Senin, 11 Desember 2017

Batu Gajah dan Watu Leper

Kisah kami sore ini mungkin bisa menjadi dongeng indah untuk anak cucu kami kelak.

Alkisah sore ini relawan muda bencana banjir dan tanah longsor Pacitan 2017, Ridho, ingin ikut membersama kami dalam menyalurkan bantuan ke daerah Mangunharjo Arjosari.  Sepanjang perjalanan dia melihat kerusakan di muka bumi. Bantaran sungai yg longsor menggerus jalan, rumah penduduk yg roboh tertera banjir dan tertimbun tanah longsor, serta bebukitan yang menampakkan batu-batu besar yang sewaktu-waktu bisa meluncur kapan saja, menghancurkan apa saja yang akan dilewatinya.  Ukuran batu yang sangat besar membuat Ridho bergumam, itu batu gajah.

Masyarakat tempo dulu memang lazim mengkiaskan apa saja yg berukuran besar dengan gajah, karena memang gajah adalah hewan yang sangat besar ukuran tubuhnya. Selain itu ada juga batu yang disebut Watu leper, karena kondisinya yang datar dan landai. Konon Watu Leper ini adalah tempat para raja hutan untuk melepas lelah setelah seharian berburu.

Batu-batu gajah itu sekarang posisinya menggantung, akibat tanah dibawahnya banyak tergerus erosi. Beberapa malah sudah meluncur ke tepi jalan, meski ukurannya lebih kecil, sehingga Ridho menyebutnya batu anak gajah.

"Gajah-gajah" itu akan bebas berkeliaran di pemukiman manusia, apabila manusia tidak mau memelihara lingkungannya dengan mencegah terjadinya erosi. Oleh karena itu penting bagi kita untuk memelihara alam agar senantiasa berimbang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar