Sabtu, 16 Desember 2017

Makanan Bergizi untuk Kesehatan

04.52 0
Membuat anak tidak pilih-pilih makanan.

Ada sebuah cerita tentang keluarga Maem. Ayahnya bernama pak Karbo, ibunya bernama bu Lemak, sedangkan anaknya bernama Vita dan Prote. Mereka tinggal di sebuah rumah kecil yang sangat indah di desa Bangkit. 

Sebagai keluarga mereka adalah team yang hebat.  Masing-masing  memiliki tugas untuk menyelesaikan tugas sehari-hari.  Ayah Karbo selaku yang dituakan, sangat kuat. Bu Lemak senang membuat hangat suasana rumah, Vita yang ceria sering membuat suasana rumah segar. Sedangkan si kecil Prote senang sekali membangun.

Berempat mereka saling melengkapi. Tanpa kehadiran salah satu dari mereka, membuat rumah mereka terlihat suram. 

Seandainya rumah mereka diibaratkan tubuh kita, maka kita sangat membutuhkan kehadiran keempatnya (karbohidrat, lemak, vitamin dan protein) agar tubuh kita tidak lemah dan lesu. 

Jumat, 15 Desember 2017

Gempa Bumi

17.15 0
Gempa bumi yang terjadi tengah malam tadi cukup menghenyak kami bertiga.  Ridho yang tengah tertidur pulas terkaget-kaget. Pagi tadi dia bertanya tentang gempa bumi. Karena capek dan lelah, pagi ini aku hanya bercerita tentang terjadinya gempa bumi sebagai berikut:

Pada jaman dahulu kala hiduplah seorang saudagar laki-laki kaya yang sangat tamak saudagar ini tinggal di negeri yang bernama Altras,sementara itu diwaktu yang sama tapi berbeda tempat hidup juga seorang saudagar wanita yang tamak dan tinggal di negeri yang bernama Ultras.
Kedua saudagar ini sangat tamak dan pelit,apabila ada seseorang yang menyentuh pagar rumahnya mereka akan berteriak “Hei,mau apa kau pencuri ?”,tetangga mereka sudah terbiasa dengan kejadian seperti itu sehingga mereka tidak heran lagi apabila mereka berteriak-teriak.
Pada suatu hari kedua saudagar itu memiliki sebuah ide yaitu,”Tanah ini adalah tanah rumahku berarti tanah rumahku itu ada sampai ke bawah sana,wah kalau begitu aku bisa kaya dong”,pikir mereka.
Keesokan harinya mereka mulai mencangkul halaman rumahnya,orang-orang yang melintas hanya menggelengkan kepala melihat kelakuan mereka,kedua orang tamak itu bekerja hingga lubang yang dibuat sangat dalam.
Setelah bekerja siang dan malam akhirnya tebentuk lubang yang cukup besar dan dalam untuk dimasuki kedua orang itu.Mereka lalu memutuskan masuk ke lubang itu sambil membawa cangkul,di dalam sana mereka terkejut ternyata di dalam bumi terdapat banyak sekali harta.
Mereka terpukau dengan banyaknya sekali harta yang mereka temukan,lalu mereka memutuskan untuk mengmbil harta yang banyak itu,
saat mereka sedang mengambil harta-harta itu tiba-tiba terdengar suara gemuruh lalu semuanya menjadi gelap.
Apa yang terjadi?,ternyata kedua orang tamak itu telah menggali sampai ke bawah pondasi rumah mereka sehingga rumah mereka roboh,
sambil menyumpah-serapah mereka berjalan terseok-seok di dalam perut bumi.
Singkat cerita keduanya bertemu lalu mereka menceritakan pengalaman mereka,keduanya lalu menikah karena mereka memang belum menikah kemudian bertahun-tahun kemudian di desa tempat tinggal kedua orang tamak itu terjadi peristiwa yang mengejutkan tanah terbelah dan bumi menjadi bergetar,apa penyebanya ?,penyebabnya adalah kedua orang tamak dan anak-anak mereka mencoba keluar dari tempat itu dengan mendorong tanah yang menghalangi jalan mereka,mereka melakukakn itu terus menerus hingga ke anak cucu mereka,mereka tetap mencoba keluar dari dalam perut bumi.Orang-orang menamakan peristiwa itu sebagai Gempa Bumi,demikianlah kisah pendek tentang asal mula gempa bumi
sumber : http://postingku-silahkanbaca.blogspot.com/2009/03/dongengasal-mula-gempa-bumi.html

Semut Pemberani

05.40 0
Hari ini Smiti tinggal di rumah sendirian,  ayah dan ibu Smiti pergi untuk menghadiri acara di kantor ayah. Biasanya kemana pun ayah dan ibu pergi, Smiti selalu ikut. Kadang Smiti merasa sebal dengan acara para orang dewasa. Gak asyik....gak dapat leluasa bermain-main. 

