Kamis, 04 Februari 2016

Renungan Pendidikan #2 by Ust Harry Santosa




Sesungguhnya masa mendidik anak kita tidaklah lama, itu hanya berlangsung sampai usia AqilBaligh (usia 14-15 tahun). Sebuah masa yg singkat, masa yg cuma seperempat dari usia kita - orangtuanya - jika Allah berikan jatah 60 tahun.

Padahal anak2 dan keturunan yg sholeh akan menjamin kebahagiaan akhirat kita dalam masa yg tiada berbatas. Lalu mengapa amanah terindah ini kita sia siakan dengan mengirim mereka ke lembaga, ke asrama, ke sekolah dll sebelum masa aqilbaligh mereka tiba.
Jika demikian, lalu apa yg ada dalam benak kita ttg amanah terindah dan kesempatan utk kekal bahagia di akhirat nanti? Jika demikian, lalu apa yg kita akan jawab di hadapan Allah swt ttg pendidikan mereka? Apakah lembaga, asrama dan sekolah akan dimintai tanggungjawab di akhirat kelak?

Jika demikian masihkah kita berharap syurga dari doa2 anak2 kita, padahal mereka dititipkan pd pihak ketiga yg tdk dimintai tanggungjawab sedikitpun dan diragukan doanya dikabulkan? Bukankah ketika usia mereka dititipkan itu masih menjadi tanggungjawab kita? Bukankah doa yg dipanjatkan oleh orang2 seiman yg bertalian darah akan lebih diterima Allah swt?
Setiap yg beriman pd AlQuran pasti tahu jawabannya. Bahkan memelihara anak yatimpun sebaiknya dalam dekapan keluarga yg utuh bukan cuma disantuni, apalagi anak kandung yg jelas menjadi tanggungjawab penuh kedua orangtuanya.

Lihatlah wajah teduh anak2 kita ketika mereka terlelap, beberapa tahun ke depan wajah2 ini akan berubah menjadi wajah orang dewasa yg setara dengan kita, lalu kita tdk punya lagi kesempatan memperbaiki karakter yg sdh terbentuk, apalagi menyempurnakan akhlak mereka.
Lalu apa yg kita jawab dihadapan Allah swt atas karakter2 yg sudah terbentuk tadi? Apakah kita mampu berlepas tangan dari tanggungjawab kita di akhirat?

Ayah Bunda, mari kita didik anak2 kita dengan tangan, hati, mata, telinga, lisan kita sendiri. Membangun Home Education bukanlah pilihan, namun kewajiban setiap orangtua yg beriman, itu tdk memerlukan penjelasan dan pembuktian lagi.
Pada galibnya anak2 kita akan hidup lebih lama dari kita, walau bisa saja mereka mendahului kita dipanggil Sang Khalik. Dalam menjalani masa depannya nanti - yg tanpa kehadiran kita - anak2 kita akan mengenang kita.

Anak2 kita memerlukan kenangan2 yg memunculkan kesan2 dan imaji2 yg baik, positif, tulus, penuh cinta dan utuh ttg masa lalu mereka bersama kedua orangtuanya, itu semua agar mereka kuat menghadapi masa sendiri ketika mereka kelak dewasa.
Dan itu hanya diperoleh pada masa yg singkat 15 tahun pertama dalam kehidupannya, yg diberikan oleh orangtuanya dgn tulus dan ikhlash yg tak tergantikan oleh siapapun.
Salam Pendidikan Peradaban #pendidikanberbasispotensi dan akhlak

FAQ

Q1
Bagaimana bila sang orangtua menyadari hal2 tsb namun merasa "tidak mumpuni" dalam mendidik anaknya agar jauh lebih baik darinya sehingga krn sebab inilah mereka mencarikan lembaga/sekolah/pesantren yang dirasa baik untuk anaknya?
A1
Persekolahan adalah lembaga pengajaran bukan lembaga pendidikan. Sekolah mengajarkan anak skill supaya pandai (misalnya pandai besi) dan mengajarkan knowledge supaya pintar (pintar matematika, kimia).

Jangan sampai porsi mendidik dikalahkan oleh porsi mengajar, pd tahap awal perkembangan anak (0- 7tahun) justru porsi sekolah sebaiknya ditiadakan krn tahap ini sepenuhnya tanggungjawab ortu utk fokus membangktkan fitrah2 yg baik (fitrah keimanan, fitrah belajar, fitrah bakat dsbnya).

Cara efektif pd tahap ini adalah membangn imaji2 postif ttg Allah, ttg diri, ttg keluarga dan masyarakat serta ttg alam dan ciptaan Allah lainnya. Maka penting menginspirasi anak2 kita melaui kisah2 dalam alQuran, kisah2 hdup orang2 besar sepanjang sejarah, buku2 dgn tutur dan bahasa sastra yg indah. Pada masa ini penting bahasa Ibu yg fasih, belajar di alam dan mengenal kearifan2 lokal yg mulia dan luhur yg tdk menyimpang dr aqidah.

Pada tahap mulai bergeser dari ego ke sosial awal (8-10 tahun) boleh peran pendidik komunitas atau jamaah mulai masuk, namun tetap fokusnya utk menggali potensi2 fitrahnya bukan skill n knowledge formal.

Pada tahap usia 11-14 ketika anak2 mulai menjelang aqilbaligh (usia 15 - 16 tahun), ketika mulai ajeg aqidahnya, sholatnya, bakatnya mulai konsisten, dll maka pengajaran skill dan knowlegde yg relevan dan mendukung bakat dan karakternya boleh dikembangkan.

Justru saya ingin mengembalikan keyakinan dan percaya diri para ortu bhw pendidikan berbda dgn persekolahan, jgn pernah berfikir bhw mendidik adalah mengajarkan fisika, matematika dan semua yg berjudul skill n knowledge.

Mendidik adalah membangkitkan fitrah keimanan, fitrah belajar, fitrah bakat dan fitrah lainnya. Jika fitrah sdh bangkit maka anak2 akan menjalaninya kehidupannya secara mandiri sesuai fitrahnya itu. Mereka amat mudah menerima kebenaran, amat mudah belajar segala hal dgn tekun, amat mudah meningkat kinerjanya dstnya. Lal kita hanya perlu sentuhan cinta dan memberi kesempatan seluas2nya.

Q2
Maksudnya sebaiknya anak memulai pendidikan formal itu sejak SD, bukan TK ya pak? Makasih sebelumnya
A2
Skill dan Knowledge yg mendukung Bakat dan Attitude bisa didapatkan di dunia Formal, atau di dunia Non Formal/Informal, tergantung keunikan anaknya.

Misalnya anak saya yg no 3 punya Potensi Unik anak: ARRANGER (suka menata), DESIGNER (suka merancang), COMMAND (suka memerintah/memimpin), IDEATION (banyak ide) maka ada banyak kemugkinan aktifitas yg mengarah ke peran, misalnya:
- Design Interior
- CEO
- Koreografer
- Penulis Scenario
- dll

Dari banyak peran itu, kita bisa beri kesempatan anak kita utk dilibatkan dalam pemagangan di perusahaan atau di club atau pelatihan atau kesempatan proyek dll utk menemukan dan mendalami peran tsb.

Nah Skill dan Knowledge mesti mendukung, misalnya
- Kursus Menulis / Sekolah Jurnalistik/Sastra
- Kursus Menari / Sekolah Tari
- Kursus Photoshop / Sekolah Design
- Kursus Kepemimpinan / Sekolah Leaderhip
dll

Untuk contoh di atas adalah contoh utk anak2 yg tidak terlalu cocok dengan sekolah formal

Tidak ada komentar:

Posting Komentar