Selasa, 18 Februari 2020

Komunikasi Interpersonal Melatih Kemampuan Mendengar


Salah satu bentuk komunikasi yang sedang hangat diperbincangkan di kelas BunCek adalah komunikasi interpersonal. Komunikasi ini terbangun dari dua atau lebih individu dengan sifat transaksional. Hampir sebagian orang mampu berbicara dengan baik. Namun diantaranya hanya beberapa yang mampu menjadi pendengar yang baik.

Padahal kunci dari komunikasi interpersonal ini adalah sabar dan kemauan untuk mendengarkan. Di dalam komunikasi interpersonal juga berlaku beberapa aksioma komunikasi (lihat foto saya diatas).

Berikut ini adalah pelajaran yang bisa kuambil selama berkenalan di camping Bunda Cekatan. Menurutku, ada tiga hal yang mempengaruhi keberhasilan komunikasi interpersonal, yakni;

1⃣ Citra Diri
Makanya man teman jangan baper ya...
Kalau udah capek-capek ngajakin para ulat emess berkenalan, tapi gak direspon. Mungkin mereka yg gak ngerespon itu belum tau siapa diri kita. Oleh karena itu saat kenalan, usahakan dengan bio yang lengkap. Kalau perlu diembel-embeli dengan sedikit kecap ... 😆

Tau gak, apa hubungan kecap dengan perkenalan?


2⃣ Kecerdasan Emosi
Kalau mau berkenalan ya jangan kemudian langsung main sodor form dong. Bisa-bisa penerima pesan kita malah nyolot nantinya. Atau ngasih feedback negatif. Mbok yao... Pakai basa basi dikit. Tanya kabar dulu kek... Basa basi kek... Ajak kakek sekalian kalau kakek mau 😁

3⃣ Menggunakan bahasa tubuh
Kalau kenalan virtuil jangan sungkan untuk menggunakan emoticon.

Karena kalau kenalan virtuil itu kan kita gak tau seperti apa gesture  lawan bicara kita.

Kayaknya kenalan pakai VN dan video seru juga ya.

💞💞💞💞

Selama berkenalan selain melatih skill komunikasi, aku juga menemukan sebuah fakta.

Ternyata di Ibu Profesional itu semuanya orang hebat dengan berbagai keahlian ilmu. Masing-masing pun tak pelit dalam berbagi ilmu. Mantra semua murid semua guru di komunitas Ibu Profesional memang efektif untuk menggerakkan semua stakeholdernya untuk berbagi dan melayani. Terbukti banyak sekali ulat-ulat emess yang antusias untuk mendapatkan kenalan baru. Demi apa coba?

Demi mendapatkan pengalaman dan ilmu baru. Keren kan...

Terus apa hubungannya antara komunikasi interpersonal dengan kemampuan mendengarkan?

Yup... Seperti diawal kusebutkan, bahwa ada hubungan transaksional yang melandasi komunikasi bentuk ini. Layaknya transaksi antara pembeli dan penjual di pasar.  Maka agar pesan tersampaikan dan tidak mengalami sumbatan, perlu terus melatih kemampuan mendengar ini.

Kita itu sejak kecil dilatihnya berbicara dan bukan mendengar. Walhasil komunikasi tdk produktif karena tersumbat oleh faktor ketidakmampuan kita dalam mendengar. Padahal Alloh memberikan indera pendengar yang lengkap untuk bisa kita padukan dengan mulut dan akal kita.

Yuk cari tahu bagaimana cara melatih kemampuan mendengar kita 😉

1️⃣ Yang pertama adalah paraphasing. Kemampuan untuk mengulang kembali pernyataan lawan bicara ini ternyata sangat penting. Saat bercakap-cakap, Anda bisa mengulang apa yang disampaikan lawan bicara dengan kalimat sendiri tanpa merubah makna. Dengan kemampuan seperti ini, lawan bicara akan melihat Anda sangat peduli dengan percakapan yang yang terjadi.

Contohnya dalam dialog ini nih;

Seseibu : Assalamualaikum mb Yani...
Bolehkah 'berkenalan' lebih dekat mb? 🤭
Perkenankan saya berkenalan y mb.😁

Yani :  Wa'alaykum salam. Mau berkenalan yah? Kayaknya.... asyik juga nih, aku kan ingin tahu lebih lanjut tentang dirimu juga.

✓ Nah... ada pengulangan kata berkenalan dalam dialog ini. Dan juga dikuatkan dengan kalimat "aku kan ingin tahu lebih lanjut tentang dirimu". Inilah skill paraphasing.

2️⃣ Reflecting feeling. Salah satu kemampuan mendengar ini sangat penting. Dengan kemampuan ini kita membuat sebuah pola komunikasi yang bersifat simetris dan komplementer. Artinya dengan menggunakan empati untuk menyetarakan perasaan, lawan bicara merasakan keterlibatan kita. Ini penting karena pesanny harus diterima dan bukan diharapkan hanya sekedar diterima, alias dibaca/didengar saja.

Tak contohkan dalam dialog berikut;

Seseibu : Aplg sebulan ini habis sakit dan dah 5 hari ini anak 2-2nya juga ga enak, berasa deh kayak perasaan mulai baperan. Ditambah sudah waktunya period....makin baperan kayaknya ya, aneh.  Padahal dah TUA.....atau saya perlu me-time kali ya...lelah jiwa raga soalnya

Pernah dengar curhat utama itu ke suami dan Allah. Kalau ke manusia yg happy2 saja 🤭

Me : I feel U mba. Kita memang butuh wadah untuk mengalirkan rasa.  Terkadang wanita butuh teman yg mengerti dirinya. Sesama wanita yang bisa membantunya untuk tegar.

Teman yang amanah menutup semua aibnya dan mau untuk menggenggam tangan untuk mendukungnya. Mendekatkannya kepada Sang Maha Pendengar dan mengembalikan kepercayaan dirinya agar bahagia menjalani peran hidupnya.
Karena bagaimanapun juga wanita ingin dimengerti.

✓ Gak ada salahnya menerima curcolan dan menempatkan diri jika berada di posisinya. Dengan begitu lawan bicara akan lebih mudah menerima pesan selanjutnya.

3️⃣ Reflecting of Fact atau merefleksikan fakta dan data dalam berkomunikasi. Hal ini penting, pesan komunikasi akan lebih mudah diterima jika ada kesamaan persepsi. Karena frame of reference (FoR) dan field of experience (FoE) masing-masing orang berbeda, dengan beberapa pertanyaan pembuka dalam sebuah dialog, akan menghasilkan FoE FoR kamu + aku menjadi FoE FoR kita.

Misalkan dalam dialog berikut ini;

BunTik : Golive nya keren sekali Bund... Meski baru pulang tp komitmennya hebaaat utk golive... Saya pengen masuk keluarga komunikasi, tp takut kekenyangan... 😅

BuPer : Makasih...Ahamdulillahasih diberi kesempatan go live. Asline itu ngos-ngosan juga, untung tdk tersedak 😄
Aku juga lom jalan-jalan ke keluarga lain. Lihat go live udah begah...
Berasa penuh perut ini😆

BunTik : Hahhaha bener juga ya... Golive aja dulu udh cukup
Saya di manajemen emosi Mba

BuPer : Wah keren... manajemen emosi itu pernah kulirik. Tapi petaku menuntun untuk belok dulu, soale penting tapi aku belum butuh saat ini 🙏
Apa yang udah didapat di sana mba?

BunTik : Iyaa mba... Ambil yg prioritas dulu.. saya pun.. mau ke komunikasi, ada di mindmap, tapi petanya nyuruh ke emosi dulu...
Sbenernya kemarin bingung antara 2 ini,,hehehe

✓ Kalau persepsinya sudah sama seperti ini, bisa lanjut tujuh hari tujuh malam ngobrolnya ha....ha...
Eh ... Lanjutkan dan tukar no WA saja

4️⃣ Synthesizing atau memadukan beberapa pendapat. Teknik ini bisa kita lakukan dengan menggali intectual curriosity lawan bicara kita. Kemudian menyampaikan kembali pendapat tersebut sesuai kefahaman kita. Dengan begitu lawan bicara akan merasa lebih dihargai sehingga impactnya ada kesepakatan bersama terhadap suatu pandangan

Contoh dialognya sebagai berikut:

BunTik : Di manajemen emosi ada subtopik lagi mba.. tentang innerchild, manajemen konflik, manajemen marah, self healing...
Nah, gara2 masuk sini saya jd bisa menyadari posisi saya ada dimana saat ini...
Skrg lg di tahap self healing... Saya belajar praktek sadar nafas, self talk, self love,, sampai bisa menerima dan akhirnya rahmat Allah bisa turun melalui kata2 saya... Jadi merasa lebih legaa setiap hari..

BuPer :Keren...Tuh kan, aku jadi mupeng. Tapi ingat diet kepo yg sedang kujalani. Next ah... Kalau butuh bantuan terkait manajemen emosi aku japri dikau ya kak 😘
Aku butuh juga self healing, self talk dan self love.

BunTik : Saya masih tetap tertarik ke  komunikasi loh Mba...
Bayangin di keluarga itu akan dapat suntikan cara ngobrol yang asyik dan lemah lembut ..
Kapan2 masih bisa nambah anggota kan mba?

BuPer : Saran aku, tuntaskan dulu di manajemen emosi say, karena untuk bisa ngobrol asyik dan lemah lembut itu kadang butuh main perasaan. Butuh skill menata emosi dulu, apalagi kalau yg dihadapi anak dan anak mertua.

✓ catatanku nih, kemampuan seperti ini butuh jam terbang dalam berkomunikasi. Karena pada umumnya, kebanyakan orang berkomunikasi itu hanya ingin pendapatnya diterima dan bukan menerima pendapat orang lain.

5️⃣ Imaging of Loud. Membayangkan seolah-olah kita sedang berada di posisinya juga sangat penting. Bagaimanapun juga dalam mengirim pesan, setiap instruksinya mengandung dimensi isi dan hubungan. Sehingga apa yang disampaikan dari hati akan sampai ke hati

Jujur, agak sulit mencari dialognya dari hasil camping BunCek, karena aku belum sempat praktek kemampuan ini kemarin. Kurang lebih kuberikan contoh dialog sebagai berikut;

Pegawai : Bu, saya mohon izin. Hari ini tidak masuk. Anak saya tadi tiba-tiba muntah-muntah dan sekarang badannya panas

Bu Bos : Oke mba... Silahkan prioritas ke anak terlebih dahulu. Kalau anak muntah-muntah, jangan panik. Coba diberi air putih yang banyak dan dikompres dingin untuk panasnya.
Jika panasnya berulang sebaiknya segera kedokteran ya mba.

✓ jadi dengan kemampuan ini, yang menempatkan seolah-olah kita hadir saat anak tersebut muntah-muntah akan membuat lawan bicara tenang dan bisa menerima pesan selanjutnya.


Oke cynt....

Demikian reportase singkat jurnalku selama berkemah di kebun apel Bunda Cekatan. Semoga bermanfaat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar