Senin, 26 Oktober 2020

Karakter Moral dan Kesuksesan Sebuah Team Work

07.18 0

Passion to Nation, asli Buper jan-jane kurang memahami maksudnya. Terlebih tugas kelas BunProd pekan ini adalah untuk mengenali karakter apa yang dimiliki untuk meyukseskan project passion di cohos kami.


Setelah bersemedi di malam Jum'at njuk lanjut semedi lagi di malam Sabtu, barulah Buper mengerti ternyata inti pelajaran di pekan ini adalah diminta untuk menganalisa tentang pengaruh karakter moral apa saja yang mempengaruhi sebuah team work. Duh... gamifikasi di kelas ini membuat Buper muter-muter dulu mencari apa sih definisi karakter itu njuk nyari apa sih karakter yang dibutuhkan untuk membangun teamwork yang sehat. Dapat tulisan menarik berjudul 15 Karakter Luar Biasa yang Harus Dimiliki oleh Sebuah Tim Kerja jadi perlu banyak belajar dan perlu lebih mengenal anggota tim Buper lebih lanjut. Soale posisiku adalah ketua tim di kelas ini. Menariknya lagi, di pekan ini aku dapat insight lagi untuk memperdalam ilmu tentang team work.


Sulit memang kalau harus langsung membuat tim solid dalam waktu 6 bulan. Apalagi ini adalah tim kerja yang notabene hanya mengandalkan pertemuan online. Pertemuan yang terbatas dan sulitnya komunikasi secara online menjadi sebuah kendala tersendiri. Terlebih di era sekarang ini, sangat sulit mempercayai semua yang berbau online. Bismillah sajalah, hitung-hitung ini adalah sarana untuk belajar membuat sebuah komunitas online yang produktif.


Bagiku team work itu bisa dianalogkan seperti sebuah proses pembuatan almari. Sebuah almari itu kan terdiri dari beberapa potong kayu, tidak akan jadi sebuah almari jika kayu-kayu itu tidak mengalami proses dipotong, dipalu, dipaku, dipasah, diukir atau di cat. Dan semua kayu harus siap mengalami semua proses itu. Dalam sebuah team work kayu itulah analog yang tepat untuk posisi anggota tim. Anggota tim harus siap untuk dipotong, dipaku dan lain sebagainya agar terbentuk almari yang cantik dan berfungsi dengan baik.


Dari beberapa diskusi dengan teman-teman, Buper semakin menyadari bahwa membuat tim yang solid itu benar-benar sulit. Banyak karakter yang membuat project kami tidak bisa berjalan. Satu diantaranya malah hampir membuat diskusi kami deadlock yakni faktor egois. Lebih lengkapnya nanti bisa dilihat dan dibaca di gambar yang terlampir di bawah ini. Satu catatan penting adalah agar kerja tim bisa berlanjut, maka harus membangun komunikasi yang efektif dengan tim. Jika FoE (Frame of Experience) dan FoR (Frame of Reference) belum sama, akan menyebabkan sikap cuek anggota tim bahkan bisa berujung ketidakpercayaan.

Contoh Mind Map Project Passion
Contoh Mind Map Project Passion

Selain itu Buper juga menangkap beberapa karakter yang bisa membuat sebuah kerja tim terjeda. Terlebih karena team work online, maka perbedaan waktu online itu bisa sangat-sangat menghambat. Perbedaan waktu ini sebenarnya bisa disiasati jika masing-masing tim mau konsisnten dengan tujuan yang ingin dicapai. Lagi-lagi masalah komunikasi juga mendasari hal ini.

Dari hasil diskusi, Buper menyadari bahwa setiap anggota tim itu unik. Dan mereka bisa berkembang sesuai dengan keunikan masing-masing sepanjang mereka memahami karakter yang menjadi kekuatannya. 

Mengenal Karakter Tim



Kalau menurut Buper, karena di pekan ini fokusnya mengembangkan team work, maka harus mencari kekuatan karakter yg dimiliki masing-masing anggota tim.

Dengan memakai strategi meninggikan gunung dan meratakan lembah agar tujuan project tercapai. Bukan saatnya lagi anggota timku mengambil satu karakter yang menjadi kelemahannya kemudian baru berjuang agar karakter itu melekat pada diri kita. 

Kalau justru mengambil karakter yang menjadi kelemahannya, aku khawatir justru akan menjadi faktor delay dalam mencapai tujuan tim. Oleh karenanya aku minta masing-masing memilih karakter yang menjadi kekuatannya dulu. Dan juga menyadari karakter mana yang menjadi kelemahannya

Setelah itu, baru bisa rumuskan sebuah strategi dengan analisa SWOT atau BMC dengan menggunakan kekuatan untuk mengatasi kelemahan. Mencari peluang untuk mengatasi ancaman dalam merealisasikan tujuan project.


Untuk itu;
 ♻️ Buper ambil karakter *trustworthiness* sebagai kekuatan.


Artinya menurut kamus adalah suatu keadaan atau kualitas pribadi yang dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Mau mengambil tanggungjawab atas kewajiban yang dibebankan untuk menyukseskan project


♻️ Kelemahan Buper adalah yang berkaitan dengan waktu, karena jujur termasuk orang plegmatis,  gak bisaan untuk menolak 😁. Walhasil karenanya sering berujung overlap job.

♻️ Sekarang Buper sedang berusaha menutupinya dengan banyak mendelegasikan tugas kepada orang yang dipercaya 🤭

Sangat penting untuk mengetahui kekuatan dan kelamahan semua anggota tim. Dengan begitu sebagai top manajemen kita bisa membuat sebuah perencanaan strategis agar tujuan tercapai. Seperti pemetaan yang Buper lakukan dengan analisa SWOT berikut ini

Contoh Matrik SWOT

Yah.... masih panjang jalan untuk merealisasikan project passion ini, semoga menjadi sebuah pintu pembuka menuju ranah produktif

Sabtu, 17 Oktober 2020

Membuat Kerangka Kerja dalam Sebuah Canvas Passion

04.47 0

Canvas?


Kali ini bukan sebuah media untuk menghasilkan karya. Namun Passion Canvas, sebuah strategi untuk menuju tahapan produktif. Strategi ini dimodifikasi dari konsep Bussines Model Canvas. Sebuah kerangka untuk mengembangkan strategi bisnis. Dengan Passion Canvas ini diharapkan mampu menyusun sebuah project yang dikembangkan dari sebuah passion.


Mengadopsi konsepnya BMC, maka Passion Canvas yang kubuat untuk menyelesaikan tugas Bunda Produktif ini juga mempunyai sembilan elemen dimana kesembilannya saling terkait. Yakni; tantangan, passion, hard skill, soft skill, solusi 1, solusi 2, ide, life stage passion dan project passion with co housing.Ya...  di Kelas Bunda Produktif ini, gamifikasi yang digunakan adalah membangun kota produktif. Kami para peserta dianalogkan sebagai warga kota yang tinggal di suatu cluster yang ditempatkan berdasarkan passion. Harapannya kelak dengan bertemu dan berkumpul dengan sesama warga yang memiliki passion yang sama, kami bisa berkomunitas, berjejaring dan mewujudkan satu project untuk membangun kota yang produktif.


Passion Canvas BuPer dalam Menuju Produktif


Menuju ranah produktif bagiku adalah suatu tahapan learning by doing. Bukan saatnya lagi untuk sekedar belajar dan mengumpulkan ilmu, namun sudah saatnya bergerak menelurkan sebuah karya. Kembali ke soal passion canva, berikut tahapan strategi yang aku gunakan untuk menyusunnya.


