Senin, 30 Maret 2020

Jurnal Pekan Kedua Kelas Kepompong Bunda Cekatan

07.25 0



Review Puasa Pekan Kedua



Menjauhi fikiran negatif itu sungguh menyenangkan, meringankan otak dan memperlancar peredaran sel darah merah. Sehingga imunitas tubuhpun semakin meningkat. walau sejujurnya keep positive mind itu sesuatu yang berat, namun percayalah impactnya sangat luar biasa jika terbiasa untuk ini.

Fikiran negatif itu melelahkan, dekat sekali dengan perasaan, jika tidak bisa menstabilkan perasaan, alih-alih mendapatkan kebahagiaan, yang ada mungkin malah terbebani dan tertekan. Jadi benar sekali jika di pekan kedua ini aku berusaha untuk puasa berfikir negatif.

Berhasil?

Insya Allah, indikatornya tidak ada badge merah, yang berarti belum ada yang perlu ditingkatkan di pekan ini. Bisa jadi yang kuhadapi masih datar saja sehingga aku berhasil melaluinya. Sebenarnya bukan masalah keberhasilan yang menjadi insight di pekan ini. Namun.... kalian tahulah jika fikiran itu mempunyai membran yang sangat tipis yang membedakan antara positif dan negatif. Membran itu aku sebut perasaan. Yah ... perasaan, terlalu memperturutkan perasaan akan melemahkan akal.

Untuk tetap bisa mengasah akal agar bisa berfikir positif; berikut tips dari aku:

  1. Clear and clarify... (insight hari ke #4 dan #7)
  2. Berfikir skeptis ... (insight hari ke #2 dan #6)
  3. Lebih baik diam jika memang bukan ranahku...(insight hari ke #5)
  4. Mencari hikmah... (insight hari ke #3)
  5. Memperbanyak apresiasi dan mengurangi evaluasi... (insight hari ke #1)



Puasa BunCek Day #7
==================
Be positif change your main.

Setelah sepekan menghalau dikirab negatif. Hari ini kembali dikejutkan dengan case di salah satu kelas online yang kuampu. Ternyata ada seorang peserta yang WApri jikalau ada seorang peserta lain yang tidak tertib aturan. Sebagai admin yang baik, si mbaknya yang berkasus sudah kuWApri untuk clear and clarify, sebelum kuambil tindakan.

Penting bagiku untuk clear and clarify ini agar aku tetap bisa positif thinking kenapa mbaknya Samapi tidak tertib aturan. Bisa jadi beliaunya tidak manjat WAG secara tuntas, bisa jadi sudah manjat tidak namun paham tidak paham akan aturan tersebut.

Satu jam... Dua jam... Krik... Krik...

WAprianku tak dibalasnya. Baiklah, mungkin si embak sedang menunaikan GFoS.

Always positif aja, biar bisa mengelola kelas tanpa beban. Layaklah kalau hari ini aku mendapatkan excellent.


Puasa BunCek Day #6
================
Info dari beberapa media sosial dan televisi lokal kemarin menyebutkan bahwa salah seorang PDP yang ada di Pacitan secara rapid test dinyatakan positif. Hal ini tentunya menimbulkan kepanikan yang luar biasa di kalangan masyarakat. Terlebih sang PDP adalah seorang public figure. Instansi terkait pun segera mengeluarkan pernyataan untuk meredam kepanikan masyarakat dengan mengatakan hasil rapid test positif, belum tentu swap testnya positif.

Otakku langsung mengarah skeptis, kalau diteruskan bisa mengarah ke fikiran negatif tentang kinerja pemerintah. Owalah.... skeptis itu ternyata tipis-tipis. Jadi inhale exhale... mencoba untuk tetap positif. Bisa jadi pemerintah tidak ingin terjadi kericuhan di masyarakat. Bisa jadi pemerintah langsung merancang kebijakan baru yang lebih mengikat masyarakat dalam pencegahan covid 19 ini tanpa membuat masyarakat semakin parno. Iya... inhale exhale dan tetap berusaha positif menanggapi semua infoemasi yang masuk, itu cara terbaik untuk menjaga imunitas.


Puasa BunCek Day #5
================



Lebih baik diam daripada memperkeruh suasana. Namun jika berada di posisi admin WAG dan sedang terjadi sesuatu disana. Maka lebih baik menjauhi pikiran negatif dan merangkul semua pihak yang bertikai.


Puasa BunCek Day #4
==================

Awark banget saat dihubungi salah satu kolega menanyakan apakah memang benar semua SPJ satu kegiatan di desa akan dibuatkan oleh kami para pendamping. Ini berita gak ada asbabul nuzulnya langsung aja mampu membuatku panas dingin. Buka apa sih, kalau memang kebijakannya begitu langsung membuat teman-teman pendamping ilfill. Coz harus berhadapan dengan pak Bos yang super killer man.

Easy man.... Mari kita bersikap asertif dengan mengesampingkan pikiran negatif. Langsung aku ajak teman-teman crew pendamping untuk meeting kilat di zoom. Maklum BuPer sedang puasa berfikir negatif. Jadi begitu dapat sebuah kabar berita yang menyesakkan dada, maka langkah pertama yang di tempuh adalah clear and clarify.



Puasa BunCek Day #3
==================


Qoadarullah hari ini aku sakit, dalam sakit beberapa orang, dalam sakit terkadang tidak mampu berfikir positif. Terlebih dalam kondisi pandemi seperti ini. Kekhawatiran jikalau terjangkit Covid 19 mengalahkan semangat untuk sembuh.

