungan sekitar. Rasa kebahagiaan yg timbul ketika banyak orang lain mendapatkan kebahagiaan karena usaha kita, pleasure in giving, kebahagiaan dalam berbagi. Kebahagiaan jenis ini lebih bersifat spiritual

Untuk mencapai kategori hidup SUKSES dan BAHAGIA kita perlu memiliki berbagai macam kecerdasan hidup.

☘ KECERDASAN
Para ahli berpendapat untuk tidak membicarakan atau memberikan batasan yang jelas tentang kecerdasan. Karena kecerdasan itu merupakan status mental yang tidak memerlukan definisi. Para ahli lebih memusatkan perhatian pada perilaku kecerdasan seperti kemampuan memahami dan menyelesaikan masalah dengan cepat, kemampuan mengingat dan daya kreativitas serta imajinasi yang terus berkembang.

📚MACAM-MACAM KECERDASAN

A. Kecerdasan Intelektual (Intellectual Quotient)

    Adalah  kemampuan untuk menalar, perencanaan sesuatu, kemampuan memecahkan masalah, belajar memahami gagasan, berfikir, penggunaan bahasa dan lainnya.
Howard Gardner pakar psikologi perkembangan, menjelaskan ada sembilan macam kecerdasan manusia. Kecerdasan tersebut meliputi kecerdasan bahasa (linguistic), musik (musical), logika-matematika (logical-mathematical), spasial (spatial), kinestetis-tubuh (bodily-kinesthetic), intrapersonal (intrapersonal), interpersonal (interpersonal), naturalis (naturalits) dan eksistensial (existensial)

B. Kecerdasan Emosional (Emotional Intelleigence)
     kemampuan untuk mengenali perasaan kita sendiri dan perasaan orang lain, memotivasi diri sendiri, mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan dalam hubungannya dengan orang lain.
Komponen-komponen dasar kecerdasan emosional adalah :
1.  Kemampuan Mengenali Emosi diri sendiri (kesadaran diri).
2.  Kemampuan Mengelola Emosi.
3.  Kemampuan Memotivasi Diri Sendiri (Motivasi).
4.  Kemampuan Mengenali Emosi Orang lain (Empati).
5.  Membina Hubungan Dengan Orang Lain (Ketrampilan sosial).


C. Kecerdasan Spiritual ( Spiritual Intelligence)
    Kemampuan untuk mengenal Allah  dan memahami posisinya sebagai hamba Allah. Inilah yang disebut dalam agama sebagai fitrah keimanan.

Secara ilmiah Kecerdasan Spiritual pertama kali dicetuskan oleh Donah Zohar dari Harvard University dan Ian Marshall dari Oxford University, yang diperoleh berdasarkan penelitian ilmiah yang sangat komprehensif.  Pada tahun 1977. Seorang Ahli Syaraf, V.S Ramachandran bersama timnya menemukan keberadaan God Spot dalam jaringan otak manusia dan ini adalah pusat spiritual (spiriitual center) yang terletak diantara jaringan syaraf dan otak.

Dari spiritual center ini menghasilkan suara hati yang memiliki kekmampuan lebih dalam menilai suatu kebenaran bila dibandingkan dengan panca indra.

📌Ada Tiga prinsip dalam kecerdasan Spiritual yaitu :
- Prinsip Kebenaran
- Prinsip keadilan
- Prinsip kebaikan

D. Kecerdasan Menghadapi Tantangan  (Adversity Intelligence)
    Kemampuan untuk mengubah hambatan menjadi peluang.

📌Ada tiga tipe  menurut Stoltz yaitu :
1. Quitter , adalah orang-orang dengan Adversity Intelligence ( AI) yang rendah, bilamana bekerja dan ketemu masalah cenderung segera menghindar dan menyalahkan orang lain. Keluar (berhenti) dari apa yang sedang dikerjakannya dan membiarkan persoalannya berlarut2.

2. Campers itu orang dengan AI moderate, berusaha bekerja dengan baik. Meskipun demikian cenderung menghindari resiko, terutama berkaitan dengan resiko pribadi.

Jika bertemu halangan berusaha mengatasinya selama tidak beresiko. Jika tekanan terlalu besar, akan berhenti dan mencari aman. Kadang dengan mengulur2 menyelesaikannya.

3. Climbers , adalah orang2 dengan AI tinggi, yang berani menghadapi tantangan dan resiko, mengubah hambatan menjadi peluang, senantiasa fokus pada solusi.

Climbers percaya bahwa dirinya diciptakan untuk membuat perubahan ke arah yang lebih baik dan juga menaruh kepercayaan kepada orang lain bahwa mereka pada dasarnya baik dan dapat bekerja dengan baik

📌 Kecerdasan Intellektual : Membuat anak pandai, sehingga bisa menjadi sarana meraih kebahagiaan hidup yang penuh kesenangan (pleasant life). Seperti masuk universitas ternama, mendapat pekerjaan dan jabatan yang tinggi. Memiliki rumah, mobil dan kesenangan materi yang lain.

📌 Kecerdasan Emosional : membuat anak bisa mengenali dan mengendalikan emosi diri serta emosi orang lain. Kecerdasan ini sangat diperlukan agar seseorang bisa mencapai taraf kebahagiaan di ranah nyaman ( good life), karena kebutuhan jasmani, rohani dan spiritualnya terpenuhi.

📌 Kecerdasan Spiritual : membuat hidup penuh arti, anak akan mampu memberi makna pada kehidupan, dan paham apa misi Allah menciptakan diri kita di dunia ini. Membuat anak berpikir secara luas makna sebuah kesuksesan. Hal ini akan mendorong anak-anak mencapai kebahagian hakiki yaitu kehidupan penuh makna (meaningful life).

📌 Kecerdasan Menghadapi Tantangan : Menentukan seberapa tangguh anak ini untuk mencapai tingkat kebahagiaan hidup yang dia inginkan.

📚 LATIHAN-LATIHAN-LATIHAN

Untuk melatih 3 materi yang sudah kita pelajari yaitu Komunikasi Produktif, Kemandirian, dan mengasah Kecerdasan ini, kita bisa menyelenggarakan Projek Keluarga. Mari kita pahami bersama apa itu projek keluarga.

❤ PROJEK KELUARGA ❤

Salah satu aktivitas yang bisa kita jalankan di keluarga sebagai sarana belajar seluruh anggota keluarga dalam meningkatkan komunikasi keluarga, melatih kemandirian dan menstimulus kecerdasan adalah projek keluarga.

📌 APA ITU PROJEK KELUARGA

Projek keluarga adalah aktivitas yang secara sadar dibicarakan bersama, dikerjakan bersama   oleh seluruh atau sebagian anggota keluarga dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara bersama pula.


📌 CIRI-CIRI PROJEK KELUARGA

a.    Fokus pada proses, bukan pada hasil
b.    Sederhana
c.    Menyenangkan
d.    Mudah – Menantang
e.    Memiliki durasi pendek

📌 KOMPONEN PROJEK KELUARGA

a.    Sasaran
SMART : Specific, Measurable, Achiveable, Reliable, Tangible
Maksimum 3 sasaran.
b.    Sarana
Alat dan Bahan yang diperlukan.
Dana yang diperlukan ( apabila ada)
c.    Sumber Daya Manusia
Penanggungjawab
Pelaksanan
d.    Waktu
Jadwal Pelaksanaan
Durasi
e.    Nama Projek
Berikan nama khusus terhadap projek yang dikerjakan keluarga.

📌 BAGAIMANA CARANYA MEMANTAU PROJEK KELUARGA

Lakukan APRESIASI bukan EVALUASI

Apabila sudah menjalankan projek keluarga maka segera buat forum apresiasi keluarga diantara jeda projek tersebut, apabila projek memiliki durasi lebih dari 1 minggu – 1 bulan. Apabila projek hanya berdurasi 1-3 hari, maka lakukan pada akhir projek berjalan.

Anak-anak belum memerlukan evaluasi, yang kita lakukan hanya memberikan apresiasi saja, karena hal ini penting untuk menjaga suasana selalu menyenangkan dan  membuat anak senantiasa bersemangat dalam mengerjakan projek selanjutnya.

Apabila ada hal-hal  yang kita rasa penting untuk diperbaiki atau diubah strateginya, maka cukup anda catat saja, simpan dengan baik bersama satu file catatan projek ini, dan buka kembali saat kita dan anak-anak akan merencanakan projek berikutnya. Hal ini akan lebih membuat perencanaan kita lebih efektif, karena anak-anak akan melakukan perubahan menjelang  melakukan projek, bukan diberitahu kesalahan setelah melakukan sebuah projek. Efek yang muncul akan sangat berbeda.

📌 BAGAIMANA CARA MENGAPRESIASI

Perbanyaklah membuat forum keluarga saat sore ngeteh bersama, atau sepekan sekali saat akhir pekan. Di IbuProfesional, forum keluarga seperti ini  terkenal dengan nama “MASTER MIND”. Bagaimana cara menjalankan master mind, ciptakan suasana yang santai di rumah, kemudian tanyakan 3 hal saja:
a.    Ada yang punya pengalaman menarik selama menjalankan projek ini?
b.    Apa yang sudah baik?
c.    Minggu depan apa yang akan kita lakukan?

📌 CONTOH PROJEK KELUARGA

Nama Projek  : WARNAI DUNIA WARNAMU

Gagasan : Sudah 2 tahun cat tembok rumah tidak pernah berganti, kali ini anak-anak punya ide, dengan diskusi pertanyaan berikut, mengapa cat rumah itu kok satu warna? Bagaimana jika rumah itu warna-warni? Mengapa tidak kita cat tembok rumah kita warna warni?

Pelaksanaan : Tentukan durasi waktunya, misal  hari Minggu, 26 Maret 2017, tentukan penanggungjawabnya (PIC), kasih jabatan misal  “Jendral Cat Warna”. Berikan ruang sang jendral untuk mengambil keputusan terhadap segala tantangan yang muncul selama projek berjalan.

Nama Projek :  SUNDAY LIBRARY

Gagasan : Anak-anak sangat senang membaca, banyak buku yang sudah terbaca, tidak dibaca lagi. Anak-anak ingin berbagi manfaat . Mengapa perpustakaan itu harus bentuk bangunan? Bagaimana jika perpustakaan itu bergerak dari satu tempat ke tempat lain? Mengapa tidak kita membuat perpustakaan keliling setiap minggu di event Car Free Day?

Pelaksanaan : Tentukan waktunya, setiap hari minggu, tentukan PIC mingguannya, kasih jabatan misal “Library man”, berikan ruang sang library man dan tim untuk menghadapi tantangan  yang muncul selama projek berjalan

AMATI, TERLIBAT, TULIS

📌 AMATI
Aspek Komunikasi Produktif
Bagaimanakah pola komunikasi anak-anak kita selama menjalankan sebuah projek?

Aspek Kemandirian
Apakah sudah makin terlihat tingkat kemandirian anak-anak dalam mengerjakan projek?

Aspek Kecerdasan
Bagaimana cara anak meningkatkan rasa ingin tahunya? ( IQ), bagaimana cara anak mengelola emosi selama projek berjalan ?(Emotional Intellegence/EI), Bagaimana cara anak meningkatkan kebermanfaatan dirinya dengan projek tersebut? ( Spiritual Intellegence. SI), Bagaimana cara anak mengubah masalah menjadi peluang ( Adversity Intellegence,AI)

📌 TERLIBAT
Dalam setiap projek yang dibuat libatkan diri kita, para orangtua, untuk menjadi bagian anggota tim, asyik menjalankan bersama sebagai pembelajaran. Belajarlah menjadi follower yang taat pada keputusan leader. Saat menyelenggarakan master mind, bergantilah peran menjadi fasilitator yang baik.

📌 TULIS
Tulis pengalaman kita setiap hari baik cerita gagal maupu cerita sukses dalam menjalankan projek demi projek., baik cerita bahagia maupun cerita mengharubiru. Alirkan rasa anda setiap hari.

Selamat mengunci ilmu dengan amal anda,


Salam Ibu Profesional,



/Tim Fasilitator Bunda Sayang/

Sumber Bacaan :
Stoltz, Paul G, PhD, 1997 Adversity Quotient, Mengubah hambatan menjadi Peluang, Jakarta , Grasindo
Melva Tobing, MPsi, Daya Tahan Anak Hadapi Kesulitan, Jakarta.
D. Paul Reily ,  “Success is Simple”, Gramedia, Jakarta
Lela Swell, Success, Grasindo, Jakarta
Martin Selligman, Authentic Happiness, Jakarta

Kamarku Nyaman, Family Project (review 1)

18.46 0
Hari ini seperti biasa, selepas subuh kegiatan anak-anak adalah membersihkan kamar tidur, Abdul sebagai PIC kegiatan ini, pagi ini bangun sedikit kesiangan sehingga lupa untuk mengajak seluruh anggota keluarga untuk bersih-bersih. Terpaksa umi harus turun tangan untuk mengingatkan tugas Abdul hari ini.

Semua sudah pada posisi untuk bersih-bersih di kamar masing-masing. Pakdhe Joko pun terlibat untuk menyapu kamar anak-anak dan seluruh ruangan. Abdul dan Ridho merapikan tempat tidur dan merapikan baju serta menyimpan di almari masing-masing. Pagi ini selepas Subuh Abi sudah ambil bagian untuk menyeterika baju, sedangkan umi selepas beberes kamar langsung menuju dapur, wilayah kekuasaannya.

Kegiatan pagi ini baru seputar bersih-bersih dan merapikan kamar, rencananya siang ini kami akan berangkat ke Klaten untuk menengok Auda sekalian belanja alat dan bahan untuk menghias kamar agar rapi dan indah. Nantikan review kegiatan kami untuk mewujudkan kamar yang nyaman besuk, setelah sore nanti kami berbelanja 😃

#TantanganHariPertama
#Level3
#MyFamilyMyTeam
#KuliahBunsayIIP

Rumahku Nyaman, Family Project of Graha Linggomanik

18.35 0
Biar sedikit keren nih, maka kami sepakat untuk memberi nama rumah kami dengan nama Graha Linggomanik. Karena rumah kami terletak di puncak gunung Linggomanik, Kecamatan Kebonagung, Kabupaten Pacitan.

Berbekal mantra yang saya dapatkan dari keluarga Ibu Septi Peni Wulandani : "Banyak bermain bareng, banyak beraktivitas bareng, dan banyak ngobrol bareng sekeluarga". Kami mencoba menyusun Family Project pertama di Graha Linggomanik ini.

Langkah Pertama, kami buat nama project. Project name harus merepresentasikan dari kegiatan kami. Ciri-ciri project name yang baik menurut kami ada 3 yaitu :
  1. Pendek.
    Project name yang pendek akan memudahkan anggota keluarga dalam mengingat atau mengucapkannya, apalagi jika ada anak-anak dalam anggota keluarga kita.
  2. Mudah diingat dan dieja.
    Dengan mudah diingat dan dieja, setiap kita menyebutkannya maka seluruh anggota keluarga akan nyambung ke family project.
  3. Deskriptif.
    Deskriptif artinya memberikan gambaran yang jelas mengenai family project kita.
Project Details
Langkah Kedua, kami detailkan lagi dari nama yang sudah kami buat. Detail Project umumnya berisi :
  1. Sasaran dari family project.
  2. Sarana yang digunakan.
  3. SDM adalah orang-orang yang terlibat dalam family project beserta PIC nya.
  4. Waktu family project berlangsung.
Action Plan
Langkah Ketiga yaitu menentukan action plan dari family project kita. Action plan menjelaskan secara detail per aktivitas yang dilakukan dalam sebuah project sampai ke detail anggaran yang diperlukan.

Selanjutnya membuat tahapan sebagai berikut;

📋 Tahap persiapan:

📌Perbanyaklah family forum untuk belanja gagasan proyek apa yg akan kami lakukan.
📌Amati aktivitas kehidupan sehari-hari dan ikat maknanya menjadi proyek keluarga
📌Tetapkan sasaran proyek ini, sesuaikan dengan rentang usia anak.
📌Diskusikan, sehingga tiap anggota keluarga mempunyai peran masing masing.
📌Tetapkan waktu pelaksanaannya

📋 Tahap pelaksanaan
📌Menulis kesepakatan kemudian di tempel di kulkas
📌Terlibatlah aktif dari persiapan - proses pelaksanaan - apresiasi selama projek berjalan
Membuat review kegiatan selama project berlangsung

📋 Pasca pelaksanaan
📌Melakukan Mastermind sebagai bentuk apresiasi untuk proyek keluarga, apa yang bisa kita dan anak-anak pelajari dari proyek keluarga tersebut.

Dan berikut uraian ringkas Family Project, Rumahku Nyaman, yang akan dilaksanakan penghuni Graha Linggomanik



#Level3
#MyFamilyMyTeam
#KuliahBunsayIIP








Rabu, 15 Maret 2017

Aliran Rasa Ini hanya Soal Waktu

20.12 0
Latihlah anakmu ...
Ajarkan berbagai keterampilan hidup ..
Karena sesungguhnya masa itu akan tiba ...
Kau tinggalkan anakmu sendirian ...
Menang atau kalah ...

Hanya soal waktu, karena melatih kemandirian tak sesingkat menyuruh anak. Karena melatih kemandirian membutuhkan komitmen dan konsistensi. Bisa jadi satu kemandirian butuh latihan ratusan kali.Orang tua hanyalah fasilitator agar anak mampu bertanggung jawab terhadap diri mereka sendiri.

#aliranrasa
#melatihkemandiriananak
#kuliahbunsayiip



Sabtu, 11 Maret 2017

Keterbatasan Bukan Sebuah Penghalang

20.56 0
Nama saya Yani, anak kelima dari kelima dari enam bersaudara. Dibesarkan dalam keluarga besar menjadi pengalaman yang paling berharga dalam hidup saya. Karena dari pengalaman itu saya berproses untuk menjadi ibu yang baik bagi ketiga anak saya, Auda, Abdulloh dan Ridho. Menjadi ibu adalah perjuangan yang luar biasa bagi saya, karena sejak kecil saya menderita Aritmia, suatu kelainan fungsi jantung karena detak atau iramanya yg tidak beraturan.

Saat dalam kondisi prima, gangguan ini hampir tidak ada pengaruhnya bagi tubuh saya. Layaknya orang tanpa kelainan fungsi jantung saya dapat beraktiviats menunaikan kewajiban sebagai istri dan ibu yang baik. Aktivitas dinamis yang selama ini saya lakukan seolah memberi energi positif yang tak ada hentinya untuk senantiasa berbagi dan memberi yang terbaik untuk lingkungan saya. Perjalanan untuk menemukan misi spesifik hidup seolah-olah tidak akan pernah terhenti oleh keterbatasan fisik yang saya miliki. Dukungan penuh suami dan anak-anak adalah spirit yang menggerakkan langkah ini.



Bagi teman dan sahabat yang menjadi saksi kiprah saya mungkin akan menganggap apa yang saya lakukan ini melebihi kadar batas kemampuan saya, padahal sesungguhnya saya merasa belum banyak yang bisa saya berikan untuk sesama. Sering teman dan sahabat mengingatkan saya untuk mengurangi aktivitas, padahal saya lah yang paling tahu kapan saya harus berhenti. Bersahabat dengan kelainan jantung selama belasa tahun menjadikan saya lebih bisa memporsikan diri.

Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
خَيْرُ الناسِ أَنْفَعُهُمْ لِلناسِ
Sebaik Baik Manusia Adalah Yang Paling Bermanfaat Bagi Orang Lain”
Hadist di atas menunjukan bahwa Rasullullah menganjurkan agar saya selalu berbuat baik terhadap orang lain dan mahluk yang lain. Hal ini menjadi indikator bagaimana menjadi mukmin yang sebenarnya. Eksistensi manusia sebenarnya ditentukan oleh kemanfataannya pada yang lain. Adakah dia berguna bagi orang lain, atau malah sebaliknya menjadi parasit buat yang lainnya.
Setiap perbuatan maka akan kembali kepada orang yang berbuat. Seperti saat kita memberikan manfaat kepada orang lain, maka manfaatnya akan kembali untuk kebaikan diri kita sendiri dan juga sebaliknya. Allah Jalla wa ‘Alaa berfirman:
إِنْ أَحْسَنْتُمْ أَحْسَنْتُمْ لِأَنْفُسِكُمْ
Jika kalian berbuat baik, sesungguhnya kalian berbuat baik bagi diri kalian sendiri” (QS. Al-Isra:7)

Sepanjang suami saya meridhoi langkah ini, maka kebaikan itu masih akan saya tebarkan dimanapun saya berada, meski dengan segala keterbatasan fisik yang ada pada diri saya. Semoga niat melakukan kebaikan akan senantiasa berkobar dalam diri ini baik dalam segala kondisi. Keterbatasan yang saya miliki semoga semakin menjadikan saya bersyukur kepada Sang Maha Pemberi, bahwa ternyata saya masih diberi kesempatan untuk berbuat baik bagi sesama

Sabtu, 04 Maret 2017

Jangan Remehkan Dakwah Terhadap Anak

10.17 0
*🌾Bulir Ibrah dan Hikmah🌾*

Dinukil dan diselia dari *"Jangan Remehkan Dakwah Kepada Anak"*
Mohammad Fauzil Adhim, 27 November 2017

***

Jangan remehkan dakwah kepada anak-anak! Jika telah terikat hatinya dengan Islam, mereka akan mudah bersungguh-sungguh menetapi agama ini setelah dewasa. Jika engkau gembleng mereka untuk siap menghadapi kesulitan, maka kelak mereka tak mudah ambruk hanya karena langkah mereka terhalang oleh kendala-kendala yang menghadang. Tetapi jika engkau salah membekali, mereka akan menjadi beban bagi ummat ini di masa yang akan datang. Cemerlangnya otak sama sekali tidak memberi keuntungan jika hati telah beku dan kesediaan untuk berpayah-payah telah runtuh.

Maka, ketika engkau mengurusi anak-anak di sekolah, ingatlah sejenak. Tugas utamamu bukan sekedar mengajari mereka berhitung. Bukan! Engkau sedang berdakwah. Sedang mempersiapkan generasi yang akan mengurusi umat ini 30 tahun mendatang. Dan ini pekerjaan sangat serius. Pekerjaan yang memerlukan kesungguhan berusaha, niat yang lurus, tekad yang kuat serta kesediaan untuk belajar tanpa henti.

Karenanya, jangan pernah main-main dalam urusan ini. Apa pun yang engkau lakukan terhadap mereka di kelas, ingatlah akibatnya bagi dakwah ini 30 40 tahun yang akan datang. Jika mereka engkau ajari curang dalam mengerjakan soal saja, sesungguhnya urusannya bukan hanya soal bagaimana agar mereka lulus ujian. Bukan. Yang terjadi justru sebaliknya, masa depan umat sedang engkau pertaruhkan!!! Tidakkah engkau ingat bahwa induk segala dusta adalah ringannya lisan untuk berdusta dan tiadanya beban pada jiwa untuk melakukan kebohongan.

Maka, ketika mutu pendidikan anak-anak kita sangat menyedihkan, urusannya bukan sekedar masa depan sekolahmu. Bukan. Sekolah ambruk bukan berita paling menyedihkan, meskipun ini sama sekali tidak kita inginkan. Yang amat perlu kita khawatiri justru lemahnya generasi yang bertanggung-jawab menegakkan dien ini 30 tahun mendatang. Apa yang akan terjadi pada umat ini jika anak-anak kita tak memiliki kecakapan berpikir, kesungguhan berjuang dan ketulusan dalam beramal?

Maka..., ketika engkau bersibuk dengan cara instant agar mereka tampak mengesankan, sungguh urusannya bukan untuk tepuk tangan saat ini. Bukan pula demi piala-piala yang tersusun rapi. Urusannya adalah tentang rapuhnya generasi muslim yang harus mengurusi umat ini di zaman yang bukan zamanmu. Kitalah yang bertanggung-jawab terhadap kuat atau lemahnya mereka di zaman yang boleh jadi kita semua sudah tiada.

***

Hari ini, ketika di banyak tempat, kemampuan guru-guru kita sangat menyedihkan, sungguh yang paling mengkhawatirkan adalah masa depan umat ini. Maka, keharusan untuk belajar bagimu, wahai Para Guru, bukan semata urusan akreditasi. Apalagi sekedar untuk lolos sertifikasi. Yang harus engkau ingat adalah: “Ini urusan umat. Urusan dakwah.” Jika orang-orang yang sudah setengah baya atau bahkan telah tua, sulit sekali menerima kebenaran, sesungguhnya ini bermula dari lemahnya dakwah terhadap mereka ketika masih belia; ketika masih kanak-kanak. Mereka mungkin cerdas, tapi adab dan iman tak terbangun. Maka, kecerdasan itu bukan menjadi kebaikan, justru menjadi penyulit bagi mereka untuk menegakkan dien.

Wahai Para Guru, belajarlah dengan sungguh-sungguh bagaimana mendidik siswamu. Engkau belajar bukan untuk memenuhi standar dinas pendidikan. Engkau belajar dengan sangat serius sebagai ibadah agar memiliki kepatutan menjadi pendidik bagi anak-anak kaum muslimin. Takutlah engkau kepada Allah ‘Azza wa Jalla. Sungguh, jika engkau menerima amanah sebagai guru, sedangkan engkau tak memiliki kepatutan, maka engkau sedang membuat kerusakan.

Sungguh, jika urusan diserahkan bukan kepada ahlinya, tunggulah saatnya (kehancuran) tiba.

Ingatlah hadis Nabi shallaLlahu ‘alaihi wa sallam sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Bukhari:

إِذَا ضُيِّعَتِ اْلأَمَانَةُ فَانْتَظِرِ السَّاعَةَ. قَالَ: كَيْفَ إِضَاعَتُهَا يَا رَسُولَ اللهِ؟ قَالَ: إِذَا أُسْنِدَ اْلأَمْرُ إِلَى غَيْرِ أَهْلِهِ فَانْتَظِرِ السَّاعَةَ.


_“Jika amanah telah disia-siakan, maka tunggulah hari Kiamat,” Dia (Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu) bertanya, “Wahai Rasulullah, bagaimanakah menyia-nyiakan amanah itu?” Beliau menjawab, “Jika satu urusan diserahkan kepada bukan ahlinya, maka tunggulah hari Kiamat!”_ (HR. Bukhari).


Maka, keharusan untuk belajar dengan sungguh-sungguh, terus-menerus dan serius bukanlah dalam rangka memenuhi persyaratan formal semata-mata. Jauh lebih penting dari itu adalah agar engkau memiliki kepatutan menurut dien ini sebagai seorang guru. Sungguh, kelak engkau akan ditanya atas amanah yang engkau emban saat ini.

***

Wahai Para Guru, singkirkanlah tepuk tangan yang bergemuruh. Hadapkan wajahmu pada tugas amat besar untuk menyiapkan generasi ini agar mampu memikul amanah yang Allah Ta'ala berikan kepada mereka. Sungguh, kelak engkau akan ditanya di Yaumil-Qiyamah atas urusanmu.

Jika kelak tiba masanya sekolah tempatmu mengajar dielu-elukan orang sehingga mereka datang berbondong-bondong membawa anaknya agar engkau semaikan iman di dada mereka, inilah saatnya engkau perbanyak istighfar. Bukan sibuk menebar kabar tentang betapa besar nama sekolahmu. Inilah saatnya engkau sucikan nama Allah Ta’ala seraya senantiasa berbenah menata niat dan menelisik kesalahan diri kalau-kalau ada yang menyimpang dari tuntunan-Nya. Semakin namamu ditinggikan, semakin perlu engkau perbanyak memohon ampunan Allah ‘Azza wa Jalla.

Wahai Para Guru, sesungguhnya jika sekolahmu terpuruk, yang paling perlu engkau tangisi bukanlah berkurangnya jumlah siswa yang mungkin akan terjadi. Ada yang lebih perlu engkau tangisi dengan kesedihan yang sangat mendalam. Tentang masa depan ummat ini; tentang kelangsungan dakwah ini, di masa ketika kita mungkin telah tua renta atau bahkan sudah terkubur dalam tanah.

Ajarilah anak didikmu untuk mengenali kebenaran sebelum mengajarkan kepada mereka berbagai pengetahuan. Asahlah kepekaan mereka terhadap kebenaran dan cepat mengenali kebatilan. Tumbuhkan pada diri mereka keyakinan bahwa Al-Qur’an pasti benar, tak ada keraguan di dalamnya. Tanamkan adab dalam diri mereka. Tumbuhkan pula dalam diri mereka keyakinan dan kecintaan terhadap As-Sunnah Ash-Shahihah. Bukan menyibukkan mereka dengan kebanggaan atas dunia yang ada dalam genggaman mereka.

Ini juga berlaku bagi kita.

Ingatlah do’a yang kita panjatkan:

"اللهُمَّ أَرِنَا الحَقَّ حَقّاً وَارْزُقْنَا التِبَاعَةَ وَأَرِنَا البَاطِلَ بَاطِلاً وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ"

_“Ya Allah, tunjukilah kami bahwa yang benar itu benar dan berilah kami rezeki kemampuan untuk mengikutinya. Dan tunjukilah kami bahwa yang batil itu batil, serta limpahilah kami rezeki untuk mampu menjauhinya.”_


Inilah do’a yang sekaligus mengajarkan kepada kita agar tidak tertipu oleh persepsi kita. Sesungguhnya kebenaran tidak berubah menjadi kebatilan hanya karena kita mempersepsikan sebagai perkara yang keliru. Demikian pula kebatilan, tak berubah hakekatnya menjadi kebaikan dan kebenaran karena kita memilih untuk melihat segi positifnya. Maka, kepada Allah Ta’ala kita senantiasa memohon perlindungan dari tertipu oleh persepsi sendiri.

Pelajarilah dengan sungguh-sungguh apa yang benar; apa yang haq, lebih dulu dan lebih sungguh-sungguh daripada tentang apa yang efektif. Dahulukanlah mempelajari apa yang tepat daripada apa yang memikat. Prioritaskan mempelajari apa yang benar daripada apa yang penuh gebyar. Utamakan mempelajari hal yang benar dalam mendidik daripada sekedar yang membuat sekolahmu tampak besar bertabur gelar. Sungguh, jika engkau mendahulukan apa yang engkau anggap mudah menjadikan anak hebat sebelum memahami betul apa yang benar, sangat mudah bagimu tergelincir tanpa engkau menyadari. Anak tampaknya berbinar-binar sangat mengikuti pelajaran, tetapi mereka hanya tertarik kepada caramu mengajar, tapi mereka tak tertarik belajar, tak tertarik pula menetapi kebenaran.

***

Jangan sepelekan dakwah terhadap anak! Kesalahan mendidik terhadap anak kecil, tak mudah kelihatan. Tetapi kita akan menuai akibatnya ketika mereka dewasa. Betapa banyak yang keliru menilai. Masa kanak-kanak kita biarkan direnggut TV dan tontonan karena menganggap mendidik anak yang lebih besar dan lebih-lebih orang dewasa, jauh lebih sulit dibanding mendidik anak kecil. Padahal sulitnya melunakkan hati orang dewasa justru bersebab terabaikannya dakwah kepada mereka di saat belia.

_Wallahu a’lam bish-shawab._ Kepada Allah Ta’ala kita memohon pertolongan. Maafkan saya.

***

Kemandirian Anak dan Adversity Quotient

10.11 0
🍶🍫🍮Cemilan Rabu #2🍮🍫🍶

Materi 2 : Melatih Kemandirian Anak

*Kemandirian Anak dan _Adversity Quotient_*

Berbagai rutinitas harian anak, seringkali menantang dan menghadapkan kita pada pilihan apakah akan 'membantunya' atau 'melatihnya melakukan sendiri'. Sebut saja, misalnya: makan, memakai sepatu, mandi, membereskan mainan, dan lain-lain.

Dengan alasan 'sudah terlambat', seringkali kita pada akhirnya 'membantu' menyuapi si tiga tahun. Tak jarang juga, kita bantu pasangkan sepatu si dua tahun, hanya karena tak sabar melihatnya berproses memakai sepatunya. Lalu bagaimana dengan si 10 tahun yang akan berangkat sekolah? Dengan alasan yg kurang lebih sama, kita sibuk menyiapkan seragam dan berbagai kebutuhan sekolahnya.

Padahal, yang kita cita-citakan bersama tentulah mempersiapkan calon ibu yang tangguh, serta calon ayah yang penuh tanggung jawab bukan? Dan kemandirian sejak dini adalah kunci awalnya.

Maka, bila anak-anak kita yang masih berusia 0-1 tahun masih sepenuhnya bergantung pada orang lain di sekitarnya, seiring dengan pertumbuhannya, sepatutnya kita melatih juga kemandirian anak. Misal: anak usia 3 tahun sewajarnya bila sudah tidak disuapi lagi, dan anak usia 4 tahun sepatutnya sudah bisa membersihkan tubuhnya sendiri.

Adalah _Adversity Quotient_ yang menggambarkan pola seseorang dalam mengolah tanggapan atas semua bentuk dan intensitas dari kesulitan. Menurut Paul G. Stoltz, _Adversity Quotient_ merupakan kecerdasan menghadapi kesulitan atau hambatan dan kemampuan bertahan dalam berbagai kesulitan hidup dan tantangan yang dialami.

_Adversity Quotient_ memiliki  tiga tingkatan dengan terminologi pendaki gunung.

*1. AQ rendah*
Mereka cenderung mudah menyerah dan tidak berdaya. Mudah menyalahkan orang lain tanpa memperbaiki situasi. Kesulitan yang dihadapi mempengaruhi semua aspek hidupnya sehingga selalu merasa dikelilingi kesulitan.  Seringkali menolak kesempatan yang diberikan. Mereka diidentikkan sebagai orang yang terhenti ( _quitter_)

*2. AQ sedang*
Memiliki banyak perhitungan. Mereka mampu memandang kesulitan sebagai sesuatu yang sementara dan cepat berlalu, tetapi ketika kesulitan itu semakin menumpuk, maka akan membuat putus harapan dan memandang kesulitan tersebut akan berlangsung lama dan menetap.

Seringkali sudah melakukan sedikit lalu berhenti di tengah jalan. Mereka mau mendaki meskipun akan berhenti di pos tertentu dan merasa cukup sampai disitu ( _camper_)

*3. AQ tinggi*
Inilah pembelajar seumur hidup. Mereka mempu untuk mengendalikan setiap kesulitan. Kesulitan yang muncul pada satu aspek kehidupan tidak meluas pada aspek yang lain. Mereka memandang kesulitan yang ada bersifat sementara dan cepat berlalu. Mampu memandang apa yang ada di balik tantangan tanpa memikirkan suatu hal sebagai hambatan. Mereka membuktikan diri untuk terus mendaki ( _climber_)

Pandu anak-anak supaya terbentuk AQ yang tinggi. Bukankah ini penting bagi mereka dalam menghadapi tantangan sehari-hari? Supaya mereka bisa melewati tantangan hidup. Menyelesaikan masalah, mulai dari yang sederhana hingga yang sulit dapat mereka lakukan dengan penuh percaya diri.

Salam Ibu Profesional,

/Tim Fasilitator Bunda Sayang/

📚Bahan Inspirasi :
Stoltz, P.G. 2000. Adversity Quotient, Mengubah Hambatan Menjadi Peluang. PT. Grasindo

Membangun dan Mendidik Kemandirian Anak

10.09 0
🍯🧀Cemilan Rabu #1🧀🍯

Materi 2 : Melatih Kemandirian Anak

Membangun dan Mendidik Kemandirian pada Anak


Membangun dan mendidik kemandirian anak bukanlah pekerjaan yang mudah, terutama melatih anak mandiri ketika masih di usia dini. Secara alamiah anak sebenarnya cenderung untuk belajar memiliki kemandirian "Yes, I can!" Kata-kata ajaib ini merupakan sinyal dari kesadaran seorang anak terhadap diri dan kemampuannya sendiri untuk menentukan dirinya.

Orang tua yang bijaksana memanfaatkan keinginan akan kemandirian ini dengan membiarkan anak-anak mereka mempraktikkan keterampilan mereka yang baru muncul sesering mungkin pada lingkungan yang aman atau ramah anak. Dukungan orang tua yang seperti ini memang sangat dibutuhkan anak agar dapat melakukan berbagai hal secara mandiri, termasuk aktivitas yang masih relatif sulit.

Namun realita yang ada, orang tua terkadang merasa tidak tega, tidak bersabar, khawatir yang lahir karena bentuk rasa sayang yang berlebihan kepada anak.  Inilah salah satu penyebab dari kegagalan anak dalam proses kemandiriannya. Oleh karena itu, orang tua perlu memperbaiki sikap mental agar tidak mudah khawatir dengan anak.

Faktor lingkungan juga terkadang ikut andil dalam kegagalan proses kemandirian anak. Dorongan negatif dari lingkungan sekitar yang terkadang menganggap apa yang orang tua lakukan untuk melatih kemandirian anaknya sebagai bentuk eksploitasi. Padahal yang paling terpenting dan utama dalam membangun dan mendidik kemandirian anak adalah ketika anak merasa senang dalam melakukan aktivitas kemandiriannya tanpa ada rasa takut ataupun karena ada rasa tekanan dari luar.

Perlu diketahui bahwa kemandirian anak usia dini berbeda dengan kemandirian remaja ataupun orang dewasa. Jika pengertian mandiri untuk remaja dan orang dewasa adalah kemampuan seseorang untuk bertanggung jawab atas apa yang dilakukan tanpa membebani orang lain, sedangkan untuk anak usia dini adalah kemampuan yang disesuaikan perkembangan usianya.

Adapun jenis kemandirian anak yang perlu dibangun adalah sebagai berikut:

1. Kemandirian dalam Keterampilan Hidup

Prinsip pokok menumbuhkan kemandirian dalam keterampilan hidup adalah memberi kesempatan, bukan melatih. Anak secara alamiah memang cenderung berusaha belajar melakukan berbagai keterampilan hidup sehari-hari secara mandiri, semisal makan, mengenakan baju sendiri, mandiri sendiri, dsb.

Jika kita mengizinkan anak melakukan berbagai aktivitas hidup sehari-hari tersebut secara mandiri, lambat laun akan terampil. Yang kita perlukan hanyalah kesediaan mendampingi sehingga anak tidak melakukan terlalu banyak kesalahan, meskipun kita tetap harus menyadari bahwa untuk mencapai keterampilan perlu latihan yang banyak dengan berbagai kesalahannya.

Kemandirian itu akan lebih meningkat kualitasnya jika orangtua secara sengaja memberi rangsangan kepada anak berupa tantangan untuk mengerjakan yang lebih rumit dan sulit. Ini bukan saja melatih kemandirian dalam urusan keterampilan hidup sehari-hari, melainkan juga menumbuhkan kemandirian secara emosional.

2. Kemandirian Psikososial

Bertengkar itu tidak baik. Tetapi menghentikan pertengkaran begitu saja, menjadikan anak kehilangan kesempatan untuk belajar menyelesaikan konflik. Kita memang harus menengahi dan adakalanya menghentikan. Tetapi kita juga harus membantu anak menggali masalahnya, merunut sebabnya dan menawarkan jalan keluar kepada anak, baik dengan menunjukkan berbagai alternatif tindakan yang dapat diambil maupun menanyakan kepada anak tentang apa saja yang lebih baik untuk dilakukan.

Apa yang terjadi jika kita bertindak keras terhadap berbagai konflik yang terjadi antar anak? Banyak hal,  salah satunya anak tidak berani mengambil sikap yang berbeda dengan teman-temannya, meskipun dia tahu bahwa sikap itulah yang seharusnya dia ambil. Padahal kita seharusnya menanamkan pada diri anak sikap untuk mendahulukan prinsip daripada harmoni. Rukun itu penting, tapi hidup dengan berpegang pada prinsip yang benar itu jauh lebih penting. Kita tanamkan kepada mereka principles over harmony , melakukan hal-hal yang benar semata-mata karena prinsip. Bukan karena ada orang lain yang memaksa anak melakukannya.

Lalu apakah yang harus kita lakukan jika anak sedang bertengkar? Apakah kita biarkan mereka? Tidak. Kita tidak boleh membiarkan. Kita harus menangani. Membiarkan anak bertengkar dengan keyakinan mereka akan mampu menyelesaikan sendiri dapat memicu terjadi situasi submisif, yakni siapa kuat dia yang menang. Dan inilah yang sedang terjadi di negeri kita. Bahkan urusan antre pun, siapa yang kuat dia yang duluan. Dampaknya akan sangat luas dan bisa menakutkan.

Kita juga dapat melatih kemandirian psikososial anak secara lebih luas. Melatih toilet trainee beserta adab-adabnya. Melatihnya bagaimana adab ketika bertamu atau menerima tamu, adab berbicara kepada yang lebih tua atau yang lebih muda, dan lain sebagainya.

3. Kemandirian Belajar

Inilah proses serius kita hari ini. Banyak sekolah yang bersibuk mengajari anak agar terampil membaca, menulis semenjak usia dini, tapi lupa bahwa yang paling mendasar adalah sikap positif, kemauan yang kuat, dorongan dan kebanggaan akan kegiatan tersebut.

Jika anak memiliki kemauan yang kuat untuk belajar disertai keyakinan (bukan hanya paham) bahwa belajar itu penting, maka kita dapat berharap anak akan cenderung menjadi pembelajar mandiri saat mereka memasuki usia 10 tahun. Sebaliknya jika kita hanya mengajari mereka berbagai kecakapan belajar semisal membaca, menulis, dan berhitung di usia dini, mungkin awalnya mereka menggebu-gebu untuk mempelajari semua itu, namun di usia 10 tahun justru menjadi titik balik berupa kejenuhan serta keengganan belajar.

4. Kemandirian Emosional

Bekal pokok dari kemandirian emosional adalah pengenalan diri yang diikuti dengan penerimaan diri, kemudian pengendalian diri. Ini memerlukan peran orangtua dalam mengajak anak untuk mengenali kelebihan-kelebihan, kekurangan, kemampuan dan kelemahannya sendiri. Pada saat yang sama orangtua menunjukkan penerimaan terhadap kekurangan maupun kelemahan anak, tetapi bukan berarti membiarkan anak melemahkan dirinya sendiri. Malas dan enggan mengatasi masalah merupakan bentuk sikap melemahkan diri sendiri. Orangtua perlu menunjukkan bahwa setiap orang memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Maka tak patut merendahkan orang lain, tak pantas pula meninggikan diri. Lebih-lebih untuk sesuatu yang diperoleh tanpa melakukan usaha apa pun alias sepenuhnya merupakan pemberian semenjak lahir.

Yang juga penting untuk dilakukan adalah mendampingi anak mengenali kebutuhannya. Balita pun tak perlu rewel jika ia telah dapat mengenali kebutuhannya untuk istirahat. Perlu juga mendampingi mereka untuk belajar membedakan antara kebutuhan dan keinginan. Kebutuhan perlu dipenuhi, meski tak serta-merta. Sedangkan keinginan, adakalanya dapat dituruti, tetapi tetap perlu belajar menahan diri. Semua ini ditumbuhkan bersamaan dengan menguatkan dorongan sekaligus kemampuan bertanggung-jawab, termasuk berkait dengan konsekuensi atas berbagai tindakan mereka.

Salam Ibu Profesional,

/Tim Fasilitator Bunda Sayang/

📚Sumber bacaan :

Muhammad Fauzil Adhim, Anak Perlu Belajar Mandiri, Majalah Hidayatullah edisi November 2014.

Ciri Anak Mandiri dan Tahapan Perkembangan Kemandirian, www.Al-MaghribiCendekia.com, 2015

William Sears, M.D., Anak Cerdas: Peranan Orang Tua dalam Mewujudkannya, Emerald Publishing, Jakarta 2004

Berkomunikasi Sesuai Dengan Bahasa Cinta Anak

10.05 0
_Cemilan Rabu #3_ plus _Review #3 Komunikasi Produktif_

*BERKOMUNIKASI SESUAI BAHASA CINTA ANAK*

Menurut Gary Champan & Ross Campbell, MD, dalam buku mereka yang bertajuk The Five Love Languages of Children, terdapat 5 cara anak dan manusia memahami dan mengekspresikan cinta, yakni;

1. Sentuhan Fisik,

2. Kata-kata Mendukung,

3. Waktu Bersama,

4. Pemberian Hadiah,

 5. Pelayanan.


Umumnya setiap anak bisa menerima cinta melalui 5 bahasa di atas, namun ada satu bahasa yang paling dominan pada masing-masing anak. Berikut adalah tips dalam berkomunikasi dengan si kecil sesuai bahasa cintanya.

1. Apabila bahasa cinta anak kita adalah Sentuhan Fisik
* Saat bertemu dan berpisah dengan si kecil, berilah pelukan.
* Saat si kecil stres, beri belaian untuk menenangkannya.
* Peluk dan cium si kecil saat ia tidur malam dan bangun pagi.
* Setelah mengajar disiplin pada si kecil, beri pelukan sejenak dan jelaskan bahwa pengajaran yang diberikan adalah untuk kebaikannya dan Anda tetap sayang padanya.
* Saat memilih hadiah untuknya, beri benda yang dapat ia pegang/peluk, seperti bantal, boneka, atau selimut.
* Saat menghabiskan waktu bersama si kecil, seperti menonton televisi bersama, duduklah berdekatan dengannya, sambil berpelukan.
* Sering-seringlah bertanya padanya apakah ia mau digandeng atau dipeluk.
* Apabila ia terluka, pegang dan peluk mereka untuk memberi kenyamanan.

2.Apabila bahasa cintanya adalah Kata-kata Mendukung
* Saat menyiapkan bekal untuknya, masukkan kertas kecil berisi kata-kata mendukung.
* Saat ia berhasil mencapai prestasi, tunjukkan rasa bangga Anda dengan memberi kata-kata membangun, seperti “Mama bangga dengan adik bermain adil di permainan tadi,” atau “Kakak baik sekali membantu adik membangun rumah-rumahan itu.”
* Simpan hasil karya si kecil, seperti lukisan atau tulisan, dan pajang dengan tambahan tempelan kertas mengapa Anda bangga dengan karyanya itu.
* Biasakan mengucap kata, “Mama sayang kamu,” tiap berpisah dengan si kecil atau menidurkannya di malam hari.
* Saat si kecil bersedih, bangun kepercayaan dirinya dengan mengucapkan alasan-alasan yang membuat Anda bangga padanya.


3. Apabila bahasa cintanya adalah Waktu Bersama
* Coba libatkan anak dalam aktivitas-aktivitas Anda, seperti belanja ke supermarket, memasak, mencuci piring, dan lain sebagainya.
* Saat si kecil ingin bercerita, hentikan sejenak aktivitas Anda untuk benar-benar menatap dan mendengarnya.
* Ajak si kecil memasak bersama, seperti membuat kue atau camilan lainnya.
* Tanyakan kepada si kecil mengenai tempat-tempat yang ingin ia kunjungi, dan jika ada kesempatan, beri kejutan dengan mengajak mereka ke tempat-tempat tersebut.
* Biasakan untuk memintanya menceritakan hari yang ia lalui di sekolah atau aktivitas lain yang telah ia lakukan.
* Saat mengajak si kecil bermain, bermainlah bersamanya ketimbang hanya menonton.
* Jika Anda memiliki lebih dari 1 anak, tetapkan jadwal bermain dengan masing-masing anak secara individu, tanpa melibatkan yang lain.


4. Apabila bahasa cintanya adalah Pemberian Hadiah
* Kumpulkan hadiah-hadiah kecil (tak perlu mahal) untuk diberikan kepada si kecil di saat-saat yang pas.
* Bawa permen atau camilan kecil lain yang dapat Anda berikan pada si kecil saat sedang bepergian.
* Beri makanan kesukaan si kecil, Anda bisa memasaknya sendiri atau mengajak si kecil ke restoran kesukaannya.
* Buah sebuah “kantong hadiah” berisi hadiah-hadiah (tak perlu mahal) yang dapat dipilih si kecil saat ia melakukan prestasi.
* Saat menyiapkan bekal untuknya, selipkan hadiah kecil untuknya.
* Buatkan semacam permainan teka-teki untuknya mencari hadiah dari Anda.
* Daripada membeli hadiah ulang tahun yang mahal, buatkan pesta ulang tahun meriah di tempat yang ia sukai.


5. Apabila bahas cintanya adalah Pelayanan
* Temani ia saat mengerjakan pekerjaan rumahnya.
* Saat ia sedih atau menghadapi kesulitan, buatkan makanan kesukaannya.
* Daripada menyuruhnya tidur, gendong atau gandeng mereka ke tempat tidur.
* Saat sedang bersiap-siap berangkat ke sekolah, bantu mereka memilih pakaian untuk hari itu.
* Mulai ajarkan si kecil mengasihi orang lain dengan memberi contoh membantu orang lain atau memberi sumbangan kepada orang yang kurang mampu.
* Saat si kecil sakit, angkat semangatnya dengan menonton film, membaca buku, atau masak sup yang ia sukai.
* Saat menyiapkan sarapan, makan siang, atau makan malam, selipkan makanan penutup atau camilan kesukaan mereka.

Cara mengamati bahasa cinta anak :

1.  Amati cara si Kecil mengekspresikan cintanya pada Mama
Apabila si Kecil seringkali mengucapkan “Aku sayang Mama” atau “Terima kasih Mama atas makan malam yang enak”, Bahasa Cinta yang dominan padanya mungkin adalah “Kata-kata Mendukung”.

2. Amati cara si Kecil mengekspresikan cinta kepada orang lain
Apabila si Kecil seringkali ingin memberikan hadiah kepada teman atau gurunya, mungkin Bahasa Cinta yang dominan padanya adalah “Pemberian Hadiah”.

3. Pelajari apa yang seringkali diminta oleh si Kecil
Apabila si Kecil sering meminta Mama untuk menemaninya bermain atau membacakan cerita untuknya, maka Bahasa Cinta yang dominan padanya mungkin “Waktu Bersama”. Sedangkan kalau si Kecil sering meminta pendapat Mama mengenai apapun yang sedang dilakukannya, seperti “Mama suka ga sama gambarku?” atau “Bajuku bagus ga Ma?”, mungkin Bahasa Cinta yang dominan padanya adalah “Kata-kata Mendukung”.

4. Pelajari apa yang seringkali dikeluhkan oleh si Kecil
Apabila si Kecil sering mengeluh mengenai kesibukan Mama atau Papa diluar rumah, seperti “Papa kok kerja terus yah” atau “Mama kok ga pernah mengajakku ke taman lagi,” maka mungkin Bahasa Cinta yang dominan padanya adalah “Waktu Bersama”.

5. Beri 2 pilihan kepada si Kecil
Dalam melakukan aktivitas sehari-hari, Mama bisa menanyakan apa yang diinginkan si Kecil, untuk menemukan Bahasa Cinta yang dominan padanya. Pertanyaan yang diberikan dapat berupa pilihan antara 2 Bahasa Cinta. Contohnya, saat Mama ada waktu luang, dapat memberi pilihan kepada si Kecil seperti “Sore ini adik mau Mama temani jalan-jalan atau mau Mama betulkan rok adik yang rusak?”, dengan memberi pilihan ini maka Mama memberikan pilihan antara Bahasa Cinta “Waktu Bersama” atau “Pelayanan”.


_Sumber bacaan_:

_Gary Chapman & Ross campbell M.D, The 5 Love language of children, jakarta, 2014_

_Eric Berne, Games people Play, jakarta_

_Eric Berne, Transaksional Analysis, jakarta._
.

Bertanggung Jawab terhadap Hasil Komunikasi Kita

10.03 0
☕🍪 _cemilan rabu #2_ 🍪☕

*BERTANGGUNG JAWAB TERHADAP HASIL KOMUNIKASI KITA*

Bulan ini bagi teman-teman yang sudah bisa menyelesaikan tantangan 10 hari, akan mendapatkan badge yang bertuliskan

_I'm responsible for my communication result_

Artinya apabila hasil komunikasi kita dengan pasangan hidup, dengan anak-anak, dengan teman-teman di komunitas, rekan kerja dan masyarakat sekitar kita, tidak sesuai harapan, maka jangan salahkan penerima pesan, kitalah yang bertanggung jawab untuk mengubah strategi komunikasi kita.

Contoh kasus saya pernah jengkel dengan assisten rumah tangga saya yang biasa dipanggil budhe. Berkali-kali diberitahu cara setrika yang benar, tapi hasilnya selalu salah.

Kondisi seperti ini biasanya akan menyulut emosi kita ke penerima pesan.

Maka saya harus segera mencari orang ketiga untuk cari solusi lain.

Saya ceritakan kondisi ini ke pak dodik, beliau hanya menjawab simple

"Kalau sekali saja diberitahu langsung paham, maka budhe itu sudah pasti jadi manager sebuah bank, bukan kerja di rumah ini"

(😀 beginilah salah satu gaya komunikasi pak dodik)

Hmmm....sayalah yang harus mengubah strategi komunikasi saya, artinya gaya komunikasi saya tidak tepat saat itu, bukan salah budhe.

Akhirnya ketemulah pola, kalau berkomunikasi dengan budhe harus diberi contoh, tidak hanya diberitahu lewat omongan saja.

Ini baru satu contoh komunikasi kita dengan assisten rumah tangga, belum lagi kasus komunikasi kita dengan ibu kita atau dengan ibu mertua kita, pasti makin kompleks. Dan yakinlah semua itu membuat kita makin terampil berkomunikasi, selama kita tidak menyalahkan hasil komunikasi kepada orang yang kita ajak bicara.

_There is NO failure, only WRONG RESULT, so we have to CHANGE our strategy_

Tidak ada kegagalan berkomunikasi itu yang ada hanya hasil yang berbeda, tidak sesuai harapan, untuk itu segera ubah strategy komunikasi anda.

Ingat satu hal ini, pada dasarnya kebutuhan manusia yang paling dalam adalah keinginan agar perasaannya didengar, diterima, dimengerti dan dihargai.

Jadi dalam komunikasi, kita perlu meningkatkan kemampuan kita dalam mencoba memahami perasaan orang lain, apakah itu teman, pasangan hidup, rekan kerja, atasan, anak atau siapapun juga yang menjadi lawan bicara kita.

Untuk anak-anak, seringkali mereka belum mampu untuk mengatakan apa yang mereka rasakan, bisa jadi karena perbendaharaan kata mereka yang belum banyak.

Maka mereka akan menggunakan bahasa tubuh bahkan jauh ketika mereka belum pandai berbicara.

Sebagai orang tua maka kita harus meningkatkan kepekaan kita dalam menangkap makna dibalik bahasa tubuh dan perasaan apa yang mendasari sehingga kita bisa memahami perasaan yang ingin disampaikan si anak.

Rasa kurang percaya diri biasanya muncul karena kita “menidakkan perasaan” sehingga lawan bicara menjadi bingung, kesal, tidak mengenali perasaannya sendiri akhirnya tidak percaya pada perasaannya sendiri.

Jadi ingat dialog saya dan ibu waktu kecil

Saya : “Ibu, aku benci sama pak Guru. Tadi aku dimarahi di depan kelas”

Ibu : “Pasti kamu melakukan kesalahan makanya pak Guru marah sama kamu. Tidak mungkin kan pak Guru tiba-tiba marah”

Kalimat itu membuat saya jengkel sekali karena ibu seakan-akan justru membela pak guru dan otomatis menyalahkan saya.

Padahal saya hanya ingin di dengarkan. Sehingga kalimat

"Mbak jengkel banget ya sama pak guru, sini duduk sebelah ibu, minum teh hangat, dan mbak lanjutkan ceritanya"

Selamat melanjutkan tantangan komunikasi anda, jangan pernah menyerah walau kadang anda merasa lelah.

Salam Ibu Profesional,

/Septi Peni/

Sumber bacaan :

_Pengalaman pribadi dalam menghadapi tantangan komunikasi sehari-hari_

12 Gaya Populer, Penghambat Komunikasi Kita

10.00 0
📆  Hari baru, Semangat Baru

Satu minggu sudah kita memperdalam materi "Komunikasi Produktif". Dan teman-teman saat ini sedang melatih kekonsistenan diri dalam menjaga komunikasi dengan diri kita sendiri, dengan partner atau rekan kerja  dan dengan anak-anak kita. Banyak tantangan ya pasti, tapi seru. Di pekan pertama ini, kami ingin berbagi tentang 12 gaya populer, yang menghambat komunikasi kita.

Mungkin sebagian besar dari kita sudah sering mendengar tentang 12 gaya populer (parenthogenic).  Tanpa kita sadari, secara turun temurun 12 gaya komunikasi ini sering kita gunakan dalam percakapan sehari-hari.

Ketika anak sedang atau tidak bermasalah pun, jika kita sering meresponnya dengan menggunakan 12 gaya populer ini, anak akan merasa tidak percaya dengan emosi atau perasaannya sendiri.

Padahal sangat penting bagi anak untuk belajar percaya dengan perasaannya dan dirinya, hal tersebut akan mendukung perkembangan emosinya dan mendorong anak tumbuh menjadi percaya diri.

Jika perkembangan emosi anak baik, ia juga akan memiliki kontrol diri yang baik ketika menghadapi suatu masalah, bahkan ia akan mampu menyelesaikan masalahnya sendiri.

Berikut adalah  contoh-contoh 12 gaya populer:

1⃣Memerintah,
contoh: “Mama tidak mau dengar alasan kamu, sekarang masuk kamar dan bereskan kamarmu!”

2⃣Menyalahkan,
contoh: Ketika anak tidak bisa mengerjakan soal PRnya, ayah berkata, “Tuh kan. Itulah akibatnya kalau kamu tidak mendengarkan Ayah dan malas belajar”

3⃣Meremehkan,
contoh: “Masak pakai sepatu sendiri saja tidak bisa, bisanya apa dong Kak?”

4⃣Membandingkan,
contoh: “Kok kamu diminta naik ke panggung saja tidak mau sih Kak, tuh lihat Andi saja mau”

5⃣Memberi cap,
contoh:”Dasar anak bodoh, disuruh beli ini saja salah!”

6⃣Mengancam,
 contoh: “Kalau kamu tidak mau makan lagi, kamu tidak akan dapat uang jajan selama seminggu!”

7⃣Menasehati,
contoh: “Makanya, kalau mau makan cuci tangannya dulu, nak… Tangan kan kotor banyak kumannya…”

8⃣Membohongi,
contoh: “Disuntik tidak sakit kok nak, seperti digigit semut aja kok”

9⃣Menghibur,
contoh: Ketika adik menemukan bahwa es krim nya dimakan oleh kakaknya tanpa sepengetahuannya, bunda berkata, “Sudah ya sayang, besok bunda belikan lagi es krimnya, lebih enak dari yang dimakan kakak tadi”

🔟Mengeritik,
contoh: “Lihat tuh! Masak mengepel masih kotor dimana-mana begitu. Mengepelnya yang benar dong!”

1⃣1⃣Menyindir,
contoh: “Hmmm… Pintar ya? Sudah mandi, sekarang main tanah dan pasir lagi”

1⃣2⃣Menganalisa,
contoh: “Kalau begitu, yang mengambil bukumu bukan temanmu, mungkin kamu tinggalkan di tempat lain…”

Aha! makin banyak yang harus kita perbaiki ya, ayo lanjutkan tantangan 10 hari teman-teman, dengan kualitas komunikasi yang semakin bagus.


Salam Ibu Profesional,



/Tim Fasilitator Bunda Sayang/

_Sumber bacaan_:

_Elly Risman, Penghambat Komunikasi Dalam Keluarga, artikel, 2014_

_Tim Fasilitator Bunda sayang IIP, Hasil Tantangan 10 hari, komunikasi produktif, 2017_

Komunikasi Produktif

09.57 0
Institut Ibu Profesional
Materi Kelas Bunda Sayang sesi #1

KOMUNIKASI PRODUKTIF

Selisih paham sering kali muncul bukan karena isi percakapan melainkan dari cara penyampaiannya. Maka di tahap awal ini penting bagi kita untuk belajar cara berkomunikasi yang produktif,  agar tidak mengganggu hal penting yang ingin kita sampaikan,  baik kepada diri sendiri,  kepada pasangan hidup kita dan anak-anak kita.

*_KOMUNIKASI DENGAN DIRI SENDIRI_*

Tantangan terbesar dalam komunikasi adalah mengubah pola komunikasi diri kita sendiri. Karena mungkin selama ini kita tidak menyadarinya bahwa komunikasi diri kita termasuk ranah komunikasi yang tidak produktif.

Kita mulai dari pemilihan kata yang kita gunakan sehari-hari.

*_Kosakata kita adalah output dari struktur berpikir  dan cara kita berpikir_*

Ketika kita selalu berpikir positif maka kata-kata yang keluar dari mulut kita juga kata-kata positif, demikian juga sebaliknya.

_Kata-kata anda itu membawa energi, maka pilihlah kata-kata anda_

Kata  *masalah* gantilah dengan *tantangan*

Kata *Susah* gantilah dengan *Menarik*

Kata *Aku tidak tahu* gantilah *Ayo kita cari tahu*

Ketika kita berbicara “masalah” kedua ujung bibir kita turun, bahu tertunduk, maka kita akan merasa semakin berat dan tidak bisa melihat solusi.


Tapi jika kita mengubahnya dengan “TANTANGAN”, kedua ujung bibir kita tertarik, bahu tegap, maka nalar kita akan bekerja mencari solusi.


*_Pemilihan diksi (Kosa kata) adalah pencerminan diri kita yang sesungguhnya_*


Pemilihan kata akan memberikan efek yang berbeda terhadap kinerja otak. Maka kita perlu berhati-hati dalam memilih kata supaya hidup lebih berenergi dan lebih bermakna.


 Jika diri kita masih sering berpikiran negatif, maka kemungkinan diksi (pilihan kata) kita juga kata-kata negatif, demikian juga sebaliknya.


*_KOMUNIKASI DENGAN PASANGAN_*

Ketika berkomunikasi dengan orang dewasa lain, maka awali dengan kesadaran bahwa “aku dan kamu” adalah 2 individu yang berbeda dan terima hal itu.


 Pasangan kita dilahirkaan oleh ayah ibu yang berbeda dengan kita, tumbuh dan berkembang pada lingkungan yang berbeda, belajar pada kelas yang berbeda, mengalami hal-hal yang berbeda dan banyak lagi hal lainnya.


Maka sangat boleh jadi pasangan kita memiliki *_Frame of Reference (FoR)_* dan *_Frame of Experience (FoE)_* yang berbeda dengan kita.


FoR adalah cara pandang, keyakinan, konsep dan tatanilai yang dianut seseorang. Bisa berasal dari pendidikan ortu, bukubacaan, pergaulan, indoktrinasi dll.


FoE adalah serangkaian kejadian yang dialami seseorang, yang dapat membangun emosi dan sikap mental seseorang.


FoE dan FoR mempengaruhi persepsi seseorang terhadap suatu pesan/informasi yang datang kepadanya.


Jadi jika pasangan memiliki pendapat dan pandangan yang berbeda atas sesuatu, ya tidak apa-apa, karena FoE dan FoR nya memang berbeda.


Komunikasi dilakukan untuk *MEMBAGIKAN* yang kutahu kepadamu, sudut pandangku agar kau mengerti, dan demikian pula SEBALIKnya.


*_Komunikasi yang baik akan membentuk FoE/FoR ku dan FoE/FoR mu ==> FoE/FoR KITA_*


 Sehingga ketika datang informasi akan dipahami secara sama antara kita dan pasangan kita, ketika kita menyampaikan sesuatu,  pasangan akan menerima pesan kita itu seperti yang kita inginkan.


Komunikasi menjadi bermasalah ketika menjadi *MEMAKSAKAN* pendapatku kepadamu, harus kau pakai sudut pandangku dan singkirkan sudut pandangmu.


Pada diri seseorang ada komponen NALAR dan EMOSI; *_bila Nalar panjang - Emosi kecil; bila Nalar pendek - Emosi tinggi_*


Komunikasi antara 2 orang dewasa berpijak pada Nalar.
Komunikasi yang sarat dengan aspek emosi terjadi pada anak-anak atau orang yang sudah tua.


Maka bila Anda dan pasangan masih masuk kategori Dewasa --sudah bukan anak-anak dan belum tua sekali-- maka selayaknya mengedepankan Nalar daripada emosi, dasarkan pada fakta/data dan untuk problem solving.


Bila Emosi anda dan pasangan sedang tinggi, jeda sejenak, redakan dulu ==> agar Nalar anda dan pasangan bisa berfungsi kembali dengan baik.


Ketika Emosi berada di puncak amarah (artinya Nalar berada di titik terendahnya) sesungguhnya TIDAK ADA komunikasi disana, tidak ada sesuatu yang dibagikan; yang ada hanya suara yang bersahut-sahutan, saling tindih berebut benar.


Ada beberapa kaidah yang dapat membantu meningkatkan efektivitas dan produktivitas komunikasi Anda dan pasangan:


1. *Kaidah 2C: Clear and Clarify*

Susunlah pesan yang ingin Anda sampaikan dengan kalimat yang jelas (clear) sehingga mudah dipahami pasangan. Gunakan bahasa yang baik dan nyaman bagi kedua belah pihak.


Berikan kesempatan kepada pasangan untuk bertanya, mengklarifikasi (clarify) bila ada hal-hal yang tidak dipahaminya.


2. *Choose the Right Time*

Pilihlah waktu dan suasana yang nyaman untuk menyampaikan pesan. Anda yang paling tahu tentang hal ini. Meski demikian tidak ada salahnya bertanya kepada pasangan waktu yang nyaman baginya berkomunikasi dengan anda, suasana yang diinginkannya, dll.


3. *Kaidah 7-38-55*

Albert Mehrabian menyampaikan bahwa pada komunikasi yang terkait dengan perasaan dan sikap (feeling and attitude) aspek verbal (kata-kata) itu hanya 7% memberikan dampak pada hasil komunikasi.


Komponen yang lebih besar mempengaruhi hasil komunikasi adalah intonasi suara (38%) dan bahasa tubuh (55%).

Anda tentu sudah paham mengenai hal ini. Bila pasangan anda mengatakan "Aku jujur. Sumpah berani mati!" namun matanya kesana-kemari tak berani menatap Anda, nada bicaranya mengambang maka pesan apa yang Anda tangkap? Kata-kata atau bahasa tubuh dan intonasi yang lebih Anda percayai?

Nah, demikian pula pasangan dalam menilai pesan yang Anda sampaikan, mereka akan menilai kesesuaian kata-kata, intonasi dan bahasa tubuh Anda.

4. *Intensity of Eye Contact*

Pepatah mengatakan _mata adalah jendela hati_


Pada saat berkomunikasi tataplah mata pasangan dengan lembut, itu akan memberikan kesan bahwa Anda terbuka, jujur, tak ada yang ditutupi. Disisi lain, dengan menatap matanya Anda juga dapat mengetahui apakah pasangan jujur, mengatakan apa adanya dan tak menutupi sesuatu apapun.


5. *Kaidah: I'm responsible for my communication results*

Hasil dari komunikasi adalah tanggung jawab komunikator, si pemberi pesan.

Jika si penerima pesan tidak paham atau salah memahami, jangan salahkan ia, cari cara yang lain dan gunakan bahasa yang dipahaminya.


Perhatikan senantiasa responnya dari waktu ke waktu agar Anda dapat segera mengubah strategi dan cara komunikasi bilamana diperlukan. Keterlambatan memahami respon dapat berakibat timbulnya rasa jengkel pada salah satu pihak atau bahkan keduanya.


*KOMUNIKASI DENGAN ANAK*

Anak –anak itu memiliki gaya komunikasi yang unik.

*_Mungkin mereka tidak memahami perkataan kita, tetapi mereka tidak pernah salah meng copy_*


Sehingga gaya komunikasi anak-anak kita itu bisa menjadi cerminan gaya komunikasi orangtuanya.

Maka kitalah yang harus belajar gaya komunikasi yang produktif dan efektif. Bukan kita yang memaksa anak-anak untuk memahami gaya komunikasi orangtuanya.

Kita pernah menjadi anak-anak, tetapi anak-anak belum pernah menjadi orangtua, sehingga sudah sangat wajar kalau kita yang harus memahami mereka.

Bagaimana Caranya ?

a. *Keep Information Short & Simple (KISS)*

Gunakan kalimat tunggal, bukan kalimat majemuk

⛔Kalimat tidak produktif :
“Nak, tolong setelah mandi handuknya langsung dijemur kemudian taruh baju kotor di mesin cuci ya, sisirlah rambutmu, dan jangan lupa rapikan tempat tidurmu.


✅Kalimat Produktif :
“Nak, setelah mandi handuknya langsung dijemur ya”  ( biarkan aktivitas ini selesai dilakukan anak, baru anda berikan informasi yang lain)

b. *Kendalikan intonasi suara dan gunakan suara ramah*

Masih ingat dengan rumus 7-38-55 ? selama ini kita sering menggunakan suara saja ketika berbicara ke anak, yang ternyata hanya 7% mempengaruhi keberhasilan komunikasi kita ke anak. 38% dipengaruhi intonasi suara dan 55% dipengaruhi bahasa tubuh

⛔Kalimat tidak produktif:
“Ambilkan buku itu !” ( tanpa senyum, tanpa menatap wajahnya)

✅Kalimat Produktif :
“Nak, tolong ambilkan buku itu ya” (suara lembut , tersenyum, menatap wajahnya)

Hasil perintah pada poin 1 dengan 2 akan berbeda. Pada poin 1, anak akan mengambilkan buku dengan cemberut. Sedangkan poin 2, anak akan mengambilkan buku senang hati.

c.  *Katakan apa yang kita inginkan, bukan yang tidak kita inginkan*

⛔Kalimat tidak produktif :
“Nak, Ibu tidak ingin kamu ngegame terus sampai lupa sholat, lupa belajar !”

✅Kalimat produktif :
“Nak, Ibu ingin kamu sholat tepat waktu dan rajin belajar”

d.  *Fokus ke depan, bukan masa lalu*

⛔Kalimat tidak produktif :
“Nilai matematikamu jelek sekali,Cuma dapat 6! Itu kan gara-gara kamu ngegame terus,sampai lupa waktu,lupa belajar, lupa PR. Ibu juga bilang apa. Makanya nurut sama Ibu biar nilai tidak jeblok. Kamu sih nggak mau belajar sungguh-sungguh, Ibu jengkel!”

✅Kalimat produktif :
“Ibu lihat nilai rapotmu, hasilnya tidak sesuai dengan yang diharapkan, ada yang bisa ibu bantu? Sehingga kamu bisa mengubah strategi belajar menjadi lebih baik lagi”

e. *Ganti kata ‘TIDAK BISA” menjadi “BISA”*

Otak kita akan bekerja seseai kosa kata. Jika kita mengatakan “tidak bisa” maka otak akan bekerja mengumpulkan data-data pendukung faktor ketidakbisaan tersebut. Setelah semua data faktor penyebab ketidakbisaan kita terkumpul , maka kita malas mengerjakan hal tersebut yang pada akhirnya menyebabkan ketidakbisaan sesungguhnya. Begitu pula dengan kata “BISA” akan membukakan jalan otak untuk mencari faktor-faktor penyebab bisa tersebut, pada akhirnya kita BISA menjalankannya.

f. *Fokus pada solusi bukan pada masalah*

⛔Kalimat tidak produktif :
“Kamu itu memang tidak pernah hati-hati, sudah berulangkali ibu ingatkan, kembalikan mainan pada tempatnya, tidak juga dikembalikan, sekarang hilang lagi kan, rasain sendiri!”

✅Kalimat produktif:
“ Ibu sudah ingatkan cara mengembalikan mainan pada tempatnya, sekarang kita belajar memasukkan setiap kategori mainan dalam satu tempat. Kamu boleh ambil mainan di kotak lain, dengan syarat masukkan mainan sebelumnya pada kotaknya terlebih dahulu”.


g. *Jelas dalam memberikan pujian dan kritikan*

Berikanlah pujian dan kritikan dengan menyebutkan perbuatan/sikap apa saja yang perlu dipuji dan yang perlu dikritik. Bukan hanya sekedar memberikan kata pujian dan asal kritik saja. Sehingga kita mengkritik sikap/perbuatannya bukan mengkritik pribadi anak tersebut.

⛔Pujian/Kritikan tidak produktif:

“Waah anak hebat, keren banget sih”
“Aduuh, nyebelin banget sih kamu”

✅Pujian/Kritikan produktif:
“Mas, caramu menyambut tamu Bapak/Ibu tadi pagi keren banget, sangat beradab, terima kasih ya nak”

“Kak, bahasa tubuhmu saat kita berbincang-bincang dengan tamu Bapak/Ibu tadi sungguh sangat mengganggu, bisakah kamu perbaiki lagi?”

h. *Gantilah nasihat menjadi refleksi pengalaman*

⛔Kalimat Tidak Produktif:
“Makanya jadi anak jangan malas, malam saat mau tidur, siapkan apa yang harus kamu bawa, sehingga pagi tinggal berangkat”

✅Kalimat Produktif:
“Ibu dulu pernah merasakan tertinggal barang yang sangat penting seperti kamu saat ini, rasanya sedih dan kecewa banget, makanya ibu selalu mempersiapkan segala sesuatunya di malam hari menjelang tidur.

I. *Gantilah kalimat interogasi dengan pernyataan observasi*

⛔Kalimat tidak produktif :
“Belajar apa hari ini di sekolah? Main apa saja tadi di sekolah?

✅Kalimat produktif :
“ Ibu lihat matamu berbinar sekali hari ini,sepertinya  bahagia sekali di sekolah,  boleh berbagi kebahagiaan dengan ibu?”

j. *Ganti kalimat yang Menolak/Mengalihkan perasaan dengan kalimat yang menunjukkan empati*

⛔Kalimat tidak produktif :
"Masa sih cuma jalan segitu aja capek?"

✅kalimat produktif :
kakak capek ya? Apa yang paling membuatmu lelah dari perjalanan kita hari ini?

k. *Ganti perintah dengan pilihan*

⛔kalimat tidak produktif :
“ Mandi sekarang ya kak!”

