Renungan Pendidikan #4 by Ust Harry Santosa
Bila anda memiliki beberapa anak,
maka perhatikanlah baik baik, bahwa walau mereka pernah berada dalam rahim yang
sama, ayah ibu yang sama, lahir di rumah sakit yang sama, bahkan lahir kembar
identik sama dstnya, namun mereka sesungguhnya takkan pernah sama, mereka
memiliki keunikan dan kekhasan masing2 yg berbeda. Bukan hanya ciri fisik namun
juga sifat bawaannya masing masing.

Ingatlah bahwa seseorang tidak akan
menjadi maksimal jika dipaksa menjadi atau menjalani sesuatu yang bukan
dirinya. Alangkah bodohnya meminta kuda menjadi ikan, menyuruh ikan menjadi
burung, memaksa burung menjadi kuda. Apakah kita pernah memanjatkan doa doa
agar anak kita menjadi seperti anak orang lain?
Bukan Allah Yang Maha Mendengar,
tidak berkenan mengabulkan doa2 kita, karena apa jadinya jika kuda didoakan
agar menjadi ikan, maka akan lahir makhluk aneh (bukan unik) yang bukan hebat
bahkan menjadi mengerikan atau menggelikan.
Ketahuilah bahwa sesungguhnya setiap
anak itu unik. Maka, janganlah pernah memaksa anak anak kita utk meniru orang
lain, menyuruh mereka seperti anak tetangga, menceramahi setiap hari kehebatan
anak orang lain. Maksud berbuat obsesif begitu apa ya?
Apakah kita yg menciptakan anak kita
sehingga kita tahu anak kita harus menjadi apa kelak? Bukankah Allah yang
menciptakan mereka, bahkan kita tidak pernah tahu tujuan spesifik penciptaan
anak kita, apa misi spesifik anak2 kita di muka bumi? Tugas kita hanyalah
menemani mereka dalam menemukan, menyadari dan menjaga fitrah nya, termasuk
fitrah bakat atau potensi uniknya.
Karena itu, sejatinya memang tidak
ada 1 kurikulumpun cocok utk semua sekolah bahkan cocok utk semua orang.
Setiap satuan pendidikan bahkan
mesti punya kurikulum khas satuan pendidikan itu bukan kurikulum nasional
apalagi yg cuma sekedar basa basi mulok.
Setiap anak bahkan memerlukan
personalized education terkait potensi dan character unik serta
"curriculum" vitae nya masing masing.
Ketahuilah bahwa tidak ada satu obat
ajaib (one magic medicine) untuk semua jenis penyakit, bahkan tidak ada satu
komposisi gizi yg cocok utk semua orang.
Siapapun yang mencoba mendikte akan
jadi dikator. Betapa jeniusnya KHD yang menempatkan negara hanya pendorong, sbg
Tut Wuri Handayani dan memerankan Guru sebagai pamong.
Betapa bijaknya Rasulullah SAW yang
tidak meninggalkan kurikulum untuk semua orang, tetapi cukup membuat panduan
bagi setiap orang agar menyelaraskan panduan itu dengan potensi dan karakter
unik dirinya masing masing dalam rangka memuliakan dan menyempurnakan
akhlaknya.
Jadi sesungguhnya apa yang mau
diperbaiki atas kurikulum pendidikan nasional, kecuali meninggalkannya lalu
membuat kurikulum personal sendiri utk anak2 kita sendiri yg berbeda dari anak
lain? Karena setiap anak adalah begitu istimewa...
Salam Pendidikan Peradaban
#pendidikanberbasispotensi dan akhlak
·