Senin, 23 Desember 2019

Melacak Expertiseku

06.58 0
Memasuki jurnal kedua ini tampaknya acara mainnya semakin legit menggigit. Permainan memang belum ketebak endingnya, namun di jurnal kedua ini keywordnya masih tentang kuadran aktivitas. Kalau di jurnal pertama baru melacak tentang aktivitas yang kusuka, bisa dan membuatku bahagia. Maka jurnal kedua ini lebih spesifik dengan kandang waktunya. Dibatasi oleh kandang waktu mendesak/penting. Mendesak berkaitan dengan kondisi genting dan tidak bisa didelegasikan, sedangkan penting berkaitan dengan kondisi yang menjadi prioritas utama yang mempunyai impact untuk hidup kita.



Pesan seorang gurunda yang akan selalu saya ingat sepanjang hayat; kalau menjadi ibu itu jangan hanya sekedar menjadi ibu. Jadilah seorang ibu lebih terbaik yang mampu melakukan hal terbaik ketika menjalankan perannya baik sebagai seorang perempuan, ibu maupun istri. Di jurnal pertama yang lalu, aku sudah memilih lima aktivitas yang aku banget.  Ada teman uang yang nanya ke aku, "BuPer aktivitas yang disukai kok hampir semua tidak berhubungan dengan ranah domestik sih?"

Aku bisikin ya gaes...



Ya ... InsyaAllah bagi seorang jelita yang telah malang melintang dengan bahtera rumah tangga, hampir semua masalah domestik sudah ada polanya. Sudah ada nota kesepahaman dengan mas Bojo dan seisi rumah untuk menyelesaikan urusan domestik. Walau kadang-kadang masih perlu di colek sih sama beliaunya. "Nakalan setitik" gak papa yo Bee, itu tandanya istrimu ini minta coklat ... 😂 (#ngeles).

Alhamdulillah bisa mendampingi beliau yg suamiable. Urusan domestik kelar karena beliau tak segan menyingsingkan baju, turun tangan menghandle urusan domestik. Kecuali satu, urusan memasak. Kalau aku keluar kota, pasti beliau delegasikan ke warung makan. Gaes tahu gak? Sejak awal menikah sampai kini, aku mencuci baju itu hanya saat beliau dinas keluar kota.

Beliau itu paham banget, kalau istrinya ini bahagia banget jika bisa bermanfaat untuk orang lain. Makanya kalau aku izin merdesa, gak perlu izin berbelit-belit. Kalau udah begini kadang akunya yang harus tahu diri. Ben gak kebablasan. Bagiku, tugas seorang istri itu kan cuma ada dua, taat dan menyenangkan suami.

Jurnal kedua ini lebih menjurus ke aktivitas yang aku banget. Di permainan kedua ini telur hijauku di jurnal kesatu harus lebih lembut kugosok agar berubah warna menjadi telur merah. Dimana di telur merah ini sudah dimulai  tahap kedua untuk melacak expertiseku. Expertise menurut KBBI artinya keahlian. Keahlian diperlukan untuk meniti jenjang karir, eits jangan salah ya, seorang ibu juga perlu meniti jenjang karir.

Menjadi seorang expertise tidak melulu soal gelar pendidikan. Karena hari ini dunia lebih melihat apa yang menjadi skill-mu daripada apa yang tersemat pada sebelum dan sesudah namamu. Tapi lebih bagus apabila keduanya beriringan. Jenjang pendidikan dilalui setinggi-tingginya dan skill serta kompetensi terasah dan bisa diandalkan. Apalagi tidak ada pendidikan formal bagi seorang ibu yang belajar di universitas kehidupan, tentunya juga tidak ada gelar resminya. Yang ada hanya gelar tertinggi sebagai almarhumah. Untuk itu meniti karir menjalani perannya dengan bahagia adalah kunci untuk tetap waras.



























Alhamdulillah setelah semedi, telur hijauku sudah tergosok sempurna dan kini sudah berwarna merah. Alhamdulillahnya lagi masih inline. sehingga tidak perlu berbalik arah dan siap melaju ke permainan selanjutnya, ayo ikut main


#janganlupabahagia
#jurnalmingguke2#materi1#kelastelurtelur#bundacekatan1#institutibuprofesional
x

Sabtu, 14 Desember 2019

Bahagiaku Bagian dari Hidupku

08.43 0
Kalau ada entri baru di blog ini, itu artinya aku udah mulai aktif kembali membuat dokumentasi untuk portofolio perkuliahan di IIP he...he....
Lebih enak mendokumentasikan disini karena satu dan lain hal. Yang penting untuk pengingat diri sendiri tatkala sedikit oleng. 

Buktinya saja saat mengerjakan jurnal Minggu ke #1 di kelas Bunda Cekatan. Gak oleng amat sih, karena setelah remidial 5 kali di program Matrikulasi, aku ingat tugas pertama di BunCek ini mirip-mirip dengan NHW saat matrikulasi dulu, yakni mengawali jurnal dengan membuat kuadran aktivitas di matrik daun yang sudah disediakan.

Ini matrik aktivitasku di tahun 2016


Matrik aktivitasku di tahun 2019




Ssstttt.... kalau dilihat di pict keduanya hampir tidak ada perubahan. Satu aktivita yang mengalami peningkatan, menulis. Aktivitas menulis bukan gue banget. Namun seiring dengan semakin banyaknya aktivitas yang kucoba, meski tidak suka, Alhamdulillah kini sedikit demi sedikit aku bisa menuangkan ide dan gagasan dalam bentuk tulisan. Alhamdulillah.... Berkah menjadi mahasiswi IIP 😍.

Aku perlu membahas tentang aktivitas menulis ini. Bagiku, kini menulis adalah aktivitas untuk mencegah kepikunan dan menyimpan ilmu. Gurunda pernah memberikan saran, agar rajin menulis untuk melembutkan hati, karena tulisan yang ditulis dengan segenap jiwa akan memancarkan kejernihan hati.

Panutanku, Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam juga bersabda;

قَيِّدُوا الْعِلْمَ بِالْكِتَابِ
Ikatlah ilmu dengan dengan menulisnya”  

Ada pula syair dari Imam Asy Syafi’i rahimahullah

Ilmu adalah buruan dan tulisan adalah ikatannya
Ikatlah buruanmu dengan tali yang kuat
Termasuk kebodohan kalau engkau memburu kijang
Setelah itu kamu tinggalkan terlepas begitu saja


Di tahun 2016 yang lalu, aku pernah memimpikan sebuah social venture berbasis ketrampilan menjahit yang kumiliki. Namun seiring dengan berjalannya waktu, aku merasa tidak bahagia berada di aktivitas menjahit ini. Sebagai seorang penganut madzhab result based organization, profesi sebagai seorang penjahit adalah membuatku selalu berkompetisi dengan jam dinding 😂. Upsss.... Alias kategori aktivitas bukan gue banget juga. Baru sadar, aku dulu menjalaninya bukan karena panggilan hati. Namun karena butuh tambahan pendapatan. Kini, menjahit lebih kutempatkan sebagai sebuah hobby, aktivitas untuk me time, melatihku untuk tetap fokus dan rapi.

Setelah semedi beberapa hari terakhir ini, akhirnya aku menemukan kata kunci untuk menjadi bunda cekatan, yakni melakukan aktivitas sesuai panggilan hati. Aku seorang servicing (berdasarkan tes ST30). Jadi dengan segenap jiwa, aku memilih kelima aktivitas yang berbasis pelayanan ini untuk menjadi pijakan menapaki jenjang Bunda Cekatan. Mas Bojo sangata paham akan aktivitasku yang bahagia jika bermanfaat bagi orang lain. Beliau adalah support system pertamaku.

Lima suka untuk aku berpijak




Next ... Aku ceritakan deh tentang panggilan jiwa ini. Terutama tentang bagaimana cara mengatur kerja hormon tubuh, agar panggilan jiwa mendatangkan kebahagiaan hidup.

#IIP
#buncek
#buncekbatch1
#sakbahagiaku
#jurnalminggu1
#kelastelurtelur
#BundaCekatanIIP


Senin, 10 Juni 2019

Kenali Nasab, Rekatkan, Jangan Retakkan

20.26 0



Ayo mandi pagi, gek bakdan...

Kemana lagi kita Mi?

Tiap hari bakdan, capek Mi.



#bakdan : tradisi bersilaturahmi keliling ke rumah kerabat saat lebaran.

Project Lebaran 1440 H kami adalah mengenal nasab. Sembari bersilaturahmi ke kerabat baik tua maupun muda, kami kenalkan siapa saja kerabat yang nasabnya diatas Abi, ayahnya anak-anak, suami saya. Terutama kepada Dul dan Do, kedua jagoan kami. Suami memang dari keluarga besar, walaupun di lebaran kali ini tidak semuanya bisa kami kunjungi karena terpisah oleh jarak antar pulau.

Bersilaturahmi memiliki banyak keutamaan, salah satunya untuk mengenali dan melihat secara langsung siapa kerabat yang senasab dengan Abi mereka. Mengenal nasab penting bagi kami, melaluinya kami bisa menanamkan kewajiban sosial emosional yang akan mengikatkan hati dan mengasah empati.

Adalah ikatan hati yang akan melahirkan kasih sayang. Keluarga besar adalah muara sumber kasih sayang, keluarga besar adalah tempat pertama anak-anak akan belajar nilai kehidupan. Menyayangi yang lebih muda dan menghormati yang lebih tua. Kasih sayang adalah modal utama dalam tumbuh kembang anak. Dengan limpahan kasih sayang yang melimpah, akan tumbuh menjadi  seorang yang senang berbagi dan peduli.

Mengenal nasab menjadi sebuah keharusan, agar kelak mereka paham dan bisa menempatkan diri.  Hubungan kekerabatan penting juga untuk membangun jaringan dan memperkaya lingkar hubungan sosial seorang anak. Terlebih anak lelaki yang kelak akan meneruskan garis keturunan keluarga, mengenal nasab ini sangat penting agar kelak mereka bisa bersikap layaknya seorang nahkoda bahtera keluarga.

Untuk kerabat yang tidak bisa kami kunjungi pada lebaran kali ini, kami perkenalkan dengan cara menceritakan kisah hidup mereka kepada anak-anak. Menelpon dan meminta anak-anak untuk bertukar kabar via gawai. Salah seorang kerabat tua kami pun mendokumentasikan nasab keluarga ini dalam sebuah buku. Kelak buku tersebut bisa diwariskan kepada anak cucu kami semua.

Project ini akan kami lanjutkan next lebaran, untuk mengenal lebih dekat kerabat dari garis keturunan saya, ibu mereka. Agar mereka tidak merasa canggung saat berada di lingkungan keluarga besar saya kelak. Karena sejatinya pernikahan itu menyatukan dua keluarga menjadi satu keluarga yang lebih besar.

Rabu, 24 April 2019

Game Stimulasi Kecerdasan Matematika Logis Membuatku Menemukan Pembelajaran Bermakana

09.33 0
Sering terhenyak kalau sedang berdiskusi dengan Mas Bojo, ni orang pinter amat sih, semua diskusi argumen yang beliau sampaikan selalu bisa diterima. Besyukur sekali bisa mendampingi orang sepintar ini. Kalau kata pepatah kalau mau wangi maka bergaullah dengan penjual parfum. Nah kalau untuk saya, tampaknya pas karena saya ingin pintar maka saya menikah dengan orang pintar. Opo hubungane?

Jelaslah, dengan menikah dengan beliau yang pintar saya semakin menemukan kebermaknaan dalam belajar. Selidik punya selidik apa sih makanan beliau sewaktu kecil, nasi bukan ya?
Walhasil saya pun menjadi detektif dadakan dan mewawancarai beberapa orang terdekat. Kesimpulan saya, Mas Bojo nih makannya biasa, yang tak biasa adalah sejak kecil beliau suka matematika. Lho...lho....apa lagi nih hubungannya?

Ternyata berdasarkan beberapa penelitian, orang yang suka metematika akan selalu terstimulasi nalar dan logikanya. Dari tantangan game level #6 kelas Bunda Sayang IIP ini pun saya melihat korelasi kuat tersebut. Banyak hal yang yang saya dapatkan saat membersamai teman-teman menyelesaikan tantangan di level ini. Sesuatu yang tak terfikirkan saat saya menempuh game ini dulu. Satu diantara yang saya temukan adalah, menstimulasi kecerdasan matematika logis melalui DIY Toys yang kami jadikan challange ternyata menghantarkan saya untuk mempelajari apa itu meaningful learning. Konsep pembelajaran matematika melalui permainan ternyata mampu mengkonstruksi pengetahuan  berbasis pengalaman. Pembelajaran bermakna yang merupakan hasil dari proses pembelajaran ditandai oleh terjadinya proses menghubungkan aspek, konsep, informasi atau situasi baru dengan hal-hal yang relevan yang telah ada dalam struktur kognisi anak.

Secara umum pembelajaran Matematika sulit diterima oleh anak. Beberapa fenomena pun muncul antara lain: Pertama, banyak anak malas belajar Matematika hanya karena cara guru yang mengajar tidak sesuai dengan keinginan siswa. Kedua, anak selalu merasa bosan dalam belajar Matematika dan akibatnya hasil belajar Matematika tidak sesuai harapan. Ketiga, ada sebagian siswa berpendapat bahwa guru Matematika itu galak, dalam penyampaian materi tidak dapat menyampaikannya dengan menarik dan menyenangkan. Keempat, guru Matematika yang mengajar terlalu monoton bahkan cenderung kurang dapat berkomunikasi dengan anak sehingga suasana kelas menjadi kaku.

Untuk itu dalam FGD yang kami lakukan di Liga (peer group) ada beberapa catatang berharga yang bisa saya bagikan untuk merubah paradigma belajar matematika agar menyenangkan. Berikut adalah lima poin yang bisa saya simpulkan dari FGD agar mampu membuat pembelajaran matematika lebih menarik:

  1. Jadikan bahan belajar menjadi permainan menarik - Kegiatan belajar selain bisa menggunakan DIY Toys juga bisa memanfaatkan peralatan yang ada di sekitar kita, misal untuk belajar satuan tidak baku, bisa menggunakan gelas, sendok dan lain sebagainya. Juga bisa bermain tebak-tebakan.
  2. Belajar sesuai dengan kebutuhan anak - Ketika anak lebih terlibat dalam merancang pengalaman belajar mereka, mereka akhirnya memiliki pemahaman yang lebih baik tentang tujuan pelajaran dan lebih terikat pada hasil belajar. Ajukan kepada mereka pertanyaan terbuka, hari ini kita akan belajar tentang apa? dan beri mereka tugas yang akan memungkinkan mereka untuk merefleksikan dan mensintesis apa yang telah mereka pelajari.
  3. Learn how to learn - ini sudah pasti dong, belajar bagaimana cara belajar akan menentukan keberhasilan. Agar efektif perlu dibuat design pembelajaran yang mengacu kepada support systemnya.
  4. Pembelajaran dengan metode praktek dalam kehidupan sehari-hari - Pembelajaran yang aplikatif dengan aktivitas harian lebih menyenangkan dan membekas. Orang tua dapat mengajak anak melakukan penelitian di aktivitas harian, menunjukkan film dokumenter, mendengarkan podcast, atau bahkan mendorong mereka untuk 'menerbitkan' karya mereka.
  5. Perluas pengetahuan dengan memanfaatkan sumber daya - Pembelajaran menarik itu tatkala bisa melibatkan dan memanfaatkan segala sumber daya yang tersedia di sekitar kita, bisa dengan berkunjung ke perpustakaan, magang, atau pengamatan langsung.

Menemukan Kemampuan Anak, Agar Melesat Bagai Bintang di Angkasa

09.33 0

Sudah melihat video diatas bukan? Setiap orang tua pasti menginginkan anaknya tumbuh sempurna, baik rohani maupun jasmani. Adakalanya orang tua menutupi kekurangan fisik anak demi untuk melindunginya. Padahal sejatinya kekurangan fisik belum tentu menunjukkan kelemahan sang anak. Seperti pada video Nussa Rara, diatas.

Tidak hanya sebatas kekurangan fisik, seringkali orang tua langsung memberi cap ini kepada anak tanpa mau mengobservasinya lebih lanjut. Di balik setiap kekurangan anak pasti ada sebuah rahasia besar. Adalah tugas orang tua untuk memperkaya anak dengan wawasan, kegiatan dan gagasan untuk menguak rahasia besar tersebut. Sejatinya kekuarangan yang terlihat pada diri anak, itu ibarat tanaman yang belum berbuah. Oleh karena itu sebagai petani yang baik, orang tua harus menyediakan lahan dan saprotan agar benih-benih (baca anak) yang akan ditumbuhkan bisa optimal perkembangannya.

Angela Lee Duckworth, dalam bukunya Grit : The Power of Passion and Perseverance menyebutkan bahwa untuk meraih kesuksesan, ada dua hal mendasar yang mempengaruhi; minat dan ketekunan. Selama ini mungkin orang tua hanya fokus pada bakat dan kecerdasan anak saja, namun abai pada hal ini. Dalam buku tersebut, Duckworth menuliskan bahwa bakat x usaha = kemampuan, dan kemampuan x usaha  = pencapaian. Itu artinya memiliki grit.

Grit bukan sesuatu yang mutlak, grit dapat diciptakan dan dikembangkan sendiri dengan menerapkan empat aset sukses (interest, practice, purpose, hope). Orang tua perlu mendukung anak dan melakukan discovering ability agar dapat menghantarkan anak meraih predikat bintangnya. Karena setiap anak itu pribadi yang unik. 

Setiap anak memiliki kemampuan untuk mengolah pengalaman dan keahliannya untuk meraih kesuksesannya sendiri. Orang tua perlu mengenali keunikan ini agar tetap bisa menghargai dan mengakui dan menerima apapun kondisi anak, meski terlihat lemah di mata mereka.


Minggu, 03 Februari 2019

Empati dan Kemampuan Membaca Situasi

06.35 0
Qadrullah di level #5 ini saya harus kembali bertugas, partner fasil kesayanganku di kelas Bunda Sayang Remedial sedang sakit. Jujur agak kelabakan dikarenakan sejak awal berpartner kami sudah membuat kesepakatan untuk urusan administrasi beliau yang akan back up. Kesibukan saya selaku Manajer Program Matrikulasi IIP lah yang membuat beliau menawarkan diri untuk bagian administrasi ini. Bukannya saya ingin meminta keringanan, tawaran beliau sangat meringankan tugas saya.

Flashback di surat yang saya gunakan untuk melamar sebagai fasil kelas Bunda Sayang beberapa bulan yang lalu. Kondisi ngefasil sendirian di kelas sebenarnya sudah menjadi pemikiran saya. Strategi untuk mendelegasikan beberapa pekerjaan teknis di Program Matrikulasi menjadi salah satu solusi. Ditambah dengan statement Manajer Bunda Sayah, teh Chika Dzikra yang menyebutkan bahwa fasil Bunda Sayang bisa tetap fokus untuk meningkatkan kualitas ngefasilnya dikarenakan tugas administrasi akan lebih dibebankan kepada pengurus kelas. Dari level #1 - level #4 praktis saya blas sama sekali tidak cek administrasi kelas ini.

Apa yang terjadi?

Ada beberpa hikmah yang bisa saya ambil di level #5 ini. Dan qadarullah hikmah ini sangat berkaitan sekali dengan banyak hal. Yang pertama berkaitan dengan tema materi, belajar. Seolah mata saya dibukakan bahwa saya masih kurang "membaca kondisi kelas". Bonding saya dengan mahasisiwi di kelas sangat terasa garing, bahkan hampir bisa dikatakan tidak ada. Level #5 ini adalah level penentuan untuk mahasiswi yang sudah tiga kali berturut-turut tidak mengerjakan game. Sesuai dengan CoC komunitas, mereka harus meninggalkan kelas. Saya sedih sekali tatkala merekap data kelas, ternyata ada 14 mahasiswi yang harus kembali ke regional. Suasana kelas dua bulan terakhir juga tidak kondusif mendekati pasif. Kehadiran saya di kelas yang notabene juga tidak bisa setiap hari mungkin semakin membuat kelas tidak sehat. Diskusi kelas yang awalnya ramai berangsur sepi,. Demikian pula peran pengurus kelas, tidak seaktif dulu.

Renungan panjang saya lakukan sambil memepersiapkan High Energi Ending. Banyak hak mahasisiwi yang belum saya tunaikan dikarenakan kegagalan saya dalam membaca situasi kelas. Self plak banget karena saya sangat telat meluangkan diri membaca kondisi para mahasisiei. Penghibur saya adalah nasehat gurunda, Ibu Septi Peni Wulandani, bahwa tidak ada kegagalan, yang ada adalah salah strategi. Untuk itu mari segera fokus pada solusi agar tidak berlarut-larut dalam kesedihan. Saya pun mulai membuka diri, mendengarkan apa yang mereka butuhkan. Karena kemampuan membaca erat kaitannya dengan mengerahkan seluruh panca indera, maka saya harus memulainya dengan mendengarkan mereka.




Strategi baru harus segera dibuat, mulai dari merapikan administrasi kelas, mempererat kesolidan pengurus kelas, sampai menjalani road show ke peer group akan saya lakukan. Road show ini penting saya lakukan karena untuk dapat membaca kebutuhan mereka saya harus mendengarkan mereka. Administrasi kelas yang dulu saya abaikan harus kembali saya telateni. Tidak mungkin saya bisa membaca kondisi kelas jika saya terus-terusan abai dengan data administrasi kelas ini. Termasuk kembali mensolidkan pengurus, dengan mendelegasikan beberapa tugas kepada mereka, saya yakin akan bisa membuat mereka menjadi team work yang solid yang akan membantu saya untuk membaca kebutuhan teman-temannya,

Kedua, pada level ini saya seolah langsung mendapat ujian dari Allah karena bersamaan dengan level #5 ini saya berani untuk menyampaikan materi Management Gawai di Program Matrikulasi. Saya merasa Sang Penuntun sedang menuntun saya untuk komitmen dan konsisten dengan apa yang telah saya sampaikan. Mengelola banyak kelas, memang membutuhkan effort lebih. Seolah melalui level #5 dan level selanjutnya saya langsung praktek lapangan. Semoga Allah memudahkan saya dalam segala urusan.

Hikmah yang terakhir adalah mulai level #6 dan seterusnya saya harus lebih banyak membaca potensi orang-orang di ring 1 saya agar saya bisa mendelegasikan beberpa kewenangan. Ternyata double job itu tidak mudah, jauh dari ekpetasi saya. Namun saya tidak akan menyerah, karena saya bisa jadi ini adalh peran hidup yang harus saya ambil di komunitas Ibu Profesional. Kembali mantra cancel...cancel go away terngiang di telinga saya.

Dan untuk mengingatkan sekaligus menyemangati mahasiswi di kelas, saya buatkan badge special. Sejatinya dengan mengingatkan dan menyemangati mereka, saya sedang melakukannya untuk diri sendiri. Saya pun sedang berusah untuk konsisten dengan apa yang saya sampaikan, karena itulah jalan hidup seorang muslim.