Saat ayah dan ibu bersiap-siap hendak berangkat,  Smiti memutuskan untuk tidak ikut. Lagi pula ayah dan ibu hanya pergi menghadiri undangan untuk dua jam. Akhirnya ayah dan ibu pun mengabulkan keputusan Smiti.

Ibunya berpesan untuk menutup dan mengunci pintu rumah. Tetapi Smiti merasa tak perlu, karena ia ingin bebas. Setelah ayah dan ibu berangkat tiba-tiba Smiti merasa sepi. Angin yang bertiup sepoi-sepoi di halaman rumah membuatnya merinding. Aahhh.....sebaiknya aku masuk rumah, kata Smiti.

Untuk mengusir sepi, Smiti kemudian menyalakan televisi.  Seolah-olah dengan televisi, ada yang menemani Smiti. Bosan dengan acara di televisi, kembali rasa sepi menyergap Smiti, menoleh ke jam dinding ternyata ayah dan ibu baru berangkat satu jam yang lalu.  Smiti sudah membuat pilihan dan dia harus menanggung pilihan tersebut. 

Akhirnya Smiti memutuskan untuk berpindah tempat ke kamar. Dia memilih berbaring di ranjang ditemani setumpuk komik kesukaannya. Karena lelah membaca, akhirnya tertidur. Saat bangun, ternyata ayah dan ibu sudah pulang dengan membawa oleh-oleh sekotak kue terang bulan kesukaannya. Kata ibu, kue itu hadiah atas keberaniannya.

Kamis, 14 Desember 2017

Makanan Terlezat

05.45 0
Rona sepupu Smiti semut tinggal di daerah kota. Pada suatu hari dia berkunjung ke daerah Smiti yang sedang terlanda bencana alam. Rona adalah seekor semut yang sangat pilih-pilih makanan. Banyak sekali makanan yang tidak dia suka. Kesukaan Rona adalah gula kelapa yang berwarna kecokelatan.

Saat berkunjung ke rumah Smiti,  Rona lupa membawa bekal. Padahal di rumah Smiti tidak ada gula kelapa kesukaan Rona.
Saat hendak pulang, tiba-tiba ada tanah longsor susulan yg menutup jalanan. Rona pun terjebak dan tidak bisa pulang. 

Tinggal selama beberapa hari di rumah Smiti sangat membuat Rona tersiksa, karena dia harus menanggung rasa lapar. Sebenarnya ada makanan lain yang bisa dimakan, seperti sayur-sayuran dan ubi-ubian. Tetapi sejak dahulu Rona tidak menyukainya.

Smiti memberi nasehat kepada sepupunya itu agar jangan pilih-pilih makanan. Karena pada saat susah pangan,  mereka harus mau makan apa saja demi menyambung hidup. Meski rasanya tidak enak,  tetapi kandungan gizinya sangat dibutuhkan oleh tubuh agar tercipta energi untuk beraktivitas. 

Akhirnya Rona pun mau memakan sayur-sayuran dan ubi-ubian yang disediakan Smiti. Dia masih ingin hidup lebih lama meski disaat susah pangan. 

Rang-Rang yang Pandai Bersyukur

05.26 0
Smiti, semut kecil yang baik hati dan suka menolong. Temannya banyak,  dan mereka sangat menyukai Smiti karena dia semut yang ringan tangan cepat kaki. 

Pada suatu hari Smiti berkunjung ke temannya Rang-Rang yang sedang berduka akibat rumahnya hancur terkena bencana alam tanah longsor.  Smiti datang berkunjung mencari tahu apa yang dibutuhkan sahabatnya itu. Rang-Rang pun bercerita hari ini dia kesulitan bahan makanan, meski sudah kesana-kemari mengajukan bantuan, tetapi belum satupun bantuan dia dapatkan. 

Smiti tergugah hatinya untuk menolong Rang-Rang.  Kemudian Smiti berinisiatif untuk memfoto rumah Rang-Rang yang telah hancur untuk dikirimkan kepada calon donatur.  

Foto rumah Rang-Rang yang hancur ternyata dimanfaatkan kelompok semut lain untuk mengais bantuan. Banyak bantuan yang mereka dapatkan, namun Rang-Rang hanya sedikit mendapatkan bantuan dan donasi untuk menyambung hidupnya. 

Meski begitu Rang-Rang sangat bersyukur atas rezeki yang dia dapatkan. Setidaknya untuk beberapa bulan kedepan dia tidak lagi kelaparan. Rang-Rang pun mengucapkan terima kasih atas pertolongan Smiti. Sekali lagi Smiti telah berbuat kebaikan. 

Senin, 11 Desember 2017

Batu Gajah dan Watu Leper

16.05 0
Kisah kami sore ini mungkin bisa menjadi dongeng indah untuk anak cucu kami kelak.

Alkisah sore ini relawan muda bencana banjir dan tanah longsor Pacitan 2017, Ridho, ingin ikut membersama kami dalam menyalurkan bantuan ke daerah Mangunharjo Arjosari.  Sepanjang perjalanan dia melihat kerusakan di muka bumi. Bantaran sungai yg longsor menggerus jalan, rumah penduduk yg roboh tertera banjir dan tertimbun tanah longsor, serta bebukitan yang menampakkan batu-batu besar yang sewaktu-waktu bisa meluncur kapan saja, menghancurkan apa saja yang akan dilewatinya.  Ukuran batu yang sangat besar membuat Ridho bergumam, itu batu gajah.

Masyarakat tempo dulu memang lazim mengkiaskan apa saja yg berukuran besar dengan gajah, karena memang gajah adalah hewan yang sangat besar ukuran tubuhnya. Selain itu ada juga batu yang disebut Watu leper, karena kondisinya yang datar dan landai. Konon Watu Leper ini adalah tempat para raja hutan untuk melepas lelah setelah seharian berburu.

Batu-batu gajah itu sekarang posisinya menggantung, akibat tanah dibawahnya banyak tergerus erosi. Beberapa malah sudah meluncur ke tepi jalan, meski ukurannya lebih kecil, sehingga Ridho menyebutnya batu anak gajah.

"Gajah-gajah" itu akan bebas berkeliaran di pemukiman manusia, apabila manusia tidak mau memelihara lingkungannya dengan mencegah terjadinya erosi. Oleh karena itu penting bagi kita untuk memelihara alam agar senantiasa berimbang.

Minggu, 10 Desember 2017

Tanah Retak

06.17 0
Hari ini adik dan mbakyuku datang berkunjung. Mereka ingin memastikan kondisi saya baik-baik saja,  sekaligus ingin menyalurkan donasi untuk korban bencana banjir dan tanah longsor di daerah saya. Ikut p ini la kedua keponakan saya dan simbok.

Saat kami berjalan-jalan melihat lokasi daerah yang terdampak,  keponakanku bertanya,  kenapa aspal jalanan dan tanah sekitarnya pecah-pecah?

Ridho pun menjawab pertanyaan sepupunya itu dengan bercerita melalui sebuah perumpamaan. Tanah dia umpamakan sebagai selembar sterefoam. Nah sterefoam itu dipukul dengan Palu sehingga hancur, demikian pula tanah yg sekarang retak-retak. Kemungkinan Allah murka dan membuat tanah retak bagaikan sterefoam yang dipukul.

Sepupu Ridho kemudian bertanya balik, alat apa yang digunakan untuk memukul tanah sehingga retak dan hancur? Ridho pun menjawab sekenanya, meteor mungkin.
Dan kami Yang mendengar mereka pun hanya bisa menyimak dialog mereka tanpa bisa memberikan penjelasan yang ilmiah terkait tanah retak tersebut.  

Rabu, 06 Desember 2017

Mengolah Beras Menjadi Nasi

02.27 0
Kenapa beras mahal ya umi? Kenapa juga kita manusia harus makan nasi?
Beberapa hari ini Ridho memang ikut saya untuk menjadi relawan untuk membantu meringankan para korban bencana alam banjir dan tanah longsor di daerah kami, Pacitan.

Dahulu kala, saat kita bangsa Indonesia belum merdeka,  hanya orang kaya yang bisa menikmati makan dengan nasi yang diolah dari beras. Bagi beberapa masyarakat miskin, untuk makan sehari-hari memanfaatkan sumber karbohidrat lain untuk makanan pokok, seperti jagung dan ketela pohon. Makanya zaman dahulu ada nasi jagung, nasi tiwul dan nasi bulgur. Kondisi bencana seperti yang dialami daerah kita sekarang masih lebih baik dibanding masa penjajahan dulu. Karena kita masih mendapatkan beras yang disuplai dari daerah lain.



Senin, 04 Desember 2017

Prajurit Semut Yang Suka Menolong

06.39 0
Beberapa hari ini Ridho ikut saya ke lokasi bercana untuk membantu saudara-saudara kami yang terkena musibah tanah longsor. Beberapa kali pula bertemu dengan prajurit TNI yang bahu membahu membebaskan rumah warga dari timbunan tanah longsor.

Ridho bercerita, banyak sekali anak kecil yang takut melihat tentara ini, dia khawatir kalau cita-citanya menjadi tentara akan membuatnya ditakuti orang.  Akhinya saya pun berinisiatif untuk mendongeng tentang Smiti.

 Smiti adalah seekor semut semut. Di keluarga besar semut kedudukan Smiti adalah sebagai seorang prajurit semut. Tugas sehari-hari Smiti adalah menjaga keamanan negara semut. Smiti adalah prajurit semut yang baik hati, meski memiliki mulut taring yang runcing sebagai senjata, Smiti semut tidak pernah menggunakannya untuk menakuti anak-anak. Bahkan anak-anak sangat menyukainya.