Tantangan

Aku memilih memulai menyusun ini dari tantangan yang ada di hadapan. Menyelesaikan tantangan akan membuat andrenalin meningkat. Bagiku hal ini sangat penting untuk mendukung suatu project agar berkelanjutan. Membuatku mantap untuk terus menguatkan komitmen dan konsistensi untuk menyelasaikannya. Tantangan yang kuhadapi saat ini adalah bagaimana cara membuat konten edukatif persuasif agar dapat digunakan untuk menyongsong era edu 4.0. Terlebih sebelumnya aku telah mendapatkan tantangan hidup di bidang komunikasi. Connecting the dot, aku merasa tantangan demi tantangan yang hadir dalam hidupku ini seperti sebuah puzzle yang harus diselesaikan. Sebagai seorang public figure, tantangan di bidang komunikasi membuatku berfikir tentang sebuah strategi untuk menyelesaikannya. Dan aku menemukan jawabannya dengan menggunakan passionku di bidang desain mampu dijadikan sebuah solusi. Ketertarikanku di dunia komunikasi visual seakan menghantarkanku menuju ranah produktivitas.


Passion

Tahap selanjutnya setelah membuat diagram aktivitas berdasarkan passion yang kumiliki adalah memilih satu diantaranya untuk dikembangkan di ranah produktif ini. Desain dan komunikasi adalah dua hal yang menjadi kekuatanku. Untuk itu aku memutuskan untuk menggunakannya dalam menyelesaikan tantangan ini. Dunia desain komunikasi visual memang identik dengan penggunaan media untuk berkomunikasi. Ketertarikanku pada dunia desain grafis akan menjadi pintu penghubung dengan elemen lain yang ada pada canvas ini.


Hard Skill

Tidak hanya sekedar mengisi kotak elemen pada canvas, untuk urusan desain grafis beberapa hard skill yang kumiliki akan menjadi kekuatan tersendiri. Beberapa software desain yang kukuasai InsyaAllah akan menguatkan potensi untuk menaklukkan tantangan


Soft Skill

Hard skill saja tidak cukup, ada beberapa soft skill yang kubutuhkan dalam menyelesaikan tantangan ini. Soft skill ini berkaitan dengan kecakapan dan kematangan dalam berfikir. Hal ini sangat penting untuk mendukung keberhasilan sebuah project. Alhamdulillah pengalaman lapangan yang kuperoleh di dunia kerja cukup menjadi penguat untuk mewujudkan project ini menjadi nyata


Solusi 1 dan Solusi 2

Elemen selanjutnya yang kuisi adalah solusi apa yang bisa kulakukan untuk menaklukkan tantangan dengan menggunakan passion yang kumiliki. Dari hasil corat-coret dan penerawangan, aku melihat untuk menghasilkan konten edukatif yang berdampak di era 4.0 yang dibutuhkan adalah sebuah konten yang bermuatan persuasif dan memiliki tampilan 3 D.


Ide

Setelah mengetahui tantangan, passion, skill dan solusi yang bisa diambil. Tiba saatnya mengalirkan ide project apa yang bisa digulirkan. Berdasarkan pengalaman, untuk sebuah konten edukasi yang menarik dan dapat diterima semua segmen, aku memilih membuat produk desain berupa microblog. Microblog sangat efektif digunakan sebagai media edukasi yang komunikatif. Sebuah microblog selain memuat informasi yang edukatif juga diselipkan sebuah konten CTA (Call To Action). Microblog yang baik terdiri dari minimal 3 konten dan maksimal 10 konten informatif. Dibandingkan flyer, microblog lebih memungkinkan untuk memuat info lebih detil, termasuk infografis dan penjelasan singkatnya


Life Stage Passion

Ini ilmu baru yang kudapatkan. Menurut Bu Septi, tahapan pengembangan passion itu sebagai berikut;

1. Fundamental Life Stage

Ini tahapan mengkayakan diri dengan ilmu pengetahuan, pengalaman dan skill dengan banyak mencoba aktivitas. Muncul di usia 0 -20 tahun. Inilah yang sering disebut tahapan passion for knowledge


2. Forefront Life Stage

Di tahapan ini biasanya orientasinya sudah mengembangkan passion untuk bisnis. Sudah yakin dengan passionnya dan mulai berkarya. Biasanya muncul pada usia 20 - 40 tahun. Biasa dikenal pula sebagai tahap Passion for Busines


3. Foster Life Stage

Muncul di usia 40 -60 tahun. Di tahap ini rerata sudah mapan hidupnya sehingga orientasinya lebih banyak untuk mengembangkan sesuatu, mendorong orang berbagi dan melayani. Sehingga tahapan ini sering pula disebut sebgai tahap passion for service. Saat ini aku berada di tahap ini. Bagiku berbagi itu adalah sesuatu yang membuat mataku berbinar sehingga aku lebih suka mengembangkan passion untuk hal ini


4. Final Life Stage

Ini tahapan paripurna, dimana seseorang yang berada pada tahap ini lebih suka menggunakan passion agar bermanfaat untuk orang banyak


Tahapan demi tahapan life stage passion itu boleh tidak berurutan. Karena tak jarang beberpa orang baru menyadari passionnya setelah masa pensiun. Tak ada kata terlambat untuk memulai tahapan demi tahapan tersebut.  


*****


Setelah berembug bersama, tiba saatnya untuk membuat project passion bersama dengan tajuk passion to nation. Kesamaan passion di co housing akhirnya mengerucutkan ide bersama. Ini setelah mengalami brainstroming, mengambil benang merah dari ide semua warga di Co Housing. 


Dengan mengucap bismillah....

Kami sepakat untuk memproduksi kartu edukatif, dengan brand Feducard yang merupakan kepanjangan dari Fun Edukatif Card. Kartu produksi kami adalah salah satu solusi untuk menyediakan media pembelajaran yang inovatif dan interaktif.



Pengen tahu gimana bentuknya?

Stay tune ya...


Kamis, 08 Oktober 2020

Beda Social Building dan Social Bonding

05.42 0

Baru-baru ini daerahku memang kembali digemparkan dengan adanya peningkatan kasus covid19 comfort atau bertambahnya jumlah pasien penderita covid19. Di era New Normal memang semua aktivitas sudah kembali normal.  Padahal di balik itu masih ada ancaman covid19. 



Menurutku secara pribadi butuh peran komunitas sebagai sebuah pusat penguatan agar masyarakat tetap aware terhadap ancaman yang mungkin terjadi. Setiap elemen komunitas yang ada di masyarakat bisa mengambil peran dalam mengatasi ancaman pandemi Covid19 ini.

Bicara komunitas aku jadi ini keidean untuk membuat sebuah project sosial building atau social bonding untuk membantu sesamanya terutama yang tergabung dalam komunitas tersebut. 


Sosial building atau social bonding, mirip namun tak sama. Apa beda keduanya? Berikut ini perbedaan dua project tersebut dari kacamataku.


SOCIAL BUILDING

✔️ Berfokus pada perilaku dan efeknya pada pola fikir.

✔️ Membantu orang belajar bagaimana menumbuhkan empati dan kepedulian kepada orang lain.

✔️ Membangun keterampilan seperti komunikasi, perencanaan, pemecahan masalah dan resolusi konflik.

✔️ Mendorong perubahan perilaku jangka panjang.

✔️ Membantu orang membangun jejaring.

✔️ Dipraktekkan dengan jangka waktu.


SOCIAL BONDING

✔️ Fokus pada kegiatan yang menyenangkan.

✔️ Membawa orang bersama-sama dengan mendorong kolaborasi dan sinergi dalam berempati

✔️ Membantu orang melihat satu sama lain dalam sudut pandang berbeda.

✔️ Memungkinkan orang untuk terhubung, mau berbagi dalam satu ikatan yang kuat.

✔️ Kegiatan yang dapat dilakukan secara berulang-ulang.

✔️ Ada kepuasan batiniah saat project ini berhasil.


Masih butuh banyak referensi untuk merumuskan project ini. 

Maukah berbagi ide, agar project ini bisa real menjadi kenyataan?

Minggu, 04 Oktober 2020

Menilik Lebih Lanjut Gamifikasi Bunda Produktif

17.37 0

Aku sebenarnya berencana untuk tidak menulis jurnal ini karena jiwa harmoniku terusik sekali dengan adanya pemilu di Hexagon City.

Awalnya aku antusias sekali ikuti event pemilu di Hexagon City ini. Karena pemilu itu bagiku memang sebuah sarana untuk pendewasaan diri.  


Gambar form tempat memilih


Semakin kesini aku semakin melihat bahwa pemilu di Hexagon Siti itu bukan hanya untuk pendewasaan diri. Gamifikasi ini benar-benar mampu untuk mengaduk-aduk emosi para pemainnya. Hexagon City adalah sebuah gamifikasi yang sedang aku ikuti di kelas benda produktif. Salut sama Bu Septi yang sudah menciptakan gamifikasi ini.

Keren.... gamifikasi ini benar-benar mampu menyatukan antara bermain dan belajar. Sampai pemainnya nggak sadar, emosinya ikut larut dan seperti tampak nyata.


Terus apa hubungannya pemilu dengan produktivitas?


Yah... inilah yang harus dicari benang merahnya. Gamifikasi ini adalah gamifikasi kelas Bunda Produktif IIP. Merujuk arti kata produktif dalam KBBI artinya adalah:


1. kemampuan untuk menghasilkan, atau 


2. kemampuan untuk membeli hasil manfaat yang menguntungkan,


3. selain itu produktif juga berarti kemampuan untuk menghasilkan sesuatu yang bisa dipakai secara terus-menerus dan membentuk unsur yang baru 


Jadi jelas memang tujuan gamifikasi ini adalah untuk mengajak para pemainnya agar mampu menghasilkan sesuatu yang lebih bermanfaat. Nah pemilu ini adalah salah satu analog yang keren yang  cocok dipakai di aplikasi ini.


Melihat para kandidatnya yang semuanya punya potensi dan memiliki visi misi yang luar biasa tampaknya game ini mampu mematik sisi lain agar member mau berbagi dan melayani. Hal itu sangat keren, apalagi ketika para kandidat itu mengumpulkan para timses dan membuat mereka ini mau mengambil peran di dalamnya.


Itu tadi sisi positif dari gamifikasi ini tetapi dalam sebuah gamifikasi tetap ada yang namanya sisi positif dan sisi negatif.


Sejauh ini aku belum melihat sisi negatifnya kecuali gamifikasi ini mampu membuat jiwa kompetisi member itu semakin muncul. Nggak salah sih berkompetisi itu karena itu fitrah manusia juga. 


Menurutku pemilu di Hexagon City ini tidak perlu ada timses tapi para kandidat itu akan dipilih melalui debat terbuka yang diselenggarakan oleh tim formula. Itu akan lebih baik karena keberadaan tim saat ini sering sekali justru memicu kericuhan. Di satu sisi memang adanya timses ini mampu mematik jiwa berbagi dan melayani. Tapi di sisi lain orientasi merekai hanya untuk memenangkan kandidat yang diusung. Ini yang perlu diwaspadai karena apa karena mereka lupa bahwa gamifikasi ini ada yang mengatur. Mereka juga tidak bisa membedakan antara realita dan gamifikasi. realitanya di Ibu profesional memang ada yang mengatur ada tim sekretaris regional ada jenjang jenjang perkuliahan yang lain.  


Tapi timses ini menganggap ketika kandidatnya itu menang maka itu akan membawa perubahan di seluruh regional. Padahal ini kan hanya gamifikasi. Berlkunya hanya di kelas Bunda Produktif. Kenyataannya ada yang mengatur regional dan seluruh jenjang perkuliahannya, termasuk aktivitas di dalamnya. Dan yang mengatur itu bukan Walikota Hexagon City.


Dibalik negatif dan positifnya aku tetap salut sama yang membuat gamifikasi ini. Keren .... memang sudah selayaknya belajar itu ya bermain, bermain itu ya belajar. 


Ayo ikut main!

Gunakan hak suaramu dengan bahagia ya