Hari ini aku sakit batuk kering, dalam sakitku ini aku yakin Alloh bermaksud untuk menunjukkan rasa cintanya padaku. Jikalau aku harus terjangkit covid 19, mungkin Alloh menginginkan aku menjadi seorang surveyor covid 19. Walau dalam hati kecilku aku berdo'a semoga ini hanyalah batuk biasa. Sikap positif inilah yang akan membuatku tetap kuat dalam sakit



Puasa BunCek Day#2
==================
Yes... puasa hari ini berkaitan dnegan kegiatan onlineku. Tahu sendiri kan gaes bagaimana pola di DuMay itu. Di di DuMay bekal utama yang menjadi senjata adalah skeptis dan kacamata kuda. Ini penting agar dapat berfikir positif. Bahasa tulisan yang notabene terkadang ambigu adalah salah satu kendala dalam komunikasi via WAG. Hal ini sering menimbulkan kesalahpahaman, oelh karena itu satu tips yng kupakai ya itu tadi skeptis dan kacamata kuda.

no pict yaaa.... coz sedang no HP mode on



Puasa BunCek Day #1
==================
Memasuki pekank  aku bertekad untuk puasa berfikir negatif. Menurutku ini sangat penting.



Awal puasa yang bagus, aku mampu menghalau pikiran negatif saat mengisi workshop GC dan GD di sebuah SD Negeri yang berada di pelosok. Semua feedback yang diberikan peserta mengerucut ke terlalu cepatnya penyampaianku. Aku berfikir hal ini disebabkan karena rerata mereka hanya belum terbiasa dengan dunia online.

Salah satu kiat yang kupakai agar kuat puasa berfikir negatif kemarin adalah menghindari evaluasi dan memperbanyak apresiasi. Gaes... siapa sih yang suka di evaluasi? Evaluasi itu bagi sebagian orang sesuatu yang menurunkan harga diri. Termasuk orang yang memberikan evaluasi biasanya jika kebablasan jatuhnya bukan hanya sekedar mengevaluasi, malahan bisa masuk ke ranah mencari-cari kesalahan.

Beda dengan memperbanyak apresiasi, setiap orang, suka di apresiasi. Dengan mengapresiasi akan melahirkan insight, dengannya pula kita akan bisa tetap fokus pada solusi.

Selasa, 24 Maret 2020

Tantangan 30 Hari -Tahap Kepompong Buncek Batch#1

03.16 0



Day #30
========

"Ngelmu iku kalakone kanthi laku, lekase lawan kas, tegese kas nyantosani, setya budya pangekese dur angkara"
Cuplikan tembang pocung ini sarat makna. Artinya kurang lebih seperti ini; ilmu  bisa di dapat dengan cara dilakukan (by doing), menggunakan niat, sehingga jadi kuat, berbuat tulus dan usaha yang akan mengalahkan perbuatan jahat atau tercela.

Dan tampaknya di akhir periode tantangan ini aku layak mendapat excellent. Beberapa hari yang lalu memang ada beberapa rekan kerja yang tidak suka jika aku lebih paham tentang sebuah aplikasi pekerjaan. Mereka sampai mendiamkanku. Namun karena niatku bukan untuk mencari perhatian atau sensasi, maka aku cuek saja, woles. Yang penting kan niat.

Hari ini mungkin orang yang tak suka akan kembali merasa perih ketika tetiba aku diminta maju ke hadapan forum dalam rakoord tingkat kecamatan. Karena memang dirasa oleh pimpinan aku yang paling mengerti dan bisa memberikan solusi atas permasalahan yang sedang dihadapi oleh desa-desa dalam kaitannya dengan penganggaran untuk penanganan Covid-19.

Sebenarnya bukan hanya aku yang paling pintar. Namun keinginan tulusku untuk berbagi ilmu dan membantu desa yang menggerakkan pimpinan untuk memintaku maju sebagai narasumber. Yah... Tantangan seorang speaker itu adalah harus bisa menerapkan ilmu padi, semakin berisi semakin menunduk. Prestasi dan keilmuan yang dimiliki tak pantas membuatnya jumawa dan ingin dipuja.

Semoga senantiasa dimudahkan dalam meluruskan niat.


Day #29
========

Bersilaturahmi ke rumah teman lama. Sebenarnya niat utamanya bukan sekedar silaturahim Ding, tapi mau ambil beberapa barang milikku sekalian ambil slicer yang kupesan. Setiap kerumah temanku ini, penyambutan kedua orangtuanya sungguh membuatku merasa sangat dihargai.

Sambil menunggu barang pesananku siap kami ngobrol tentang persiapan puasa. Tentang tradisi megengan dan tarhib Ramadhan. Ngobrol dengan orang yang lebih sepuh itu harus sedikit berhati-hati. Orang sepuh itu lebih sensitif, jadi menjadi pendengar yang baik adalah salah satu strategi agar obrolan lebih bermakna. Akupun harus terbiasa, meski terkadang pemahaman dan ilmu kita lebih rasional daripada mereka. Namun dengan menjadi pendengar yang baik kita bisa berlaku santun kepada mereka. Badge excellent untuk seorang pendengar yang baik. 


Day #28
========

Sedih itu jikalau niat berbagiku oleh sebagian orang dikira ujub. Memang berbagi sesuatu yang kita miliki dan ujub itu hanya dibedaakan membran yang tipis. Yang bisa membedakan keduanya hanyalaah niat. Jikalau paras cantik atau harta menjadi salah satu alasan untuk ujub, maka kedua hal itu tidak ada pada diriku. Jika kepandaian dan wawasan bisa menjadi celah untuk ujub, mungkin penyakit ini bisa menimpaku. 

Sebuah pelajaran berharga yang kudapatkan hari ini adalah ketika ada rekan kerja yang tidak bisa memahami niat berbagiku dan salah sangka dikira aku mau menyombongkan diri atau pamer ilmu atau cari perhatian. Naudzubillah.... hal itu tidak pernah terbersit sedikitpun dalam niatku. Samppai akhirnya aaku tersadar bahwa niatku berbagi ilmu menggeser posisinya. Dulu sebelum aku muncul, rekan inilah yang senantiasa menjadi rujukan bagi rekan yang lain untuk bertanya. Namun kemunculanku tampaknya disalahartikan olehnya.

Tantangannya adalah bagaimana tetap bisa berkepala dingin dalam kondisi demikian. Memakai pepatah "biarlah anjing menggonggong, kafilah tetapp berlalu". Sesungguhnya niatku harus senantiasa kuluruskan. Seorang speaker tidak boleh langsung panas menghadapai kondisi ini. Maka hari ini aku coba ngalah walau bukan berarti aku salah. Manajemen emosi ini sangat penting bagi seorang speaker, maka bukan karena ingin ujub, peroleh hari ini aku sematkan excellent

Day #26 dan #27
==============

Day 26. Ragu antara layak dapat badge atau tidak. Pasalnya dihari ini aku lebih memilih untuk menghindari konflik. Meski suasana sedang menghangat di team work Pendamping Desa. Sebenarnya aku tak mau berasumsi, tetapi feelingku mengatakan ada rekan kerja yang tak suka dengan cara kerjaku. Si dia ini notabene karakternya memang tak pernah puas dengan kerjaan temannya. Woles sih... Mau nanggapi tapi aku yakin gak akan ada komunikasi di saat emosi sedang memuncak. 

Menghindar seperti ini salah satu strategi komunikasi juga. Akhirnya kuputuskan dapat badge excellent wae. Lho kok?
Iya ... Dong, gak mudah lho menahan diri untuk tidak membuka mulut dalam kondisi seperti ini. Tapi kalau aku membuka mulut, khawatir malah jadi ajang pembelaan diri. Menahan mulut itu salah satu bentuk self control yang sulit untuk diterapkan.

Day 27. Masih terkait ilmu gigit lidah. Ceritanya hari Minggu adalah hari setrika nasional di rumah. Mas Bojo memberi tahu jika akan datang saudara. Mendadak sih ngasih tahunya, sedangkan aku belum menyiapkan makan siang dalam jumlah banyak.

Karena Reflekmasih segunung baju yang harus disetrika, aku langsung mendelegasikan tugas ke Auda yang sedang nonton Drakor. Emak gue paling anti nonton sinetron, ntah si anak gadis ini nurun dari siapa 😂.

Antara diburu waktu dan kesel lihat Auda yang gak segera bangkit memasak. Emak pun kumat, suara sedikit meninggi saat mengulang instruksi. Respon Auda malah bikin ambyaar suasana. Duh ... Gigit lidah kalah sama Drakor 😁


Day #24 dan #25
==============

Day 24. Agak tricky emang buat hari ini. Karena saat rapat di desa tapi aku diposisikan sebagai Tsar, untuk mengatur perubahan APBDes. Perubahan ini terjadi karena titipan salah s orang pimpinan di kecamatan. Aku gak setuju, tapi juga gak mau ABS. Sehingga mau gak mau aku harus ambil jalan aman, agar tak salah ambil keputusan.

 Susah memang, badge satisfactory cukuplah. Aku pun mengarahkand dengan membahas hal yang subtansial saja. Selebihnya biar musyarawah Desa yang memutuskan.

Day 25. Alhamdulillah jadi lagi satu video tutorial untuk membantu perangkat desa input data penyerapan DD tahap 1 agar terbaca di aplikasi OMSPAM. Hu...hu... video ala-ala langsung take meski wajah masih kuyu, gak sempat lipenan. Video ini request dari salah seorang pimpinan. Semoga Bermanfaat, namun karena tanpa prepare gak bisa dapat excellent, karena saat terekam pun mik nya lupa belum dicolokkan. Very good wae lah



Day #23
=======

Praktek komunikasi persuasif kali ini kepada kolega. Kebetulan seharian harus ngantor karena ada beberapa berkas administrasi yang harus diselesaikan. Sembari mempersiapkan berkas yang permakades yang harus diedarkan guna mendapatkan tanda tangan dari sembilan belas (19) Desa. Tentunya aku gak akan mampu berkeliling ke sembilan belas (19) Desa ini seorang diri. Kubutuh kerjasama dari kolega yang lain. 

Namun tidak semua kolega ikhlas jika kumintai bantuan, walhasil aku harus menggunakan pendekatan persuasif agar mendapatkan bantuan. Alhamdulillah, setelah membaca pesanku semalam, dua orang kolega yang kukontak menyatakan kesediaannya untuk membantuku.