✅Kalimat produktif :
“Kak 30 menit  lagi kita akan berangkat, mau melanjutkan main 5 menit lagi,  baru mandi, atau mandi sekarang, kemudian bisa melanjutkan main sampai kita semua siap berangkat



Salam Ibu Profesional,


/Tim Bunda Sayang IIP/

Sumber bacaan:
_Albert Mehrabian, Silent Message : Implicit Communication of Emotions and attitudes, e book, paperback,2000_

_Dodik mariyanto, Padepokan Margosari : Komunikasi Pasangan, artikel, 2015_


_Institut Ibu Profesional, Bunda Sayang : Komunikasi Produktif, Gaza Media, 2014_


_Hasil wawancara dengan Septi Peni Wulandani tentang pola komunikasi di Padepokan Margosari_

Hari Kesepuluh Melatih Kemandirian Anak

09.40 0
Akhir pekan ini kami manfaatkan utk membersamai putri sulung kami Auda. Anak sulung saya ini sedang menuntut ilmu di Pondok Tahfidz Al Qur'an Ibnu Abbas Klaten. Target kemandirian yg ingin kami latih pada si sulung ini adalah mandiri finansial di usianya yg keenambelas ini.





Sejak umur 13 tahun si sulung ini sudah mulai berjualan jilbab dengan target pasar teman-teman di pondoknya. Semakin hari bakatnya sebagai designer semakin terasah. Apalagi setelah mengikuti kursus menjahit dan magang menjahit serta belajar langsung ke maestro di kota kecil kami.

Dipercaya beberapa kali sebagai team designer kostum kelas dan angkatan juga semakin memperkuat bakatnya ini. Dana akhir pekan ini, kami berkunjung ke sentra lurik dan batik di kota Klaten utk hunting bahan gamis seragam angkatannya. Senang bisa membersamai anak untuk terus mengasah bakatnya. Dengan berkunjung ke sentra lurik dan batik saya berharap Auda lebih termotivasi untuk mengembangkan bakat dan passionnya agar lebih produktif.


#harikesepuluh
#tantangan10hari
#melatihkemandiriananak
#kuliahbunsayiip

Hari Kesembilan Melatih Kemandirian Anak

09.26 0
Melatih empati termasuk melatih kemandirian emosial anak. Hari ini saya dan Ridho membezuk Kevin, balita penderita gizi buruk, yg menjadi anak asuh saya. Satu bulan terakhir ini kondisi Kevin semakin memburuk. Hari ini saat kami bezuk berat badan Kevin tinggal 5,7 kg 😭.
Komplikasi penyakit serta kondisi gizi buruk yang dideritanya semakin memburuk. Hal ini menyebabkan Kevin harus mendapat suply makanan melalui selang sonde yang dipasang pada lubang hidungnya. Tak ada lagi keceriaan melainkan rintihan dan erangan yg terdengar dari mulut kecilnya. Tubuhnya yang tinggal tulang berbalut kulit. Lemah lunglai tak lagi berdaya.



Melihat kondisi Kevin, Ridho sangat merasa trenyuh. Saat Kevin kududukan diatas pangkuan saya, Ridho ikut membelai dan mengipasi tubuhnya, dengan maksud utk mengusir gerah. Selama ini anak-anak hanya mendengar cerita tentang Kevin dari mulut saya. Hari ini Ridho melihat dan menyaksikan secara langsung bagaimana kondisi Kevin.

Sesampainya dirumah, Ridho pun bercerita kepada mas Abdul dan Abi tentang kondisi Kevin. Ridho menarik kesimpulan dari pengalaman ini dengan berkata, " Aku sungguh beruntung tidak sekurus Kevin, semoga Kevin cepat mendapat bantuan dari orang lain. Umi aku pun mau memberi bantuan utk Kevin."

Barakallah nak, semoga kunjungan kita hari ini lebih menambah rasa syukur kita dan membuka mata hati kita untuk peduli kepada sesama.

#harikesembilan
#tantangan10hari
#melatihkemandiriananak
#kuliahbunsayiip

Jumat, 03 Maret 2017

Hari Kedelapan Melatih Kemandirian Anak

06.51 0
Masih tentang kemandirian anak. Menyelesaikan tugas SBK menjadi beban tersendiri bagi Abdul, karena memang anak kedua saya ini lemah di bidang seni. Tugas SBK pekan ini adalah membuat lukisan batik dan menghiasnya dengan payet. Memang tugas ini selain membutuhkan jiwa seni juga membutuhkan kesabaran tingkat tinggi. Sebenarnya Abdul sudah membuat dasar lukisan batiknya, namun menurutnya terlalu rumit dan membutuhkan waktu yang lama untuk memasang payetnya.

Akhirnya dia berinisiatif untuk merubah lukisan batiknya dengan yang lebih sederhana. Dalam kegiatan ini saya berusaha untuk menahan diri untuk tidak membatunya, meski membuat hasta karya seperti ini salah satu passion saya. Saya ingin melatih Abdul agar menyelesaikan tugas SBK kali ini dengan jerih payahnya sendiri. Meski sampai larut malam dia harus mengerjakannya. Di pagi hari saya ingin bertanya kepadanya bagaimana rasanya mengerjakan sebuah pekerjaan yang tidak dia sukai. Namun belum ada respon darinya, yang ada adalah wajah cemberut karena tugasnya belum selesai. Yah.....masih ada waktu mas, selesaikan tugasmu dengan jerih payahmu sendiri, meski belum sempuran kelak engkau akan mengingatnya sebagai sebuah tantangan yang harus ditaklukan. Semangat !!!



#harikedelapan
#tantangan10hari
#melatihkemandiriananak
#kuliahbunsayiip

Hari Ketujuh Melatih Kemandirian Anak

06.50 0
Seorang calon pemimpin keluarga harus bijak menyikapi suatu masalah. Oleh karena itu kematangan emosional sangat diperlukan. Kebetulan ada beberapa masalah yang dihadapi Ridho, dan sebagai seorang kakak, anak lelaki tertua dalam keluarga kami, Abdulloh kami latih untuk membantu menyelesaikannya. Latihan ini sebagai bentuk dukungan moril kami agar kematangan emosional Abdulloh semakin terasah.

Ceritanya berawal saat Ridho mendapat masalah di sekolah akibat kesalahannya, membawa komik ke sekolah. Akibat kesalahannya ini, komiknya disita oleh wali kelas. Entah karena takut atau karena hal lain, Ridho tidak mau menceritakan hal itu kepada saya. Sebagai kakak Abdul yang terlebih dahulu mengetahui masalah ini mencoba untuk menyelesaikan masalahnya. Sebelum kami minta ternyata Abdul sudah mengambil langkah untuk membantu adiknya.

Sikapnya yang dewasa ingin melindungi adeknya sekaligus ingin menyadarkan adeknya bahwa  perbuatan membawa komik ke sekolah itu salah. Secara empat mata Abdul menceritakan masalahnya secara rinci. Abdul berpesan kepada saya agar tidak marah sebelum dia menyelidiki kasusnya dengan rinci. Dia juga berpesan agar saya tidak menceritakan masalah ini kepada abinya sebelum misi selesai. Kesempatan ini kemudian saya pakai untuk melatih tingkat kedewasaanya. Beberapa tugas saya berikan kepada Abdul, saya hanya mengarahkannya saja, misi penyelesaian sepenuhnya berada di tangan Abdul. Penyelesain masalah ini jadi seperti game detektif-detektifan. Asyik kan 😉

Tugas yang pertama adalah tabayun kepada adeknya, atas dasar apa si adek membawa komik kesekolah. Selesai, takjub juga dengan cara Abdul menyelesaikan tugas pertama ini. Infonya cukup valid, tanpa membuat adeknya menjadi terdakwa dan meski mau mengakui kesalahannya.

Tugas kedua adalah menemui wali kelasnya untuk mengklarifikasi masalah sekaligus mengambil komik yang disita. Awalnya Abdul merasa berat, setelah saya bekali dengan cara berkomunikasi yang baik, terutama penggunaan magic word, tugas ini selesai dengan baik.

Tugas ketiga sebagai tugas yang terakhir adalah mendorong adeknya untuk melakukan pengakuan kesalahan. Di saat forum keluarga petang ini, Abdul membuktikan mampu menjadi seorang pelindung yang baik. Adek akhirnya mau menceritakan kesalahannya sekaligus berjanji untuk tidak mengulanginya.

Congrat boy. The mission has been completed

#hariketujuh
#tantangan10hari
#melatihkemandiriananak
#kuliahbunsayiip

Rabu, 01 Maret 2017

Hari Keenam Melatih Kemandirian Anak

05.53 0
Jangan menyerah....
Jangan menyerah....

Lagu yang sering saya dendangkan ketika membersamai anak-anak yang sedang berjibaku dengan tantangan. Kalau umi sudah berdendang artinya anak-anak harus siap menyelesaikan tantangan dengan kreativitasnya sendiri. Arti lainnya suara umi sumbang, maka agar umi selesai berdendang tantangan harus diselesaikan 😂.

Seperti malam ini, saat Abdul mengerjakan soal yang menjadi tugas sekolah, beberapa soal tidak bisa dijawabnya. Seperti biasa Abdul dengan kemampuan komunikasinya mencoba untuk merayu saya agar mau membantu menjawab soal tentang nimfa. Dengan alasan tak punya LKS Cemara, dan pelajaran belum diajarkan. Dan saya pun hanya memberikan clue serangga. Mungkin karena ngantuk, bukannya mencari tahu tentang serangga, Abdul malah ngomel-ngomel tentang pembuat soal. Nyah .... anak mengantuk susah dilawan. Akhirnya daripada emosi Abdul berlarut-larut saya buat kesepakatan dengan Abdul untuk berwudhu terlebih dahulu, kemudian melanjutkan menjawab soal.
Sehabis berwudhu dan gosok selimut bukannya mencari tahu lebih lanjut tentang nimfa, ee...malah tarik selimut. Ya sudahlah obat mengantuk hanya satu...tidur. Konsekuensinya esok pagi harus mencari tahu tentang nimfa lewat browser.

Lain Abdul lain Ridho, kegiatan Ridho sore ini mengantar umi berkeliling ke beberapa toko untuk membeli keperluan jahitan. Toko pertama yang kami kunjungi adalah tempat neci kerudung, saat di toko pertama masih tahan. Lanjut di toko kedua membeli kancing baju, di toko kedua sudah mulai tak nyaman. Kemudian ditoko ketiga membeli plastik OPP, nah di toko ketiga ini mulai proteslah dia. Umipun tak menanggapi namun cukup berkata, "terima kasih ya dek sudah bersedia mengantar umi berbelanja, anak hebat, tugas anak lelaki kan menjaga dan melindungi umi dek". Dan Ridho pun terdiam.

#harikeenam
#tantangan10hari
#kemandiriananak
#kuliahbunsayiip