Kamis, 24 September 2020

Membangun Hexahouse (Baca: Sebuah Analog Membuat Perencanaan Menuju Tahapan Produktivitas)

23.29 0
Beberapa bulan kedepan, kembali blog ini akan terisi lagi. Tak lain dan tak bukan karena sudah mulai butuh mendokumentasikan insight yang kudapat karena mengikuti gamifikasi Bunda Produktif yang diadakan Institut Ibu Profesional. Namanya juga gamifikasi, jadi wajar kalau ada beberapa istilah baru nan asing yang sebenarnya hanya untuk memvisualisasikan suatu proses/tahapan selama game ini berlangsung. 

Ah.. belajar dengan platform gamifikasi itu sebenarnya ngeri-ngeri sedap. Ngerinya itu tuh kalau gak paham output yang diharapkan atau gak ngerti mau dibawa kemana sih kita selama proses belajar itu berlangsung, maka yang ada hanya capek dan menguras emosi. Sedapnya itu, kalau udah paham arah permainanya maka kita akan lebih enjoy dan merasa semakin tertantang untuk menyelesaikan tahap demi tahapnya.

Nah ... biar gak larut, aku akan jelaskan apaa sih gamifikasi yang sedang kuikuti ini. Namanya gamenya Membangun Kota Impian Hexagon City. Kalau aku pribadi, nangkapnya di game ini nanti outputnya adalah tentang team work. Bagaimana para pemain dapat meningkatkan produktivitas hidupnya dan kemudian berinteraksi dengan pemain lain agar terbangun sebuah peradaban baru dengan mengkombinasikan potensi yang dimiliki masing-masing komponen. Tak mungkin akan terbentuk sebuah peradaban baru tanpa networking bukan?

Hmmm....sepertinya asyik juga!

Mengawali game ini ada satu hal yang menggelitikku, yakni kami diminta membangun sebuah hexahouse. Hexahouse ini adalah sebuah analog. Iya tentu saja sebuah analog, maka jangan sampai terjebak euforianya. Mentang-mentang disuruh membangun rumah yang gue banget lantas membuat sebuah rumah impian yang indah tanpa merencanakananya dengan matang. Big NO buat aku tuh.

Wait.... boleh banget membuat impian macam itu, tapi mari kita kembali ke permainannya. 

Baik, karena di game ini masih tahapan "pembangunan rumah" maka aku perlu berfikir tentang produktivitas yang ingin kuraih dulu. Kan cocok tuh, namanya juga sedang dalam proses membangun , di game ini menurutku adalah sebuah penganalogian dari sebuah pembentukkan mindset untuk meraih produktivitas. Ih...mbulet ... semoga dipahami apa maksudku ya..

Jadi gini, proses merencanakan sebuah produktivitas bagiku itu sama artinya dengan proses membangun rumah. Gak bisa dong sebuah bangunan itu asal berdiri tapi akhirnya gak berfungsi alias mangkrak. Maka demikian pula sisi produktivitas itu, gak mungkin akan teraih tanpa adanya perencanaan yang efektif.

Banyak unsur yang harus dipertimbangkan dalam berdirinya sebuah rumah. Ada nilai moral, estetika, filosofi dan fungsi dalam membangun sebuah rumah. Rumit ya... Aku dulu sih ngertinya kalau membangun rumah itu harus punya RAB (Rencana Anggaran Biaya). Percuma punya rumah yang metereng dan bernilai estetika tinggi jika tidak bisa difungsikan bukan? Nah kalau rumah adat, kental sekali dengan filosofinya, maka hampir bisa dipastikan memiliki nilai moral dan fungsi yang kuat. Halah kok malah nggladrah ke rumah adat segala.

Bicara tentang game ini, tantangan pertamanya adalah merencanakan bangunan yang akan kutinggali yang disebut hexahouse. Inilah analog bahwa untuk menyelesaikan game ini aku harus membuat perencanaan menuju tahapan produktivitas. Coba aku urai dulu tahapan perencanaan yang harus aku lakukan ya

1. Membuat analisa SWOT

Di Bunda Cekatan yang lalu aku yang mempunyai tantangan di bidang komunikasi. Dari tantangan tersebut akhirnya menemukan sisi yang harus dikuatkan. Desain Komunikasi Visual, salah satu yang akan kukembangkan agar lebih produktif lagi. Pilihan ini terlahir setelah aku memahami passion kemudian mengetahui faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi. Inti dari analisa SWOT ini adalah membuat sebuah strategi agar kekuatan dapat menutupi kelemahan dan juga peluang bisa menutupi ancaman. 

2. Menetapkan tujuan dengan kaidah SMART

Nah beruntungnya aku, di game ini aku bisa menempuh 90 hari kedepan, alias 3 bulan untuk menetapkan dan menguji peningkatan produktivitas ini. Kaidah SMART ini sangat membantuku untuk memenuhi target dan tujuan. 

3. Evaluasi untuk mengukur kemajuan dan meninjaunya

Sering kali perencanaan hanya akan menjadi sebuah wacana tanpa adanya proses evaluasi ini. Sangat penting untuk selalu meninjau kinerja diri. Mengiring perencanaan ini, aku juga harus membuat sebuah catatan kemajuan yang dilakukan di dalam daftar perubahan produktivitas dan fokus pada hal-hal perbaikan selanjutnya. Hal ini akan membantuku untuk menilai kinerja. 


Hmmmm demikian perencaanku, kemudian kira-kira seperti apakah bangunan yang akan terbentuk nanti?



Kembali ke analog rumah, jika diibaratkan sebuah bangunan, maka sisi produktivitasku selaku seorang DKV Enthusiast di game ini, aku memilih untuk membangun Hexahouseku sebagai sebuah rumah produksi dengan brand Dapur Slide. Pemilihan brand ini sarat akan filosofi lho...

Komunikasi Visual itu adalah salah satu cabang ilmu komunikasi yang menitikberatkan pada penampilan pesan melalui obyek dengan mengkombinasikan seni, lambang, tipografi, gambar, desain grafis, ilustrasi, dan warna dalam penyampaian pesan. 

Sebagai penyedia produk jasa, sudah sepantasnya aku membuat playgroundku menjadi sebuah tempat yang hangat dan interaktif. Dapur adalah tempat terhangat dalam sebuah bangunan rumah. Bukan karena didalamnya terdapat kompor yang menghasilkan api, namun berdasarkan pengamatanku, hampir di setiap rumah dapur adalah tempat yang ternyaman untuk menghadirkan sebuah komunikasi. Itu artinya Dapur adalah tempat interaksi yang bisa didatangi siapa saja. Pas kan dengan sisi produktivitas yang akan aku kembangkan di bidang seni desain grafis.

Dapur Slide adalah tempat terhangat dan interaktif bagi mereka yang membutuhkan jasa desain grafis. Kecuali menciptakan menu-menu desain, aku juga bersedia melayani mereka yang sudi datang kerumahku untuk belajar tentang desain ini. Untuk itu, aku sudah menyiapkan rencana pembangunannya dengan detail




Di benakku bagian front house akan aku sulap layaknya sebuah kantin. Selain berfungsi sebagai showroom galeri, letaknya yang berada di paling depan akan menarik perhatian para tamu yang berkunjung hexahouseku. Aku akan menyiapkan beberapa stel meja kursi yang bisa difungsikan sebagai meja peradaban. Tempat bertukar pikiran, karya dan rasa segala sesuatu yang berhubungan dengan desain komunikasi visual.



Selanjutnya jika pengunjung akan masuk lebih dalam, aku juga akan menyiapkan sebuah ruang workshop yang berjendela besar. Ruangan ini memiliki view pemandangan alam yang menyejukkan mata dan pikiran. Tempat yang paling tepat untuk meliarkan imajinasi agar terlahir sebuah karya desain yang memukau. Bagiku desain itu soal rasa. Masing-masing yang memanfaatkan ruangan ini memiliki karakter yang akan berkembang dan menemaniku sebagai seorang DKV enthusiast.



Jika lelah pengunjung dapat menginap di Dapur Slideku ini. Sudah aku sediakan beberapa kamar tamu dengan view pegunungan tempatku tinggal. Dengan menginap tamu yang berkunjung akan berkesempatan untuk melihat aktivitasku sehari-hari. Bagiku produktivitas itu bukan pencitraan, namun hadir seiring dengan bertambahnya jam terbang. Jadi dengan menginap di Dapur Slide itu akan sama nilainya dengan membeli jam terbang di dunia desain.



Selanjutnya ruangan terkahir yang bisa dikunjungi tamu adalah ruangan kerjaku. Tapi tak sembarang tamu kuijinkan untuk memasukinya. Hanya tamu dengan kriteria tertentu yang akan mendapatkan kesempatan untuk melihat ruang kerjaku. 

Jadi apakah Anda akan menjadi salah satu tamu yang beruntung itu?

Kita lihat nanti, aku Yani Hexagonia yang profuktif dan bahagia
Salam