Resep menggerak mereka hanya satu sih, menjelaskan pesan sejelas mungkin dengan mengambil hatinya. Dan ketika kami bertemu di kantor, keduanya mengapresiasi berkas permakades yang telah selesai kususun. Kerja tepat, wajar kalau excellent akan mampir di kalender tantanganku.

Day #22
=======

Pagi hari saatnya sang speaker beraksi, kegagalan sua hari kemarin menjadi cambuk pagi ini harus menemukan cara yang efektif agar bisa menggerakkan orang-orang sekitar untuk mau mengikuti arahanku. Dimulai dari anak-anak dulu baru kemudian kolega.

Strategi untuk anak-anak kali ini adalah memberikan challenge kepada mereka. Siapa yang bisa membantu menyelesaikan tugas maka dia berhak mendapatkan apresiasi khusus. Alhamdulillah cukup jitu, semua tergerak untuk menyumbangkan tenaga terbaiknya. Mulai dari nyuci baju sampai ngepel lantai.

Udah senang aja aku bakalan dapat very good. 


Selanjutnya untuk kolega, ini yang membuatku tidak dapat nilai excellent. Pak bos memerintahkan aku untuk membuat g.form untuk pendataan petugas. Ok... Pak bos bisa menerima usulanku terkait penggunaan akun kantor. Giliran g.forn sudah launching, ternyata ekspetasiku tidak sesuai keinginan pak bos. Ya sudahlah, revisi dan revisi lagi.

Day #20 & #21
===========

Merapel lagi. Tersebab daku sedang PMS. Bawaannya uring-uringan 😁

Day #20 tantangannya adalah komnak. Banyaknya pekerjaan membuatku ingin mendelegasikan Beberapa pekerjaan domestik ke anak. Qadarullah... nak-anak di hari Ahad sudah punya agenda sendiri. Sehingga tak mau diganggu. Sempat sih suaraku meninggi saat mereka tidak mau menerima delegasi tugas dariku. Walau setelah mendengar suara keras menggeleng bak petir disiang bolong akhirnya mereka turun tangan. Tetapi ternyata hasilnya tidak sesuai ekspektasi. Ini artinya ada sesuatu bahasa yang salah saat penyampaian perintahnya tadi. Need improvement untuk komunikasi disaat emosi. 

Padahal sudah tahu kalau sedang emosi, tidak akan ada komunikasi. Tapi kok yo diulang.

Day #21, suasana kantor cenderung lebih ramai karena hari ini ada rapat koordinasi dengan seluruh desa di lingkup kecamatan. Merasa dikonfirmasi alias di komplain seorang kolega terkait dengan laku yang ternyata pernah menyakitinya membuatku terhenyak. Ini bukan ranah handling complaint sehingga aku memutuskan untuk tidak membela diri. 

Kucoba mendengar apa yang dikesahkannya. Memang ada andil salahku sih, jadi tak pantas sekiranya kalau aku membela diri. Walhasil tanggapanku hanya beberapa kata, mohon maaf, terimakasih sudah diingatkan dan mari kita perbaiki bersama. Huft.... Walau sebenarnya ada pihak ketiga yang memanas-manasi tapi sebagai seorang speaker harus tetap dingin.

Day #19
=======

Menguatkan kembali skill komuikasi visualku. Kali ini aku sangat percaya diri memberi nilai very good dalam proses editing video. Belajar kebut semalam menggunakan aplikasi filmora pro di lappy ternyata membuatku semakin tertantang. Puas rasanya bisa melakukan editing dua video meski hanya dalam waktu beberapa jam.

Berikut link video hasil editanku yang masih amatir, belum berhak mendapatkan excelent karena masih ada beberapa yang belum eye catching








Day #18
=======



Kalau kemarin menjadi sutradara, hari ini aku menjadi artis untuk sebuah video singkat edukasi masyarakat tentang cara pencegahan Covid19. Feel menjadi sutradara dan artis itu beda banget. Jikalauenjadi sutradara, aku harus bisa mengatur orang lain. Maka dengan menjadi artis, aku harus siap untuk diatur orang lain. 

Begitulah kehidupan, tidak selamanya kita akan berada di zona nyaman. Harus siap dalam setiap posisi. Disaat  berada dalam posisi artis, disitulah skill mendengarku diuji. 

Bicara zona nyaman, hari ini aku pun kembali mendapatkan kesempatan untuk berbagi pengalaman bagi bapak dan ibu guru. Gagal membuat video tutorial karena tower WiFi sedang diperbaiki tak menyurutkan semangatku. Alhasil menggunakan delivery method yang lain di sesi ini. Meski grup krik-krik, namun waktu 90 menit tidak terasa bagiku. Yah menjadi seorang speaker di kelas online itu butuh skill juga. Sehingga tetap menikmati dalam setiap kondisi. Terlebih setelah kemarin berhasil puasa berfikir negatif. Jadi pantaslah aku mendapatkan excellent hari ini. 


Day #17
=======

Senang deh jadi sutradara hari ini. Kebetulan ada dua sesi pengambilan gambar untuk membuat video himbauan pemerintah desa agar warganya yang diperantauan menunda mudiknya. Terlebih Pacitan per hari ini juga sudah dinyatakan zona merah.

Senangnya jadi sutradara itu karena bisa mengarahkan bakat terpendam. Bakat ngartis?

Bukan dong, bakat berbicara sehingga apa yang kuinstruksikan dituruti oleh mereka yang jadi artis dadakan. Itu butuh skill seorang speaker you know 😁

Dan senangnya lagi adalah saat melihat hasil videonya tidak mengecewakan. Ntar deh kalau rilis di akun YouTube ku kubagikan. Sementara ini masih proses editing. Nah kalau seperti ini, layaklah dapat badge excellent 😍

Day #16
=======

Bagaimana cara seorang speaker memberikan feedback untuk memancing intelectual curriosity?

Ini adalah skill yang sedang aku latih hari ini. Kebetulan hari ini adalah pengumuman SNMPTN. Deg-degan dong, iyalah... Secara Sudah kan mendapatkan kuota SNMPTN ini dan ikut berjuang untuk mendapatkan seat di salah satu universitas terkeren di negara ini. 

Memang belum rezekinya, karena kartunya merah, alias tidak lolos. Emak pun mencoba untuk memberikan feedback dengan resep roti lapis. Hi...hi... Ini bukan makanan lho. Tapi salah satu strategi Fasilitasi.
Tujuannya adalah untuk memotivasi Auda agar lebih bersemangat dalam menempuh UTBK nanti.



Day #15
=======

Setengah perjalanan sudah aku menempuh tantangan ini, rasanya semakin menguatkan salah satu skill komunikasiku. Ceritanya hari ini mendadak harus ke kantor untuk input data secaraonline barengan dengan teman-teman dari desa lain. Ya... gitu deh kalau sudah berkumpul pasti banyak agenda lain yang dibicarakan. Salah satunya adalah tugas kami sebagai pembina tim Satgas Covid 19 yang ada di desa masing-masing.

Pimpinan Kecamatan kami memang cukup unik, beliau-beliau ini memberikan arahan agar ada perubahan APBDes senilai seratus juta yang harus dianggarkan untuk mengantisipasi penyebaran virus yang sedang naik daun ini. Lumayan fantastik bukan?

Meubah anggran sebesar itu mau tak mau harus ada pemangkasan anggaran di bidnag yang lain. Nah inilah dilemanya, perubahan APBDes menurut regulasi hanya mengacu saat PAK.  Posisi kami selaku pendamping juga dibenturkan dengan konflik kepentingan dari para pemangku wilayah. Sehingga mau tak mau aku kembali didaulat oleh kolega agar menjadi penengah. Baiklah... saatnya beraksi agar terjalin kesepkatan yang mengacu pada konsep you win, I win. 

Praktik komuikasiku hari ini lumayanlah, tak perlu harus menyandang badge need improvment. Dengan percaya diri, hari ini aku berhak mendapatkan badge very good. Indikatornya adalah kolega mendukung solusi yang kusampaikan dan pihak desa merasa tenang karena tidak harus menjalankan kebijakan yang memberatkan tersebut.

Day #14
=======


Kebetulan hari ini aku kembali merdesa setelah genap dua pekan lebih hanya berdiam diri di rumah. Memang freelance macam aku jam kerjanya bebas sepanjang tidak ada proyek yang harus diselesaikan. 

Desa yang kunjungi sepi karena perangkat desa jam kerjanya di shift. Sebagai salah seorang relawan Cegah Covid19 tugasku untuk membantu pemdes mensosialisasikan program dari pemerintah provinsi. Kebetulan ada aplikasi WA yang bisa diakses masyarakat untuk info cepat dan self assessment terkait Covid19. Maka kucoba menjelaskan aplikasi ini dengan bahasa yang mudah dipahami masyarakat.

Seorang Speaker perlu menguasai teknis ini. Salah dalam penggunaan bahasa maka pesannya tidak akan tersampaikan. Kebetulan setiap berinteraksi dengan masyarakat desa aku bisa menggunakan bahasa daerah sehingga lebih komunikatif



Day #13
=======
Mewacanakan sebuah opini dalam bentuk tulisan itu tak semudah menulis sebuah puisi. Sebuah opini yang baik, menurutku tidak hanya sekedar sebuah luapan ide, apa yang ada di kepala saja. Melainkan harus mengikuti beberapa kaidah. Satu diantaranya adalah penguasaan ilmu yang sedang dibahas. 


Cukup sulit menentukan nice yang tepat bagi tulisan opiniku. Tantangan ini sekaligus menjadikanku belajar lebih banyak bagaimana cara membranding diri. Hari ini aku cukup terkendala untuk meneruskan apa yang sudah kumulai di Kompasiana. Walhasil tulisanku masih ambyar... Sehingga hari ini aku harus puas mendapatkan merah lagi 

Day #12
=======
Salah satu yang harus dilakukan speaker adalah membranding diri, jika belum punya lapak sendiri untuk membranding diri, maka boleh numpang lapak yang sudah jadi. Entah milik komunitas atau milik pribadi. Untuk itu hari ini kembali aku bersiap untuk membranding diri dengan kembali ikut kelas berbaginya IIP. Materi masih lanjutan yang kembali. Dengan mengambil tajuk Optimasi Google Drive untuk Produktivitas, hari ini aku mulai menyiapkan segala peralatan manggung yang dibutuhkan. Salah satunya adalah dengan video tutorial.

Setelah mempelajari beberapa cara pembuatan video tutorial, pilihanku jatuh pada aplikasi zoom. Pengennya lebih menanjak lagi sih, bikin video tutorial yang eye catching ala-ala selebgram gitu. Tapi itu target jangka panjang, karena membutuhkan waktu lebih lama untuk mempelajarinya. Jadi sekarang berpuas diri dulu dengan aplikasi zoom. Yang penting di video tutorial itu daku bisa mejeng, gak hanya suaraku saja seperti video-video tutorialku yang sudah-sudah. Karena sudah ada kemajuan, maka pantaslah jika mendapatkan nilai very good.

Day #11
=======

Menjadi admin WAG itu ternyata juga membutuhkan ilmunya seorang speaker. Terlebih di masa sekarang, dimana semua aktivitas dilakukan secara online. Dimana lagi bisa bertemu jika bukan di WAG. Semua sudah mulai karantina secara pribadi. Jadi WAG menjadi sarana untuk sambung rasa. 

Nah jika ada selisih paham antara member WAG, sedangkan Anda adminnya, apa yang harus dilakukan?  Diam saja? ikutan  komen yang  malah memperkeruh suasana? Menunjukkan keberpihakan ke satu pendapat? Mempunyai pendapat coba sendiri atau mencoba menjadi penengah?

Kalau aku dalam posisi ini maka aku memilih untuk netral. Sesekali menengahi pembicaraan yang sedang hangat dengan joke ringan. Dan ternyata butuh skill untuk mengkomunikasikan agar masing-masing legowo. Karena pernah beberapa kali aku menemui jika ada perselisihan di WAG maka berujung keluarlah salah satu yang berselisih dari WAG.

Hari ini juga demikian, dengan memakai tips fokus pada solusi, kuajak penghuni santuy dalam menanggapi. Memang benar, saat emosi tidak akan terjadi komunikasi. Dan dalam sebuah WAG yang notabene menggunakan bahasa tulisan, yang emosi ini sebenarnya butuh dirangkul bukan ditanggapi secara ilmiah. Dan peran admin sangat penting, karena dialah yg bisa merangkul semua anggota





Day #10
=======

Masih dalam rangka Work From Home, aku berinisiatif untuk mengajak teman-teman masuk ke ruang zoom meeting. Dikarenakan ada satu pekerjaan yang harus diselesaikan dengan koordinasi via tatap muka. Lumayan pelik permasalahannya sehingga koordinasi ini harus segera dijalankan. 




Meski permasalahan yang kami hadapi cukup rumit, namun sebagai seorang speaker yang baik aku coba untuk menjadi host meeting ini dengan mengumpulkan data dan informasi terlebih dahulu. Hal ini ditujukan agar tidak menimbulkan kepanikan diantara kolega. Tetap mengacu prinsip audience center aku berhasil menjadi penengah masalah. Dan akhirnya kami mempunyai kesepakatan bersama untuk dijalankan.


Day #9
======

Hari ini kembali memenuhi tantangan sebagai seorang speaker dengan melatih diri untuk telekonferensi. Alhamdulillah dipercaya menjadi host sebuah meeting online. Qodarullah aku sedang sakit. Jadi tidak optimal, terlebih suasana hujan di kotaku membuat SuSi datang menghampiri meeting kami.

Welcome April, I can be better than.


Day #8
======

Masih soal branding bagi seorang speaker, akhirnya aku memberanikan diri untuk menulis di kompasiana. Tahu kan gaes, kompasiana itu kayak apa? Ini kulakukan demi mengikuti tips yang kudapatkan di kelas personal baranding.

Menuliskan opini di platform ini adalah salah satu langkah untuk go public di dunia maya selain menggunakan kekuatan sosial media. Semoga konsisten 





Day #7
=====







Masih ketemu si hijau, ceritanya hari ini aku memenuhi undangan untuk berbagi tentang e-learning  disebuah SD di desa yang notabene tantangan terbesarnya ada pada masalah sinyal dan kepedulian orangtuanya terhadap masalah parenting.

Misiku pada sesi ini adalah berbagi kebahagiaan selama aku mengelola kelas online. Sangking bahagianya, ceritaku mengalir saja. Termasuk mengajak Bapak dan ibu guru belajar bersama. Espetasiku... Mereka akan bahagia belajar tentang GC dan GD.

Empat jam sudah aku manggung bercerita tentang GC dan GD. Tiba di akhir sesi, yakni refleksi. Dan tetiba aku speechless ketika semua yang hadir mengatakan apa yang kusampaikan ritmenya terlalu cepat. Padahal aku sering menanyakan apakah sudah jelas apa yang kusampaikan setiap satu menu belajar selesai kulatihkan. Dan mereka menjawab jelas.

Ah... konsep audience center ternyata sebuah rahasia. Meski tahapan bertanya ke audience sudah kukerjakan, ternyata audience center itu lebih dari itu. Memang sih peserta terlihat antusias dan tidak mengantuk. Tetapi ternyata apa yang kusampaikan yang notabene adalah hal baru untuk mereka terlalu berbobot jika hanya disampaikan dalam durasi 4 jam. Aku aja perlu 4 tahun untuk bisa benar-benar menguasai GC dan GD.

Satu lagi, feel belajarnya juga beda. Aku yang terbiasa learning by doing, mereka terbiasa disuapi secara perlahan. Inilah tantangan sekarang speaker sejati 😂


Day #6
=====

Stuck 😣
Belum ada pergerakan, hari ini full dirumah. Jadi kumanfaatkan untuk latihan pernapasan agar menunjang performa sebagai seorang speaker. Sekalian mempraktekkan tips dari mba Deasy IP Solo


Day #5
=====
No another caption selain gagal napas 😁... Walhasil terengah-engah






































Day #4
=====

Yeay... Siapa sih yang gak bahagia kalau berhasil membahagiakan orang lain. Ceritanya seharian ini tu, aku manggung di dua kelas berbagi. Mengasah kemampuan publik speakingku di ranah online dalam workshop online optimasi GC dan GD. Ternyata memudahkan orang lain itu adalah jalan untuk mencapai kemudahan bagi diri sendiri.


Day #2 dan #3
==========

Kemarin ketinggalan kalendernya. Hari ini aktivitasku masih seputaran komunikasi. Kebetulan meneruskan kulwap personal branding bareng mba Sara Neyrhiza. Ternyata untuk personal branding, banyak yg masih aku perbaiki


Day #1
=====

Need improvement, karena aku masih butuh penguasaan olah vokal. Terutama suara perut. Mikrofon hanyalah alat bantu





















Jumat, 20 Maret 2020

Jurnal Pekan Pertama Kelas Kepompong Bunda Cekatan

07.13 0



Menjadi seorang komunikator bukan soal kuantitas berbicara, namun kualitas dalam berbicara.. Maka salah satu tahapnya adalah puasa untuk menghindari pembicaraan yang tidak bermanfaat.

Hari #1, 20 Maret 2020

Aktivitas saat puasa hari #1


Puasa hari #1
============

Aku bisa menjaga bicara, hanya bicara hal yang penting karena pekerjaan ngeSPJe yang masih banyak banget. Jadi fokus hanya mengerjakan tugas dalam diam. Kebut tugas agar bisa segera lockdwon di rumah. Sesampainya di rumah pun langsung tepar. Praktis gak banyak bicara 😀


Puasa hari #2, 21 Maret 2020

Obat untuk Do yang bikin GalFok puasa hari ke #2


Puasa hari #2
============

Sabtu adalah hari libur. Sejak pagi sudah menyibukkan diri untuk beberes di rumah demi menjaga agar bisa menjaga bicara. Qadarullah Do panas, selepas beberes langsung urus Do dan sedikit kebablasan, ngasih evaluasi soal aktivitas Do seharian kemarin sehingga panas. Padahal aku sudah berazzam untuk mengurangi mengevaluasi aktivitas anak demi menjaga privasinya. Evaluasi itu njelehi, maka daripada sibuk mengevaluasi, lebih baik perbanyaklah apresiasi untuk anak.

Astaghfirullah.... sedikit gagal gigit lidah


Puasa hari ke #3, 22 Maret 2020

Resume hasil belajar Dul dan Da


Puasa hari ke #3
==============

Yeay... Gigit lidah berhasil. Kepada Da aku cuma bilang, pagi ada gladi US lho mba, dan malamnya dia tetap masih sibuk ngeresume, mempersiapkan diri untuk US besok. Kepada Dul cukup bilang, ada kelas GC baru lho mas. Dan diapun langsung buat resume untuk mengerjakan tugas IPA besok.


Puasa hari ke #4, 23 Maret 2020



Puasa hari ke #4
==============
Huaaa.... Dapat yang merah juga akhirnya, gegaranya tuh ya gak bisa jadi pengawas ujian untuk Da. Udah gitu server sekolahnya down, jadi sore harinya harus ikut susulan. Walhasil "kumat" deh untuk ngomyang. Mungkin kebawa ikut panik. Ah ternyata selesai ujian susulan langsung dapat feedback dari Da, gak usah diulang-ulang kalau ngingetin tuh. Anak seusianya itu sudah tahu apa yang harus dikerjakan. Mengulang-ulang perintah hanya akan membuatnya jengah.

Puasa hari ke #5
==============

Puasa hari ke #5, 24 Maret 2020



Ternyata puasa itu butuh aktivitas lain sebagai pengalihan 😂

Puasa hari ke #6
==============

Kalau melihat pict ku ini, pasti bikin gagal fokus. Nasi di piring gak habis kok badgenya excellent 😁.

Sayur GaTot



Ada asbabul nuzulnya lho. Ceritanya aku tadi masak sayur lupa masukin garam. Dan ketika di komplain Mas Bojo, dengan segala dalilnya. Aku bisa tetap menjaga garis kebenaran tanpa ngeyel. Yeay... Emang mas bojo itu tahu banget kelemahanku 🤗


Alhamdulillah....

Tantangan untuk "diam" telah usai. Puncaknya adalah ketika aku bisa tetap menjaga kepala agar tetap dingin meski berada di posisi yang dipojokkan. Gaes.... Menjaga bicara itu jurus yang ampuh agar bisa berfikir jernih. Bravo garis kebenaran !!!



==========================================

Review Puasa Bicara Hal yang Tak Bermanfaat


Ada satu rapor merah di pekan ini. Alhamdulillah selebihnya sudah lumayan. Sebenarnya pengin mengulang lagi puasa di bab ini. Kemarin terasa benar kalau hanya sekedar keblat kliwat. Tapi memang sih aku harus belajar dari pengalaman. Tidak boleh menjustifikasi kesibukan untuk sekedar ngeles kealpaan dalam belajar. Makanya jurnal kutulis dalam satu artikel agar aku bisa mereviewnya kembali dan kembali.

Syair kuno mengatakan, "Apa yang terucap dari lisan mencerminkan kepribadian". Itulah yang menjadi alasanku untuk menjalani puasa ini. Sebagaimana halnya sebuah sebuah produk jasa, maka salah satu indikator keberhasilan dalam berpuasa ini adalah tingkat kepuasan lawan bicara dan ketenangan hatiku. Ada lho korelasinya. Jika pelanggan puas tapi hatiku tak tenang, itu artinya munafik. Selain kepuasan lawan bicara dan ketenangan hati, di puasa ini ada dua indikator keberhasilan lainnya yaitu hemat waktu dan komunikasi produktif.


Dari keselurahan badget yang kuperoleh artinya sudah ada peningkatan menuju target, meski masih fluktuatif. Menurutku masih bergantung emosi yang sumbernya adalah hawa nafsu.

Allah Ta’ala berfirman:

وَلا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولا

“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.” (QS. Al-Isra: 36)

Sebagai seorang muslim, aku pernah membaca, Ibnu katsir dalam kitabnya menjelaskan makna ayat di atas adalah sebagai larangan untuk berkata-kata tanpa ilmu. (Tafsir Ibnu Katsir)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun bersabda:

وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ فَليَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ

“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka katakanlah perkataan yang baik atau jika tidak maka diamlah.”(Muttafaqun ‘alaihi)

Imam Asy-Syafi’i menjelaskan makna hadits di atas adalah, “Jika engkau hendak berkata maka berfikirlah terlebih dahulu, jika yang nampak adalah kebaikan maka ucapkanlah perkataan tersebut, namun jika yang nampak adalah keburukan atau bahkan engkau ragu-ragu maka tahanlah dirimu (dari mengucapkan perkataan tersebut).” (Asy-Syarhul Kabir ‘alal Arba’in An-Nawawiyyah)

Kesimpulannya; puasa ini harusnya akan menjadikan aku sebagai seorang yang cekatan dalam berbicara, tudak grusa-grusu dan selalu mengedepankan berfikir dahulu sebelum berbicara.

Selasa, 10 Maret 2020

Dear Buddy, I Heard You

03.57 0



Lazimnya seorang yang telah dipersaudarakan adalah untuk mendekatkan sebuah hubungan relasional. Seperti sebuah kanvas yang harus mendapatkan goresan warna, tantangan buddy system ini kembali menguatkan skill komunikasi interpersonalku. Memang beberapa pekan terakhir ini aku sedang sibuk-sibuknya. Praktis saat menjalani tantangan di pekan ini pun aku lebih memilih untuk menjadi pendengar yang baik dulu. Maklum waktu untuk berinteraksi sudah banyak terkoreksi dengan aktivitas merdesa, panen SPJ benar-benar menguras waktu dan energi.


Dear buddy, maafkan daku yang belum bisa "mencair" 🤭

Dan skill m" di DuMay ini memang sedikit berbeda dengan skill "mendengar" di dunia nyata. Namun sebenarnya prinsip dasar secara ilmu komunikasinya sama. Mari kembali mengasah salah satu skill dalam komunikasi interpersonal ini.

Komunikasi interpersonal sifatnya transaksional, dua arah. Oleh karena itu, keterampilan
mendengarkan secara aktif memegang peran kunci dalam komunikasi interpersonal. Keterampilan
mendengarkan secara aktif ini dapat memberi dampak yang positif dalam komunikasi dan sekaligus
menciptakan hubungan interpersonal yang lebih baik. Oleh karena itu meningkatkan keterampilan
mendengarkan secara aktif sangat bermanfaat. Jurnal ini bermaksud mengungkapkan peran penting dari
keterampilan mendengarkan secara aktif dalam komunikasi interpersonal, mengidentifikasi tantangan yang ada
di dalamnya baik secara internal maupun eksternal serta menunjukkan tindakan yang perlu dikembangkan
dalam meningkatkan keterampilan tersebut.

Keterampilan mendengarkan secara aktif dalam komunikasi interpersonal ternyata tidak hanya
memperlancar komunikasi tetapi juga memberi efek yang positif terhadap hubungan di dalamnya.
Bahkan keterampilan ini dapat menjadi bagian penting dalam kehidupan sehari-hari maupun untuk berbagai kepentingan misalnya dalam bisnis, pendidikan, agama, politik ataupun yang lainnya.

Keterampilan mendengarkan secara aktif menjadi kunci dalam komunikasi yang produktif
Komunikasi yang efektif hanya dapat terjadi secara dua arah karena komunikasi itu bersifat
transaksional. Dengan kata lain, komunikasi seperti ini dapat lebih berkembang jika dua belah pihak
dalam komunikasi dapat saling memberi umpan balik satu kepada yang lainnya. Keterampilan  mendengarkan secara aktif tidak akan tumbuh dengan sendirinya. Sama seperti keterampilan lain dalam berkomunikasi seperti berbicara, menulis ataupun membaca, keterampilan
mendengarkan harus dilatih dan dikembangkan sedemikian rupa. Adapun yang harus diperhatikan
dalam mendengarkan secara aktif adalah kesiapan fisik dan mental dalam kegiatan komunikasi
tersebut. Keterlibatkan empati dan pikiran yang terbuka dapat menumbuhkan sikap mendengarkan
yang aktif. Hal ini juga sekaligus dapat mengatasi tantangan di dalamnya.
Ungkapan manusia diberikan dua telinga dan hanya satu mulut dapat senantiasa mengingatkan
betapa penting sikap mendengarkan. Kesediaan mendengarkan orang lain secara aktif dapat
menjadikan hubungan dengan orang lain menjadi lebih nyaman dan tenteram.