Senin, 17 Agustus 2020

7 Tips Sukses Bekerja Dalam Team Work

 

Moment 17 Agustus tahun ini sedikit spesial. Karena aku merayakannya bersamaan dengan penutupan Pasar Ilmu Ibu Profesional. Sebenarnya agak tricky mengaitkan insight kemerdekaan dengan insight yang kudapat saat berkerja dalam tim untuk mensukseskan program yang notabene murni berkonsep gamifikasi.

Sebagai sutradara atau teman-teman biasa menjuluki aku sebagai kuncen Pasar Ilmu, bekerja dalam sebuah team adalah hal yang biasa. Karena di keluarga, aku biasa membentuk team. Saat masih kuliah dulu pun sering ikutan workshop atau AMT dimana biasanya ada materi team work. Urusan pekerjaanpun tak lepas dari team work. Namun ada satu yang selalu mengusikku kenapa seringkali bekerja dalam sebuah team work, namun tak jarang pula sering hasilnya tidak sesuai dengan ekspetasi. Kalau sudah begini, paling aku hanya akan mencatat, mungkin strateginya kurang tepat.

Seiring dengan tantanganku di bidang komunikasi, membentuk team work yang solid juga menjadi sebuah parameternya. Terlebih untuk urusan mensolidkan team Pramuwiyata yang bertugas. Komunikasi secara daring yang kami jabani adalah kuncinya.

Bagi aku yang sering disandera SuSi (baca Sulit Sinyal), berkomunikasi secara online mau tak mau suka tak suka cukup menjadi tantangan terberat. Terlebih saat menghadapi jam online anggota team yang gak seragam. FYI, team Pramuwiyata yang kusebutkan tadi beranggotakan 7 ibu muda, termasuk aku (asli, aku masih muda lho), dengan 7 kompentensinya masing-masing. 

Nah berikut ini, aku akan tuliskan insight apa yang kudapatkan saat berada dalam team ini;

1. Kemauan untuk menyamakan persepsi

Ini sangat penting, 7 ibu dengan 7 kompentensi tentunya memiliki ekspetasi yang tidak sama. Dan ini tantangannya, mewujudkan satu persepsi yang sama. Sangat penting karena ibarat satu mobil, semua roda penggeraknya harus selaras agar mampu menghantarkan penumpangnya dengan selamat.

2. Membangun Kepercayaan 

Percayalah... Jika ada yang menjual PD, mungkin aku akan memborongnya. Sayangnya gak ada yang jual. Jadi PD itu harus dibangun seiring dengan semakin beratnya kerja team. Membangun kepercayaan diri ini bukan bermaksud meninggikan hati. Namun lebih kearah kemauan untuk mendelegasikan beberapa tugas kepada anggota team.

 The right woman in the right place 

Iyes... semua anggota team memiliki kompetensi masing-masing dan itu adalah sebuah aset. Suatu team akan mampu bergerak lebih cepat kalau orang di dalamnya mengurusi hal-hal sesuai kompentensinya.

3. Memahami Peran dan Tanggung Jawab 

Kepercayaan tidak akan terwujud jika anggota team gagal dalam memahami peran dan tanggungjawabnya. Di situlah butuh peran seorang leader. Perlu dibuatkan juklak yang memuat tusi (tujuan dan fungsi) mereka secara jelas, di sampaikan secara jelas dan ini akan membantu mereka bergerak dengan cepat.

4.  Saling Menghormati dan Menghargai

Perbedaan pendapat dan perselisihan adalah sebuah hal yang jamak terjadi dalam  sebuah team. Justru dari perbedaan itu, tim akan semakin kaya dengan ide dan pemikiran yang bisa memudahkan jalan menuju target yang dicanangkan. Tentu saja, selama masing-masing anggota bisa saling menghormati dan menghargai. Menghormati pendapat orang lain yang berbeda. Menghargai hak-hak orang lain dalam mengemukakan pendapat.

Rasa hormat ini nantinya akan membentuk semacam rantai penghubung yang kuat di antara sesama anggota team. Sebesar apa pun perbedaan yang terjadi tak akan mampu mengikis kekompakan team jika rasa saling menghargai dan menghormati sudah tertanam mendalam di dalam diri seluruh anggota.

5.  Meningkatkan Kompetensi Team

Aku adalah orang yang percaya bahwa konsep learning by doing itu akan menjadi salah satu kekuatan. Orang belum akan disebut mahir jika belum menguasai 10.000 KM jam tebangnya. Untuk itu dengan memberikan kepercayaan kepada anggota team berbasis kompetensi justru akan dengan sendirinya akan membuat team semakin solid.

Dengan begitu, binar mata bahagia anggota tema juga akan semakin meningkat jika diberikan tantangan baru. Dan dengan sendirinya justru akan mendatangkan keinginaan untuk mau meningkatkat kompetensi yang terdorong dari keinginan pribadi, bukan paksaan dari leader team

6. Menguatkan Bonding Anggota Team

Aku sering mengibaratkan ruang komunikasi dengan anggota team sebagai tempat sampah. Tempat menumpahkan segala keluh kesah yang berkaitan dengan kerja team. Namanya juga sampah, tentunya itu akan menghambat sebuah interaksi, jadi harus dikeluarkan agar seluruh anggota team berada dalam suasana yang nyaman.

Kebiasaan untuk menceritakan apa yang sudah dijalani di ruang komunikasi team akan mendekatkan bonding diantaranya. Baik-buruk sebuah team sangat ditentukannya. Percuma kerja cepat jika tidak menghebat bersama. Karena sejatinya tanpa bonding yang ada hanya rasa capek yang tak berkesudahan.

7. Memberikan Ruang Apresiasi

Apresiasi dan evaluasi sebenarnya dua hal yang tak bisa dihindari untuk mewujudkan team yang solid. Sebagian orang mungkin sangat alergi dengan kata evaluasi. Maka dibutuhkan satu teknik khusus agar mampu menyelubungkan evaluasi dalam baju kebesarannya apresiasi. Perlu sebuah teknik yang mana aku lebih suka menyebutnya dengan memberikan feedback

Satu teknik memberikan feedback dengan rumus bread-jam-bread atau yang biasa disebut teknik roti lapis adalah teknik terbaik untuk ruang apresiasi ini. Siapa sih yang tak suka diberi roti? 


Penasaran apa itu teknik pemberian apresiasi dengan jurus roti lapis?

Ntar deh, aku ceritakan di sesi khusus ya...

Yang jelas team yang solid tidak akan terwujud jika anggotanya belum memiliki kemerdekaan (belajar) yang hakiki.

 

 

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar