Selasa, 24 Maret 2020

Tantangan 30 Hari -Tahap Kepompong Buncek Batch#1




Day #30
========

"Ngelmu iku kalakone kanthi laku, lekase lawan kas, tegese kas nyantosani, setya budya pangekese dur angkara"
Cuplikan tembang pocung ini sarat makna. Artinya kurang lebih seperti ini; ilmu  bisa di dapat dengan cara dilakukan (by doing), menggunakan niat, sehingga jadi kuat, berbuat tulus dan usaha yang akan mengalahkan perbuatan jahat atau tercela.

Dan tampaknya di akhir periode tantangan ini aku layak mendapat excellent. Beberapa hari yang lalu memang ada beberapa rekan kerja yang tidak suka jika aku lebih paham tentang sebuah aplikasi pekerjaan. Mereka sampai mendiamkanku. Namun karena niatku bukan untuk mencari perhatian atau sensasi, maka aku cuek saja, woles. Yang penting kan niat.

Hari ini mungkin orang yang tak suka akan kembali merasa perih ketika tetiba aku diminta maju ke hadapan forum dalam rakoord tingkat kecamatan. Karena memang dirasa oleh pimpinan aku yang paling mengerti dan bisa memberikan solusi atas permasalahan yang sedang dihadapi oleh desa-desa dalam kaitannya dengan penganggaran untuk penanganan Covid-19.

Sebenarnya bukan hanya aku yang paling pintar. Namun keinginan tulusku untuk berbagi ilmu dan membantu desa yang menggerakkan pimpinan untuk memintaku maju sebagai narasumber. Yah... Tantangan seorang speaker itu adalah harus bisa menerapkan ilmu padi, semakin berisi semakin menunduk. Prestasi dan keilmuan yang dimiliki tak pantas membuatnya jumawa dan ingin dipuja.

Semoga senantiasa dimudahkan dalam meluruskan niat.


Day #29
========

Bersilaturahmi ke rumah teman lama. Sebenarnya niat utamanya bukan sekedar silaturahim Ding, tapi mau ambil beberapa barang milikku sekalian ambil slicer yang kupesan. Setiap kerumah temanku ini, penyambutan kedua orangtuanya sungguh membuatku merasa sangat dihargai.

Sambil menunggu barang pesananku siap kami ngobrol tentang persiapan puasa. Tentang tradisi megengan dan tarhib Ramadhan. Ngobrol dengan orang yang lebih sepuh itu harus sedikit berhati-hati. Orang sepuh itu lebih sensitif, jadi menjadi pendengar yang baik adalah salah satu strategi agar obrolan lebih bermakna. Akupun harus terbiasa, meski terkadang pemahaman dan ilmu kita lebih rasional daripada mereka. Namun dengan menjadi pendengar yang baik kita bisa berlaku santun kepada mereka. Badge excellent untuk seorang pendengar yang baik. 


Day #28
========

Sedih itu jikalau niat berbagiku oleh sebagian orang dikira ujub. Memang berbagi sesuatu yang kita miliki dan ujub itu hanya dibedaakan membran yang tipis. Yang bisa membedakan keduanya hanyalaah niat. Jikalau paras cantik atau harta menjadi salah satu alasan untuk ujub, maka kedua hal itu tidak ada pada diriku. Jika kepandaian dan wawasan bisa menjadi celah untuk ujub, mungkin penyakit ini bisa menimpaku. 

Sebuah pelajaran berharga yang kudapatkan hari ini adalah ketika ada rekan kerja yang tidak bisa memahami niat berbagiku dan salah sangka dikira aku mau menyombongkan diri atau pamer ilmu atau cari perhatian. Naudzubillah.... hal itu tidak pernah terbersit sedikitpun dalam niatku. Samppai akhirnya aaku tersadar bahwa niatku berbagi ilmu menggeser posisinya. Dulu sebelum aku muncul, rekan inilah yang senantiasa menjadi rujukan bagi rekan yang lain untuk bertanya. Namun kemunculanku tampaknya disalahartikan olehnya.

Tantangannya adalah bagaimana tetap bisa berkepala dingin dalam kondisi demikian. Memakai pepatah "biarlah anjing menggonggong, kafilah tetapp berlalu". Sesungguhnya niatku harus senantiasa kuluruskan. Seorang speaker tidak boleh langsung panas menghadapai kondisi ini. Maka hari ini aku coba ngalah walau bukan berarti aku salah. Manajemen emosi ini sangat penting bagi seorang speaker, maka bukan karena ingin ujub, peroleh hari ini aku sematkan excellent

Day #26 dan #27
==============

Day 26. Ragu antara layak dapat badge atau tidak. Pasalnya dihari ini aku lebih memilih untuk menghindari konflik. Meski suasana sedang menghangat di team work Pendamping Desa. Sebenarnya aku tak mau berasumsi, tetapi feelingku mengatakan ada rekan kerja yang tak suka dengan cara kerjaku. Si dia ini notabene karakternya memang tak pernah puas dengan kerjaan temannya. Woles sih... Mau nanggapi tapi aku yakin gak akan ada komunikasi di saat emosi sedang memuncak. 

Menghindar seperti ini salah satu strategi komunikasi juga. Akhirnya kuputuskan dapat badge excellent wae. Lho kok?
Iya ... Dong, gak mudah lho menahan diri untuk tidak membuka mulut dalam kondisi seperti ini. Tapi kalau aku membuka mulut, khawatir malah jadi ajang pembelaan diri. Menahan mulut itu salah satu bentuk self control yang sulit untuk diterapkan.

Day 27. Masih terkait ilmu gigit lidah. Ceritanya hari Minggu adalah hari setrika nasional di rumah. Mas Bojo memberi tahu jika akan datang saudara. Mendadak sih ngasih tahunya, sedangkan aku belum menyiapkan makan siang dalam jumlah banyak.

Karena Reflekmasih segunung baju yang harus disetrika, aku langsung mendelegasikan tugas ke Auda yang sedang nonton Drakor. Emak gue paling anti nonton sinetron, ntah si anak gadis ini nurun dari siapa 😂.

Antara diburu waktu dan kesel lihat Auda yang gak segera bangkit memasak. Emak pun kumat, suara sedikit meninggi saat mengulang instruksi. Respon Auda malah bikin ambyaar suasana. Duh ... Gigit lidah kalah sama Drakor 😁


Day #24 dan #25
==============

Day 24. Agak tricky emang buat hari ini. Karena saat rapat di desa tapi aku diposisikan sebagai Tsar, untuk mengatur perubahan APBDes. Perubahan ini terjadi karena titipan salah s orang pimpinan di kecamatan. Aku gak setuju, tapi juga gak mau ABS. Sehingga mau gak mau aku harus ambil jalan aman, agar tak salah ambil keputusan.

 Susah memang, badge satisfactory cukuplah. Aku pun mengarahkand dengan membahas hal yang subtansial saja. Selebihnya biar musyarawah Desa yang memutuskan.

Day 25. Alhamdulillah jadi lagi satu video tutorial untuk membantu perangkat desa input data penyerapan DD tahap 1 agar terbaca di aplikasi OMSPAM. Hu...hu... video ala-ala langsung take meski wajah masih kuyu, gak sempat lipenan. Video ini request dari salah seorang pimpinan. Semoga Bermanfaat, namun karena tanpa prepare gak bisa dapat excellent, karena saat terekam pun mik nya lupa belum dicolokkan. Very good wae lah



Day #23
=======

Praktek komunikasi persuasif kali ini kepada kolega. Kebetulan seharian harus ngantor karena ada beberapa berkas administrasi yang harus diselesaikan. Sembari mempersiapkan berkas yang permakades yang harus diedarkan guna mendapatkan tanda tangan dari sembilan belas (19) Desa. Tentunya aku gak akan mampu berkeliling ke sembilan belas (19) Desa ini seorang diri. Kubutuh kerjasama dari kolega yang lain. 

Namun tidak semua kolega ikhlas jika kumintai bantuan, walhasil aku harus menggunakan pendekatan persuasif agar mendapatkan bantuan. Alhamdulillah, setelah membaca pesanku semalam, dua orang kolega yang kukontak menyatakan kesediaannya untuk membantuku.

Resep menggerak mereka hanya satu sih, menjelaskan pesan sejelas mungkin dengan mengambil hatinya. Dan ketika kami bertemu di kantor, keduanya mengapresiasi berkas permakades yang telah selesai kususun. Kerja tepat, wajar kalau excellent akan mampir di kalender tantanganku.

Day #22
=======

Pagi hari saatnya sang speaker beraksi, kegagalan sua hari kemarin menjadi cambuk pagi ini harus menemukan cara yang efektif agar bisa menggerakkan orang-orang sekitar untuk mau mengikuti arahanku. Dimulai dari anak-anak dulu baru kemudian kolega.

Strategi untuk anak-anak kali ini adalah memberikan challenge kepada mereka. Siapa yang bisa membantu menyelesaikan tugas maka dia berhak mendapatkan apresiasi khusus. Alhamdulillah cukup jitu, semua tergerak untuk menyumbangkan tenaga terbaiknya. Mulai dari nyuci baju sampai ngepel lantai.

Udah senang aja aku bakalan dapat very good. 


Selanjutnya untuk kolega, ini yang membuatku tidak dapat nilai excellent. Pak bos memerintahkan aku untuk membuat g.form untuk pendataan petugas. Ok... Pak bos bisa menerima usulanku terkait penggunaan akun kantor. Giliran g.forn sudah launching, ternyata ekspetasiku tidak sesuai keinginan pak bos. Ya sudahlah, revisi dan revisi lagi.

Day #20 & #21
===========

Merapel lagi. Tersebab daku sedang PMS. Bawaannya uring-uringan 😁

Day #20 tantangannya adalah komnak. Banyaknya pekerjaan membuatku ingin mendelegasikan Beberapa pekerjaan domestik ke anak. Qadarullah... nak-anak di hari Ahad sudah punya agenda sendiri. Sehingga tak mau diganggu. Sempat sih suaraku meninggi saat mereka tidak mau menerima delegasi tugas dariku. Walau setelah mendengar suara keras menggeleng bak petir disiang bolong akhirnya mereka turun tangan. Tetapi ternyata hasilnya tidak sesuai ekspektasi. Ini artinya ada sesuatu bahasa yang salah saat penyampaian perintahnya tadi. Need improvement untuk komunikasi disaat emosi. 

Padahal sudah tahu kalau sedang emosi, tidak akan ada komunikasi. Tapi kok yo diulang.

Day #21, suasana kantor cenderung lebih ramai karena hari ini ada rapat koordinasi dengan seluruh desa di lingkup kecamatan. Merasa dikonfirmasi alias di komplain seorang kolega terkait dengan laku yang ternyata pernah menyakitinya membuatku terhenyak. Ini bukan ranah handling complaint sehingga aku memutuskan untuk tidak membela diri. 

Kucoba mendengar apa yang dikesahkannya. Memang ada andil salahku sih, jadi tak pantas sekiranya kalau aku membela diri. Walhasil tanggapanku hanya beberapa kata, mohon maaf, terimakasih sudah diingatkan dan mari kita perbaiki bersama. Huft.... Walau sebenarnya ada pihak ketiga yang memanas-manasi tapi sebagai seorang speaker harus tetap dingin.

Day #19
=======

Menguatkan kembali skill komuikasi visualku. Kali ini aku sangat percaya diri memberi nilai very good dalam proses editing video. Belajar kebut semalam menggunakan aplikasi filmora pro di lappy ternyata membuatku semakin tertantang. Puas rasanya bisa melakukan editing dua video meski hanya dalam waktu beberapa jam.

Berikut link video hasil editanku yang masih amatir, belum berhak mendapatkan excelent karena masih ada beberapa yang belum eye catching








Day #18
=======



Kalau kemarin menjadi sutradara, hari ini aku menjadi artis untuk sebuah video singkat edukasi masyarakat tentang cara pencegahan Covid19. Feel menjadi sutradara dan artis itu beda banget. Jikalauenjadi sutradara, aku harus bisa mengatur orang lain. Maka dengan menjadi artis, aku harus siap untuk diatur orang lain. 

Begitulah kehidupan, tidak selamanya kita akan berada di zona nyaman. Harus siap dalam setiap posisi. Disaat  berada dalam posisi artis, disitulah skill mendengarku diuji. 

Bicara zona nyaman, hari ini aku pun kembali mendapatkan kesempatan untuk berbagi pengalaman bagi bapak dan ibu guru. Gagal membuat video tutorial karena tower WiFi sedang diperbaiki tak menyurutkan semangatku. Alhasil menggunakan delivery method yang lain di sesi ini. Meski grup krik-krik, namun waktu 90 menit tidak terasa bagiku. Yah menjadi seorang speaker di kelas online itu butuh skill juga. Sehingga tetap menikmati dalam setiap kondisi. Terlebih setelah kemarin berhasil puasa berfikir negatif. Jadi pantaslah aku mendapatkan excellent hari ini. 


Day #17
=======

Senang deh jadi sutradara hari ini. Kebetulan ada dua sesi pengambilan gambar untuk membuat video himbauan pemerintah desa agar warganya yang diperantauan menunda mudiknya. Terlebih Pacitan per hari ini juga sudah dinyatakan zona merah.

Senangnya jadi sutradara itu karena bisa mengarahkan bakat terpendam. Bakat ngartis?

Bukan dong, bakat berbicara sehingga apa yang kuinstruksikan dituruti oleh mereka yang jadi artis dadakan. Itu butuh skill seorang speaker you know 😁

Dan senangnya lagi adalah saat melihat hasil videonya tidak mengecewakan. Ntar deh kalau rilis di akun YouTube ku kubagikan. Sementara ini masih proses editing. Nah kalau seperti ini, layaklah dapat badge excellent 😍

Day #16
=======

Bagaimana cara seorang speaker memberikan feedback untuk memancing intelectual curriosity?

Ini adalah skill yang sedang aku latih hari ini. Kebetulan hari ini adalah pengumuman SNMPTN. Deg-degan dong, iyalah... Secara Sudah kan mendapatkan kuota SNMPTN ini dan ikut berjuang untuk mendapatkan seat di salah satu universitas terkeren di negara ini. 

Memang belum rezekinya, karena kartunya merah, alias tidak lolos. Emak pun mencoba untuk memberikan feedback dengan resep roti lapis. Hi...hi... Ini bukan makanan lho. Tapi salah satu strategi Fasilitasi.
Tujuannya adalah untuk memotivasi Auda agar lebih bersemangat dalam menempuh UTBK nanti.



Day #15
=======

Setengah perjalanan sudah aku menempuh tantangan ini, rasanya semakin menguatkan salah satu skill komunikasiku. Ceritanya hari ini mendadak harus ke kantor untuk input data secaraonline barengan dengan teman-teman dari desa lain. Ya... gitu deh kalau sudah berkumpul pasti banyak agenda lain yang dibicarakan. Salah satunya adalah tugas kami sebagai pembina tim Satgas Covid 19 yang ada di desa masing-masing.

Pimpinan Kecamatan kami memang cukup unik, beliau-beliau ini memberikan arahan agar ada perubahan APBDes senilai seratus juta yang harus dianggarkan untuk mengantisipasi penyebaran virus yang sedang naik daun ini. Lumayan fantastik bukan?

Meubah anggran sebesar itu mau tak mau harus ada pemangkasan anggaran di bidnag yang lain. Nah inilah dilemanya, perubahan APBDes menurut regulasi hanya mengacu saat PAK.  Posisi kami selaku pendamping juga dibenturkan dengan konflik kepentingan dari para pemangku wilayah. Sehingga mau tak mau aku kembali didaulat oleh kolega agar menjadi penengah. Baiklah... saatnya beraksi agar terjalin kesepkatan yang mengacu pada konsep you win, I win. 

Praktik komuikasiku hari ini lumayanlah, tak perlu harus menyandang badge need improvment. Dengan percaya diri, hari ini aku berhak mendapatkan badge very good. Indikatornya adalah kolega mendukung solusi yang kusampaikan dan pihak desa merasa tenang karena tidak harus menjalankan kebijakan yang memberatkan tersebut.

Day #14
=======


Kebetulan hari ini aku kembali merdesa setelah genap dua pekan lebih hanya berdiam diri di rumah. Memang freelance macam aku jam kerjanya bebas sepanjang tidak ada proyek yang harus diselesaikan. 

Desa yang kunjungi sepi karena perangkat desa jam kerjanya di shift. Sebagai salah seorang relawan Cegah Covid19 tugasku untuk membantu pemdes mensosialisasikan program dari pemerintah provinsi. Kebetulan ada aplikasi WA yang bisa diakses masyarakat untuk info cepat dan self assessment terkait Covid19. Maka kucoba menjelaskan aplikasi ini dengan bahasa yang mudah dipahami masyarakat.

Seorang Speaker perlu menguasai teknis ini. Salah dalam penggunaan bahasa maka pesannya tidak akan tersampaikan. Kebetulan setiap berinteraksi dengan masyarakat desa aku bisa menggunakan bahasa daerah sehingga lebih komunikatif



Day #13
=======
Mewacanakan sebuah opini dalam bentuk tulisan itu tak semudah menulis sebuah puisi. Sebuah opini yang baik, menurutku tidak hanya sekedar sebuah luapan ide, apa yang ada di kepala saja. Melainkan harus mengikuti beberapa kaidah. Satu diantaranya adalah penguasaan ilmu yang sedang dibahas. 


Cukup sulit menentukan nice yang tepat bagi tulisan opiniku. Tantangan ini sekaligus menjadikanku belajar lebih banyak bagaimana cara membranding diri. Hari ini aku cukup terkendala untuk meneruskan apa yang sudah kumulai di Kompasiana. Walhasil tulisanku masih ambyar... Sehingga hari ini aku harus puas mendapatkan merah lagi 

Day #12
=======
Salah satu yang harus dilakukan speaker adalah membranding diri, jika belum punya lapak sendiri untuk membranding diri, maka boleh numpang lapak yang sudah jadi. Entah milik komunitas atau milik pribadi. Untuk itu hari ini kembali aku bersiap untuk membranding diri dengan kembali ikut kelas berbaginya IIP. Materi masih lanjutan yang kembali. Dengan mengambil tajuk Optimasi Google Drive untuk Produktivitas, hari ini aku mulai menyiapkan segala peralatan manggung yang dibutuhkan. Salah satunya adalah dengan video tutorial.

Setelah mempelajari beberapa cara pembuatan video tutorial, pilihanku jatuh pada aplikasi zoom. Pengennya lebih menanjak lagi sih, bikin video tutorial yang eye catching ala-ala selebgram gitu. Tapi itu target jangka panjang, karena membutuhkan waktu lebih lama untuk mempelajarinya. Jadi sekarang berpuas diri dulu dengan aplikasi zoom. Yang penting di video tutorial itu daku bisa mejeng, gak hanya suaraku saja seperti video-video tutorialku yang sudah-sudah. Karena sudah ada kemajuan, maka pantaslah jika mendapatkan nilai very good.

Day #11
=======

Menjadi admin WAG itu ternyata juga membutuhkan ilmunya seorang speaker. Terlebih di masa sekarang, dimana semua aktivitas dilakukan secara online. Dimana lagi bisa bertemu jika bukan di WAG. Semua sudah mulai karantina secara pribadi. Jadi WAG menjadi sarana untuk sambung rasa. 

Nah jika ada selisih paham antara member WAG, sedangkan Anda adminnya, apa yang harus dilakukan?  Diam saja? ikutan  komen yang  malah memperkeruh suasana? Menunjukkan keberpihakan ke satu pendapat? Mempunyai pendapat coba sendiri atau mencoba menjadi penengah?

Kalau aku dalam posisi ini maka aku memilih untuk netral. Sesekali menengahi pembicaraan yang sedang hangat dengan joke ringan. Dan ternyata butuh skill untuk mengkomunikasikan agar masing-masing legowo. Karena pernah beberapa kali aku menemui jika ada perselisihan di WAG maka berujung keluarlah salah satu yang berselisih dari WAG.

Hari ini juga demikian, dengan memakai tips fokus pada solusi, kuajak penghuni santuy dalam menanggapi. Memang benar, saat emosi tidak akan terjadi komunikasi. Dan dalam sebuah WAG yang notabene menggunakan bahasa tulisan, yang emosi ini sebenarnya butuh dirangkul bukan ditanggapi secara ilmiah. Dan peran admin sangat penting, karena dialah yg bisa merangkul semua anggota





Day #10
=======

Masih dalam rangka Work From Home, aku berinisiatif untuk mengajak teman-teman masuk ke ruang zoom meeting. Dikarenakan ada satu pekerjaan yang harus diselesaikan dengan koordinasi via tatap muka. Lumayan pelik permasalahannya sehingga koordinasi ini harus segera dijalankan. 




Meski permasalahan yang kami hadapi cukup rumit, namun sebagai seorang speaker yang baik aku coba untuk menjadi host meeting ini dengan mengumpulkan data dan informasi terlebih dahulu. Hal ini ditujukan agar tidak menimbulkan kepanikan diantara kolega. Tetap mengacu prinsip audience center aku berhasil menjadi penengah masalah. Dan akhirnya kami mempunyai kesepakatan bersama untuk dijalankan.


Day #9
======

Hari ini kembali memenuhi tantangan sebagai seorang speaker dengan melatih diri untuk telekonferensi. Alhamdulillah dipercaya menjadi host sebuah meeting online. Qodarullah aku sedang sakit. Jadi tidak optimal, terlebih suasana hujan di kotaku membuat SuSi datang menghampiri meeting kami.

Welcome April, I can be better than.


Day #8
======

Masih soal branding bagi seorang speaker, akhirnya aku memberanikan diri untuk menulis di kompasiana. Tahu kan gaes, kompasiana itu kayak apa? Ini kulakukan demi mengikuti tips yang kudapatkan di kelas personal baranding.

Menuliskan opini di platform ini adalah salah satu langkah untuk go public di dunia maya selain menggunakan kekuatan sosial media. Semoga konsisten 





Day #7
=====







Masih ketemu si hijau, ceritanya hari ini aku memenuhi undangan untuk berbagi tentang e-learning  disebuah SD di desa yang notabene tantangan terbesarnya ada pada masalah sinyal dan kepedulian orangtuanya terhadap masalah parenting.

Misiku pada sesi ini adalah berbagi kebahagiaan selama aku mengelola kelas online. Sangking bahagianya, ceritaku mengalir saja. Termasuk mengajak Bapak dan ibu guru belajar bersama. Espetasiku... Mereka akan bahagia belajar tentang GC dan GD.

Empat jam sudah aku manggung bercerita tentang GC dan GD. Tiba di akhir sesi, yakni refleksi. Dan tetiba aku speechless ketika semua yang hadir mengatakan apa yang kusampaikan ritmenya terlalu cepat. Padahal aku sering menanyakan apakah sudah jelas apa yang kusampaikan setiap satu menu belajar selesai kulatihkan. Dan mereka menjawab jelas.

Ah... konsep audience center ternyata sebuah rahasia. Meski tahapan bertanya ke audience sudah kukerjakan, ternyata audience center itu lebih dari itu. Memang sih peserta terlihat antusias dan tidak mengantuk. Tetapi ternyata apa yang kusampaikan yang notabene adalah hal baru untuk mereka terlalu berbobot jika hanya disampaikan dalam durasi 4 jam. Aku aja perlu 4 tahun untuk bisa benar-benar menguasai GC dan GD.

Satu lagi, feel belajarnya juga beda. Aku yang terbiasa learning by doing, mereka terbiasa disuapi secara perlahan. Inilah tantangan sekarang speaker sejati 😂


Day #6
=====

Stuck 😣
Belum ada pergerakan, hari ini full dirumah. Jadi kumanfaatkan untuk latihan pernapasan agar menunjang performa sebagai seorang speaker. Sekalian mempraktekkan tips dari mba Deasy IP Solo


Day #5
=====
No another caption selain gagal napas 😁... Walhasil terengah-engah






































Day #4
=====

Yeay... Siapa sih yang gak bahagia kalau berhasil membahagiakan orang lain. Ceritanya seharian ini tu, aku manggung di dua kelas berbagi. Mengasah kemampuan publik speakingku di ranah online dalam workshop online optimasi GC dan GD. Ternyata memudahkan orang lain itu adalah jalan untuk mencapai kemudahan bagi diri sendiri.


Day #2 dan #3
==========

Kemarin ketinggalan kalendernya. Hari ini aktivitasku masih seputaran komunikasi. Kebetulan meneruskan kulwap personal branding bareng mba Sara Neyrhiza. Ternyata untuk personal branding, banyak yg masih aku perbaiki


Day #1
=====

Need improvement, karena aku masih butuh penguasaan olah vokal. Terutama suara perut. Mikrofon hanyalah alat bantu





















Tidak ada komentar:

Posting Komentar