Kamis, 04 Februari 2016

COMMUNITY BASED EDUCATION #1 by Septi Peni Wulandani





Ketika dulu di th 2003, keluarga kami mulai memilih Homeschooling untuk pendidikan anak-anak, banyak yg tidak paham. Banyak orang melihat kami aneh. Bahkan ketika kami dibombardir pertanyaan, sebenarnya bukan benar-benar bertanya, tetapi terkesan mempertanyakan.
Kami tetap berjalan pada jalur kami, prinsip yg kami pegang saat itu adalah selama Allah dan RasulNya tidak murka kami akan jalan terus.
Seiring berjalannya waktu, kami mulai berpikir, Homeschooling itu sangat bagus untuk membentuk ketahanan keluarga. Tetapi ketika dilakukan sendiri-sendiri, tidak bisa menjawab permasalahan pendidikan di negeri ini.
Kamipun hijrah dari Depok, Jawa Barat ke Salatiga, Jawa Tengah. Disanalah kami mulai menggagas, bagaimana sistem pendidikan yg sdh kami bangun selama bertahun-tahun di rumah ini diimplementasikan secara komunal.
Rumah adalah miniatur peradaban, disanalah fitrah personal anak berkembang bersama orangtuanya. Idealnya fitrah personal ini akan bertemu dengan fitrah alam dan fitrah kehidupan anak-anak. Tetapi apa yang terjadi? banyak sekali anak "dicerabut dari dunianya" ketika masuk sebuah lembaga yg bernama sekolah.Semua serba diseragamkan, potensi unik dan spesifik anak dimandulkan.
Akhirnya kami berdua tidak bisa egois hanya memikirkan pendidikan anak-anak kami di rumah saja. Harus ada sekolah formal di usia dasar pembentukan karakter anak (12 th ke bawah) yg mengutamakan perkembangan fitrah personal anak dan mempertemukannya dg fitrah alam dan fitrah kehidupan anak.


Muncullah School of Life Lebah Putih di th 2009. Pendidikan formal untuk anak-anak TK dan SD, yg lebih mengedepankan pendidikan untuk orangtuanya, agar mampu menjalankan amanah membangun peradaban dari dalam rumah.
Saat merintis, saya hanya berdua dengan pak Dodik Mariyanto, tertatih-tatih berjalan dan akhirnya menemukan banyak teman. Di awal ada yang satu atmosfer pemikiran shg sama-sama berjuang sampai sekarang, tetapi ada juga yg ternyata tidak satu atmosfer, shg harus mencari planet lain smile emotikon.
Guncangan demi guncangan kami anggap hal normal, sebagai sebuah proses mencari keseimbangan baru.
Seiring berjalannya waktu, saat anak-anak di @school of life lebah putih mulai memasuki usia 11 th ke atas beberapa orangtua yang satu atmosfer, satu ide gagasan, mulai sadar untuk merancang pendidikan anak-anak mereka sendiri, fokus pada potensi dan akhlak. Sehingga "jujur" dan "percaya diri" menjadi tagline kami tahun ini. Kami mulai sadar bahwa diperlukan komunitas atau jamaah untuk membesarkan anak-anak. Seperti ungkapan dari Afrika yang menyatakan
"It takes a village to raise a child"
(perlu orang sekampung yg moral value nya sama untuk membesarkan seorang anak)
Harus ada pendidikan peradaban yang berproses menumbuhkan fitrah-fitrah anak seiring dengan fitrah alam kehidupannya menuju peran-peran peradaban.
Community Based Education (CBE) menjadi pilihan kami untuk melanjutkan jenjang pendidikan anak-anak di tingkat menengah, guna persiapan memasuki jenjang pendidikan tingginya.
Kami "percaya diri" bahwa setiap anak, setiap orangtua, setiap komunitas punya potensi fitrah mulia untuk dibangkitkan (inside out) sebagai bekal menuju peran peradabannya sebagaimana Allah kehendaki atas kodratnya.
Kami berusaha untuk "jujur" pada diri sendiri, bahwa memang kamilah orangtua yang bertanggung jawab penuh terhadap amanah pendidikan anak-anak.
Kami mulai paham, ketika anak-anak berusia 0-12 th pendidikan anak adalah amanah keluarga kecil.
Ketika anak-anak berusia 12-15 th , pendidikan anak adalah amanah keluarga kecil dan amanah komunitas.
Ketika memasuki aqil baligh, pendidikan anak adalah amanah untuk dirinya sendiri dan komunitas, sehingga anak-anak bisa menjadi khalifah fil arld, penegak peradaban yg penuh rahmat bagi semesta.
Bismillah, kami melangkah........
‪#‎onedayonepostfor99days
‪#‎day1

Tidak ada komentar:

Posting Komentar