Jumat, 20 Maret 2020

Jurnal Pekan Pertama Kelas Kepompong Bunda Cekatan




Menjadi seorang komunikator bukan soal kuantitas berbicara, namun kualitas dalam berbicara.. Maka salah satu tahapnya adalah puasa untuk menghindari pembicaraan yang tidak bermanfaat.

Hari #1, 20 Maret 2020

Aktivitas saat puasa hari #1


Puasa hari #1
============

Aku bisa menjaga bicara, hanya bicara hal yang penting karena pekerjaan ngeSPJe yang masih banyak banget. Jadi fokus hanya mengerjakan tugas dalam diam. Kebut tugas agar bisa segera lockdwon di rumah. Sesampainya di rumah pun langsung tepar. Praktis gak banyak bicara 😀


Puasa hari #2, 21 Maret 2020

Obat untuk Do yang bikin GalFok puasa hari ke #2


Puasa hari #2
============

Sabtu adalah hari libur. Sejak pagi sudah menyibukkan diri untuk beberes di rumah demi menjaga agar bisa menjaga bicara. Qadarullah Do panas, selepas beberes langsung urus Do dan sedikit kebablasan, ngasih evaluasi soal aktivitas Do seharian kemarin sehingga panas. Padahal aku sudah berazzam untuk mengurangi mengevaluasi aktivitas anak demi menjaga privasinya. Evaluasi itu njelehi, maka daripada sibuk mengevaluasi, lebih baik perbanyaklah apresiasi untuk anak.

Astaghfirullah.... sedikit gagal gigit lidah


Puasa hari ke #3, 22 Maret 2020

Resume hasil belajar Dul dan Da


Puasa hari ke #3
==============

Yeay... Gigit lidah berhasil. Kepada Da aku cuma bilang, pagi ada gladi US lho mba, dan malamnya dia tetap masih sibuk ngeresume, mempersiapkan diri untuk US besok. Kepada Dul cukup bilang, ada kelas GC baru lho mas. Dan diapun langsung buat resume untuk mengerjakan tugas IPA besok.


Puasa hari ke #4, 23 Maret 2020



Puasa hari ke #4
==============
Huaaa.... Dapat yang merah juga akhirnya, gegaranya tuh ya gak bisa jadi pengawas ujian untuk Da. Udah gitu server sekolahnya down, jadi sore harinya harus ikut susulan. Walhasil "kumat" deh untuk ngomyang. Mungkin kebawa ikut panik. Ah ternyata selesai ujian susulan langsung dapat feedback dari Da, gak usah diulang-ulang kalau ngingetin tuh. Anak seusianya itu sudah tahu apa yang harus dikerjakan. Mengulang-ulang perintah hanya akan membuatnya jengah.

Puasa hari ke #5
==============

Puasa hari ke #5, 24 Maret 2020



Ternyata puasa itu butuh aktivitas lain sebagai pengalihan 😂

Puasa hari ke #6
==============

Kalau melihat pict ku ini, pasti bikin gagal fokus. Nasi di piring gak habis kok badgenya excellent 😁.

Sayur GaTot



Ada asbabul nuzulnya lho. Ceritanya aku tadi masak sayur lupa masukin garam. Dan ketika di komplain Mas Bojo, dengan segala dalilnya. Aku bisa tetap menjaga garis kebenaran tanpa ngeyel. Yeay... Emang mas bojo itu tahu banget kelemahanku 🤗


Alhamdulillah....

Tantangan untuk "diam" telah usai. Puncaknya adalah ketika aku bisa tetap menjaga kepala agar tetap dingin meski berada di posisi yang dipojokkan. Gaes.... Menjaga bicara itu jurus yang ampuh agar bisa berfikir jernih. Bravo garis kebenaran !!!



==========================================

Review Puasa Bicara Hal yang Tak Bermanfaat


Ada satu rapor merah di pekan ini. Alhamdulillah selebihnya sudah lumayan. Sebenarnya pengin mengulang lagi puasa di bab ini. Kemarin terasa benar kalau hanya sekedar keblat kliwat. Tapi memang sih aku harus belajar dari pengalaman. Tidak boleh menjustifikasi kesibukan untuk sekedar ngeles kealpaan dalam belajar. Makanya jurnal kutulis dalam satu artikel agar aku bisa mereviewnya kembali dan kembali.

Syair kuno mengatakan, "Apa yang terucap dari lisan mencerminkan kepribadian". Itulah yang menjadi alasanku untuk menjalani puasa ini. Sebagaimana halnya sebuah sebuah produk jasa, maka salah satu indikator keberhasilan dalam berpuasa ini adalah tingkat kepuasan lawan bicara dan ketenangan hatiku. Ada lho korelasinya. Jika pelanggan puas tapi hatiku tak tenang, itu artinya munafik. Selain kepuasan lawan bicara dan ketenangan hati, di puasa ini ada dua indikator keberhasilan lainnya yaitu hemat waktu dan komunikasi produktif.


Dari keselurahan badget yang kuperoleh artinya sudah ada peningkatan menuju target, meski masih fluktuatif. Menurutku masih bergantung emosi yang sumbernya adalah hawa nafsu.

Allah Ta’ala berfirman:

وَلا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولا

“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.” (QS. Al-Isra: 36)

Sebagai seorang muslim, aku pernah membaca, Ibnu katsir dalam kitabnya menjelaskan makna ayat di atas adalah sebagai larangan untuk berkata-kata tanpa ilmu. (Tafsir Ibnu Katsir)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun bersabda:

وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ فَليَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ

“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka katakanlah perkataan yang baik atau jika tidak maka diamlah.”(Muttafaqun ‘alaihi)

Imam Asy-Syafi’i menjelaskan makna hadits di atas adalah, “Jika engkau hendak berkata maka berfikirlah terlebih dahulu, jika yang nampak adalah kebaikan maka ucapkanlah perkataan tersebut, namun jika yang nampak adalah keburukan atau bahkan engkau ragu-ragu maka tahanlah dirimu (dari mengucapkan perkataan tersebut).” (Asy-Syarhul Kabir ‘alal Arba’in An-Nawawiyyah)

Kesimpulannya; puasa ini harusnya akan menjadikan aku sebagai seorang yang cekatan dalam berbicara, tudak grusa-grusu dan selalu mengedepankan berfikir dahulu sebelum berbicara.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar