Kamis, 14 Mei 2020

Mentor dan Mentee yang Bahagia, Ciri Sebuah Generasi Rabbani

Menjadi mentor dan mentee itu tidak hanya sekedar menggugurkan kewajiban. Ada kemulian dan kebahagian jika menjalaninya karena panggilan jiwa, eeaaahhh....



Maka sesi mentoring dengan lima orang mentee, tidak membuatku keteteran. Mentoring ini adalah kesempatanku untuk membeli jam terbang. Ibarat mobil maka aku memilih menjadi menjadi mobil double gardan. Mobil tangguh untuk melalui jalanan dengan medan yang cadas.

Aku merindukan suasana mentoring seperti ini. Merindu suasana dimana aku kangen pada orang yang sedang kangen padaku. Kalau di sesi luring, mentoring dengan jadwal sepekan sekali, itu sudah menyita waktu. Namun mencicipi sesi mentoring daring seperti yang sedang kujalani di kelas kupu-kupu Bunda Cekatan ini terasa lebih mengalir, karena tidak dibatasi oleh ruang dan waktu sepanjang kita bisa mengatur manajemen gawai dengan baik.

Apa saja yang harus dipersiapkan agar dapat menjalani sesi ini agar bahagia? Kuy simak bagaimana aku mempersiapkan diri dengan baik selama di kelas ini.

Luruskan niat

Hal yang pertama harus dilakukan sebelum melakukan sesi mentoring ini adalah meluruskan niat. Niat merupakan pangkal diterimanya amal, ini penting agar tidak sekedar menggurkan kewajiban. Lakukan mentoring karena mengharap ridho Allah SWT. Tepis jauh-jauh niat selain ikhlas, seperti niat ingin populer, ingin mendapatkan pengikut, ingin mengisi waktu luang, ingin mendapatkan ilmu, ingin dipuji oleh orang lain, apalagi ingin mendapatkan uang! Istighfarlah kepada Allah jika timbul percikan niat ke arah itu.

Bagaimana jika niat kita belum ikhlas, misalnya menjadi mentor karena tugas di kelas Bunda Cekatan? atau karena disuruh fasilitator?

Untuk itu wahai para mentee dan mentorku sayang, maaf jika aku tidak akan mention nama kalian. Karena ini adalah bagian dari usahaku untuk meluruskan niat agar jauh dari sikap jumawa dan semata hanya mengharap ridho Allah SWT.

Pertanyaannya adalah, jika  kita tidak apakahbisa ikhlas, apakah harus  berhenti dari kelas? Big no. Namanya juga berproses, jika merasa belum ikhlas, lakukan terus pembinaan sambil istighfar dan berusaha meluruskan niat. Jangan berhenti gegara merasa niat tidak ikhlas. 

Buat perkenalan yang mengesankan

Tak kenal maka tak sayang. Pepatah ini sudah diamini oleh sejuta umat. Maka penting meninggalkan sebuah kesan yang mendalam dalam sebuah perkenalan. Hal ini akan membuat mentee percaya akan kemampuan kita.

Nah perkenalan yang mengesankan ini tidak lantas kemudian harus pencitraan. Tampilah apa adanya, buatlah aura yang bersinar dengan segala kebaikan yang menjadi potensi diri. Gak perlu harus pinjam atribut milik mentor sebelah. Percaya diri dan unggulkan apa yang sudah dikuasai, niscaya itu akan lebih mengena di hati.

Di sesi ini tak perlu malu untuk mengakui segala kekuarangan diri dan sampaikan bahwa esensi program ini adalah sebuah proses bersama untuk saling memantaskan diri. Gali lebih lanjut partner kita di sesi ini, baik sebagai mentor maupun mentee agar muncul benih-benih sayang dalam hati untuk terus melaju ke tahap selanjutnya.

Tetapkan tujuan bersama

Bukanlah teman perjalanan yang baik jika kita tidak saling menyepakati tujuan di sesi ini. Belajar dan mengajar tidak bisa lepas agar lebih bahagia melaluinya. Semua itu tak bisa lepas dari keyakinan, bahwa sebagai mentor, akan bahagia jika berhasil menghantarkan kebahagiaan untuk menteenya. Keyakinan tersebut perlu dibenamkan jauh ke dalam hati sanubari. Hilangkan keraguan-keraguan semakin yakin, semakin besar peluang kebahagian yang diraih. 

Mengapa? Karena keyakinan, disadari atau tidak, mengubah sikap dan perilaku. Jika yakin akan bahagia, maka tetapkan tujuan bersama. Proses ini adalah imbal balik, tak mungkin akan berhasil jika tidak ada kesepakatan bersama.

Membuat rencana belajar

Penting sekali, karena apa yang kita berikan pasti akan kembali menjadi pemahaman akan sebuah keilmuan itu sendiri. Mentoring adalah praktikum nyata dari apa yang sudah dipelajari. Di proses ini berlaku kaidah untuk melatih skill dan bukan hanya belajar teori. Malu kan kalau harus menjadi kubunya NATO (Not Action Talk Only).

Rencana belajar ini harus dibuat dengan metode SMART, termasuk merencanakan support systemnya. Dengan ini segala yang dikerjakan akan indah pada waktunya. Satu mentee satu rencana pembelajaran, karena sifat mentoring ini lebih ke arah pembelajaran personal. 

Aku sangat bersyukur karena di sesi mentoring ini mendapatkan lima orang mentee, sehingga aku bisa memperdalam lima skill di bidang komunikasi. Kelimanya mempunyai kebutuhan yang berbeda, walaupun ujung tujuannya sama. Simak lebih lanjut cerita tentang mereka dalam episode di Dongeng Ibu Peri dan dapatkan insight lain dari sesi mentoring ini.

Menjadi seorang mentee pun tidak asal "pasrah bongkokan" (manut) kepada mentor. Sebagai mentee, sejak pertama bertemu mentor, aku sudah mengajukan rencana pembelajaranku kepada beliaunya. Sangat penting, karena aku yang butuh menyerap ilmu dan pengalaman dari beliau sesuai kebutuhanku. Bukankah itu esensi dari sebuah mentoring?

"Ketika murid siap, guru akan datang"


Berdo'a bersama dengan menghadirkan hati

Yang tak kalah penting adalah menghadirkan do'a rabithah dalam setiap pertemuan dengan mereka. Bersama-sama dalam delapa pekan kedepan bukan waktu yang singkat. Hadirnya do'a ini akan menambah keberkahan selama menjalani sesi mentoring di kelas kupu-kupu Bunda Cekatan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar