Jumat, 14 April 2017

KELUARGA KOMPAK, KELUARGA PEMENANG


Mengasuh dan mendidik anak bukan hanya tanggung jawab para ibu atau bapak saja, tapi keduanya. Orang tua harus memiliki kata sepakat dalam mengasuh dan mendidik anak-anaknya. Anak dapat dengan mudah menangkap rasa yang menyenangkan dan tidak menyenangkan bagi dirinya. Misal, seorang Ibu melarang anaknya menonton TV dan memintanya untuk mengerjakan PR, namun pada saat yang bersamaan, si bapak membela si anak dengan dalih tidak mengapa nonton TV terus agar anak tidak stress. 



Jika hal ini terjadi, anak akan menilai ibunya jahat dan bapaknya baik, akibatnya setiap kali ibunya memberi perintah, ia akan mulai melawan dengan berlindung di balik pembelaan bapaknya. Demikian juga pada kasus sebaliknya.
Oleh karena itu, orang tua harus kompak dalam mengasuh dan mendidik anak. Di hadapan anak, jangan sampai berbeda pendapat untuk hal2 yang berhubungan langsung dengan persoalan mendidik anak. Pada saat salah satu dari kita sedang mendidik anak, maka pasangan kita harus mendukungnya. Contoh, ketika si Ibu mendidik anaknya untuk berlaku baik terhadap si Kakak, dan si Ayah mengatakan ,”Kakak juga sih yang mulai duluan buat gara2…”. Idealnya, si Ayah mendukung pernyataan, “Betul kata Mama, Dik. Kakak juga perlu kamu sayang dan hormati….”
Akibat yang terjadi apabila orang tua tidak kompak dalam masalah pengasuhan dan pendidikan anak, maka jangan mengeluh apabila anda mendapati kondisi  sebagai berikut:
  • Anda mulai merasa kesulitan mengendalikan perilaku anak anda.
  • Anda dan pasangan sering berselisih paham dalam mendidik anak anak
  • Anak anda sering merengek dan maksa untuk dituruti kemauannya
  • Anak anda sering berantem satu sama lain
  • Anak anda selalu nonton tv atau maen ps, dan mengabaikan perintah anda

Jangan khawatir karena masalah pengasuhan yang belum tepat ini bukanlah akhir dari kehidupan di dunia, masih ada jalan untuk memperbaikinya sepanjang kita mau berusaha. Berawal dari perbaikan diri dan perbaikan pola komunikasi kita dengan pasangan, yuk temukan jalannya dengan melakukan kegiatan sebagai berikut:
1.      Menjalani Proses Tazkiyatun Nafs
Ada terapinya untuk ini, namun sebaiknya kita menggunakan jalur alamiah dan syar’i yaitu Tazkiyatunnafs, atau pensucian jiwa. Ini perlu waktu, perlu momen, perlu keberanian utk keluar dari zona nyaman dan instan.
AlQuran juga mengingatkan bahwa sebelum ta’lim maka penting untuk tazkiyah lebih dulu. Dalam prakteknya paralel saja, karena begitu kita berniat sungguh2 mendidk anak sesuai fitrahnya maka sesungguhnya kita sedang tanpa sadar mengembalikan fitrah kita atau sedang tazkiyatunnafs

Dalam buku tarbiyah Ruhiyah, pensucian jiwa itu bisa dilakukan dengan 5 M
1. Mu’ahadah -mengingat ingat kembali perjanjian kita kepada Allah. Baik syahadah, maksud penciptaan, misi pernikahan, doa doa ketika ingin dikaruniai anak, menyadari potensi2 fitrah dstnya
2. Muroqobah – mendekat kepada Allah agar diberikan qoulan sadida, yaitu ucapan dan tutur yang indah berkesan mendalam, idea dan gagasan yang bernas dalam mendidik, sikap dan tindakan yang pantas diteladani.  Allahlah pada hakekatnya Murobby anak anak kita, karena Allahlah yang memahami fitrah anak anak kita. Maka kedekatan dengan Allah adalah agar hikmah hikmah mendidik langsung diberikan Allah untuk anak anak kita melalui diri kita.
3. Muhasabah – mengevaluasi terus menerus agar semakin sempurna dan sejalan dengan fitrah dan kitabullah, bukan obsesi nafsu dan orientasi materialisme
4. Mu’aqobah – menghukum diri jika tidak konsisten dengan hukuman yang membuat semakin bersemangat dan semakin konsisten untuk tidak melalaikan amanah
5. Mujahadah – sungguh sungguh menempuh jalan sukses (fitrah) dengan konsisten, membuat perencanaan dan ukuran2 nya
2. Saling Mendukung Aktivitas Masing-masing!
Bentuk dukungan bisa terlihat dari seberapa perhatian kita terhadap aktivitas yang dilakukan oleh keluarga.
Coba, seberapa jauh ibu mengetahui jobdesk pekerjaan suami di kantornya? Siapa saja teman kerja kerja suaminya dan teman terdekat anaknya?
Seberapa terbuka kita dan pasangan dalam bercerita mengenai aktivitas masing-masing? Hal ini bisa memperlihatkan seberapa besar perhatian, kenyamanan, dan kepercayaan kita pada pasangan. Semakin banyak pengetahuan kita mengenai aktivitas pasangan hidup, semakin kita menaruh perhatian dan dukungan padanya.
Demikian juga suami, seberapa banyak mengetahui pekerjaan istri? Meski istri hanya bekerja di rumah, tahukah seberapa berat dan sulitnya memastikan rumah dalam kondisi rapi, merawat anak, mengantar mereka sekolah dan menjemputnya, menyiapkan makanan, dan tetap bersosialisasi dengan lingkungan sekitar.
Pasangan yang kompak akan saling mendukung dan menguatkan, in syaa Allah.
3. Menyamakan visi misi rumah tangga
Apa sih yang ingin dicapai dalam rumah tangga? Sudahkah pernah sharing mengenai hal ini? Salah satunya pertanyaan mau 'dibawa ke mana' anak-anak jika sudah dewasa kelak? 
Samakan visi misi rumah tangga dengan pasangan hidup, maka masing-masing akan lebih paham tugas dan fungsi masing-masing untuk mewujudkan visi tersebut.
Misal, visi jangka panjangnya adalah mencapai ridho Allah dan masuk surgaNya bersama-sama. Maka, istri akan menyadari fungsinya sebagai madrasah pertama dan utama untuk anak, sedangkan fungsi suami adalah untuk mendidik dan memberikan contoh langsung pada putra-putrinya.
Visi jangka pendek sepuluh tahun ke depan akan ke tanah suci sekeluarga, maka sejak saat ini mulai menabung dan memangkas segala pengeluaran yang tidak terlalu penting.
Visi jangka menengah ingin anak-anak masuk kuliah di Al Azhar Kairo misalnya, maka sejak dini sudah mengarahkan anak belajar bahasa Arab dan berbagai wawasan mengenai keislaman.
Pasutri akan bisa semakin kompak jika memiliki kesamaan tujuan.
4. Meluangkan waktu setidaknya seminggu sekali untuk aktivitas bersama
Entah jalan-jalan bersama, berenang bersama, belajar memanah bersama, bahkan sekadar nonton dan makan bersama merupakan hal yang tak bisa diremehkan efeknya.
Kebersamaan yang dijadwalkan secara berkala ini akan membuat pasutri lebih kompak.
5. Rencanakan 1 proyek bersama pasangan
Misalnya, masak bareng, bersih-bersih rumah bareng, berkebun bareng, bikin lagu bareng, bikin tulisan di blog bareng, ikutan lomba foto pasutri, atau membangun rumah baca bersama-sama. Proyek bareng pasangan ini bisa menambah kelengketan pasutri dan membuat lebih kompak in Syaa Allah.
6. Bersenda gurau bersama
Pasutri yang kompak pasti bisa menikmati senda gurau bersama. Tak melulu serius bahas kajian ini itu, tapi sebagaimana yang dicontohkan Rasulullah dengan istrinya, mereka bisa saling bercanda dan bermesraan di waktu senggang.
Entah setiap menjelang tidur atau menyengaja membuat momen spesial untuk bersenda gurau bersama keluarga.
Demikian beberapa hal sederhana yang bisa dipraktekkan untuk menjadi pasangan suami istri yang kompak.
Semoga bermanfaat.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar